Harus berakhir sekarang.
***
Note: Lebih baik angkat tangan dari sekarang.
***
"Najis Titan! Najis! Abis dari mall kita-kita gak dibeliin oleh-oleh! Cukup tau aja, Tan!" Slamet bersungut, emosinya belum stabil karena masih teringat dengan kertas ulangannya yang bernilai telur tadi.
"Apaan sih Met, lebay banget dah," sahut Surya seraya memakan mie rebus yang baru saja diantarkan oleh pemilik warung tempat Marli.
Slamet bergantian menatap Surya kesal. Kenapa semua sahabatnya tidak ada yang mengerti dirinya sekarang.
"Oh, jadi lo belain dia, Sur? Oke! Mulai sekarang, lo, gue, end!" ujar Slamet mutlak sambil memeragakan gerakan alay.
Titan geleng-geleng sendiri saat melihat Slamet, namun tidak memungkiri kalau di otaknya masih berkelana tentang bayangan Samuel yang tiba-tiba mengganggu acaranya dengan Rasi.
Titan saat itu masih ingat kalau ia berada di tempat umum dan membawa gadis yang ia sayang. Dan sangat beruntung pula Rasi dapat membuat kesabarannya bertambah berkali-kali lipat hanya dengan sebuah genggaman tangan.
Kalau tidak, mungkin Samuel sudah bernasib sama seperti Goldan.
"Tan, lo serius ngizinin gue belajar bareng Rasi? Pelit lo, ah!"
Titan sontak menoleh ke arah Neus dengan kening berkerut. Tak ada yang boleh meminjam apalagi meminta Rasi darinya. Dan itu berlaku untuk siapapun--tidak terkecuali.
"Lo mau mati?" ujar Titan setelah Neus terus memaksanya untuk ikut belajar bersama dengan Rasi.
"Dapet rezeki gak mau bagi-bagi! Neraka aja ogah nerima lo, pasti!" cibir Neus lalu mendapatkan tatapan tajam dari Titan.
"Kak Titan!" Semua anak Rajawali sontak menoleh ke arah sumber suara. Betapa terkejutnya mereka saat melihat Rasi disana.
Rasi. Dimalam-malam begini. Ada di markas Rajawali. Gadis itu benar-benar gila.
Tak perlu sepersekian detik karena begitu melihat wajah cewek itu, tubuh Titan otomatis berdiri. Menghampiri Rasi lalu memegang bahunya erat.
"Lo ngapain disini?" tanya Titan penuh penekanan. Sudah jelas di wajahnya tergambar raut wajah marah sekaligus bingung. Ketika Rasi malam-malam seperti ini berkeliaran di luar. Ya Tuhan! Apa gadis ini tidak tahu akan bahaya malam?!
Rasi sibuk mengatur napasnya tanpa ingin melihat Titan karena tahu menatap cowok itu lama-lama bisa menggoyahkan niat awalnya.
Rasi menghembuskan napas pelan sebelum berbicara. Bibirnya terasa sangat kaku. "Tadi Samuel datang ke rumah aku," ujar Rasi pelan namun ia yakin Titan bisa mendengarnya. Terbukti dengan raut wajah kakak kelasnya itu yang seketika berubah menyeramkan.
"Sam? Lo gak diapa-apain dia, kan?" tanya Titan sambil mengamati seluruh tubuh Rasi seksama. Tak akan ia maafkan jika sampai Samuel menyentuh setitik kecil bagian dari Rasinya.
Mata Rasi menelusuri tempatnya dan Titan sekarang berdiri, cukup jauh dari anak-anak Rajawali lainnya yang kini sedang mengamati dirinya dan Titan. Rasi merasa ini adalah tempat dan waktu yang tepat.
Ia menunduk dalam setelahnya, mugkin yang ia katakan nanti akan sama-sama menyakiti hati keduanya. Tak urung juga Rasi, hatinya sangat rapuh meskipun ia selalu tampak bahagia.
Menghembuskan napas lemah. Rasi tau di depannya Titan pasti sudah menunggunya untuk berbicara. Namun sanggupkah ia berbicara saat yang akan ia sampaikan nanti akan membuat dunianya hancur seketika.
KAMU SEDANG MEMBACA
TITAN: What's The Beginning ✔
Fiksi Remaja[TAHAP REVISI] Galaksi Titan Supernova. Si galak dan dingin dari Rajawali. Bertemu dengan Rasi Almathea, anggota eskul dance SMA Persada. Pertemuan yang tak disangka-sangka yang membawa mereka dalam sebuah kisah. Pertanyaannya adalah bagaimana kisah...