4 | Goldan

176K 8.4K 268
                                    

Kamu sudah diberi banyak kesempatan oleh Tuhan. Jadi, jangan salahkan dia jika kesempatanmu sudah habis.

***

Semua tahu kalau sifat Rasi jauh dari kata pembuat masalah. Ia tidak pernah membuat masalah dengan siapapun namun kali ini ia hanya mempunyai dua pilihan. Membiarkan belanjaannya dan uangnya dibawa oleh dua orang bertubuh besar di depannya sekarang atau berlari meninggalkan sosok lelaki yang tengah dipukuli oleh kedua preman itu.

Rasi sama sekali tidak pernah mendapatkan pembekalan bela diri. Sekarang di tangannya hanya ada dua kantung plastik belanjaan. Ia tidak punya pisau atau senapan yang bisa ia gunakan untuk melawan.

"Ngapain lo?!" teriak salah satu preman dengan jaket denim dan tato di sepanjang lengan.

"Jangan mukulin orang, Abang. Nanti saya teriak si Abang-nya ini bisa digebukin warga loh." Rasi memperhatikan kedua preman itu tertawa.

Rasi melangkah mundur ketika dengan santainya kedua preman itu bergerak ke arahnya. Ia sudah mencengkram kantung belanjanya erat. Tatapannya terhenti pada sosok tak berdaya di sana yang Rasi lihat sudah penuh dengan luka lebam pada wajahnya.

"Bang, kalo deket-deket gini saya beneran teriak." Rasi sadar kalau ucapannya tadi bergetar. Jelas saja itu memancing seringaian dari kedua preman itu.

"Kenapa? Lo takut? Makanya jangan sok lo bocah!"

Prema itu kembali menyodorkan tangannya ke arah Rasi. "Kalo lo mau selamat mending serahin duit ke kita."

"Saya nggak punya duit."

"Banyak alesan!" sergah salah satu Preman berbaju hitam. "Cepet!"

"Saya nggak pernah bohong, Bang."

"Gue nggak peduli! Mana duit lo!"

Rasi semakin memundurkan tubuhnya. "Maksa banget sih, Bang. Udah saya bilang saya nggak punya duit."

"Kayaknya lo lebih milih kita rebut paksa," ujar preman itu saling melempar lirik.

Rasi sudah menjatuhkan belanjaaannya. Kalau sudah begini, jalan satu-satunya adalah ia melarikan diri saja. Entah kenapa ia jadi menyesal sempat berniat menolong cowok itu. Rasi harus kabur atau setidaknya meminta pertolongan orang di sekitar sini.

Namun kedua tangannya dengan cepat di cekal dari dua arah berlawanan. Rasi memberontak keras.

"Tolong!! Tolong!!" teriak Rasi kencang namun sepertinya suaranya hanya terbawa angin. Tidak ada yang mendengarnya itu sudah jelas.

Rasi semakin melawan. Tapi sudah pasti ini hanya sia-sia karena pada dasarnya memang seorang perempuan lemah seperti Rasi tidak akan menang melawan dua orang preman bertubuh besar sampai kapan pun.

Rasi memohon untuk melepaskan tangannya ketika sebuah balok kayu justru mengenai kedua preman itu hingga mereka jatuh terkapar. Rasi jelas terkejut. Ternyata serangan itu berasal dari sosok cowok yang sempat digebuki oleh mereka tadi.

Rasi mundur satu langkah. Ia menutup mulutnya. Menatap ke arah cowok itu tak percaya. Sebelum tangannya tiba-tiba ditarik menjauh oleh berlari meninggalkan kedua preman yang masih tersungkur itu.

Rasi semakin menyadari kalau napasnya sudah terputus-putus sejak ia meninggalkan gang sempit tadi. Sementara tangannya masih ditarik dan kakinya masih dipaksa untuk berlari yang Rasi tahu jelas ini sudah mendekati jalan ke rumahnya.

"Eh ... eh ... mending ke rumah aku aja." Rasi mengusulkannya jelas ketika langkah mereka berdua sudah berhenti. Ia menunjuk rumah berwarna abu-abu dengan pagar hitam menjulang tinggi yang dengan cepat ditanggapi dengan cowok itu.

TITAN: What's The Beginning ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang