50 | Find-U

84.5K 4.4K 505
                                    

Sekadar kata bahkan tak sama sekali membuatku percaya.

***

Sepanjang perjalanan, Titan seakan memasukkan hal-hal apa saja yang akan ia lakukan pada Samuel dan Neus. Lancang sekali mereka membawa-bawa Rasi dalam hal yang sama sekali tidak gadis itu lakukan.

Titan memarkirkan mobilnya cukup jauh dari bangunan itu. Berjalan mendekat diikuti Slamet, Surya, dan Rigel di belakangnya. Namun sesaat kemudian matanya memicing. Seseorang yang nampak ia kenal juga ikut memasuki bangunan itu.

"Tan ... adek lo?" Slamet menepuk pundak Titan. "Ngapain dia di sini?"

Titan menggeleng. Tak peduli dengan Raffi yang sepertinya juga ikut menatapnya. Malahan cowok itu kini berjalan tepat ke arahnya. "Gue juga mau ikut nyelamatin dia," ujar Goldan dengan membawa sorot meyakinkan.

"Ngapain lo bocah! Sana pulang aja! Minta susu ke mama." Slamet mengusir Goldan menggunakan tangannya.

"Mama gue udah meninggal," jawab Goldan membuat Slamet sedikit terkejut. Ia lupa kalau Goldan---dan Titan---adalah anak piatu.

"Udah jangan pada ribut. Rasi lebih penting sekarang." Rigel menginterupsi. Kali ini cowok itu yang memimpin jalan.

Mereka semua kompak mengeratkan jaket saat angin malam semakin berhembus kencang. "Lo yakin di sini tempatnya?" tanya Surya menatap Rigel.

"Gue udah tau semua hal tentang Luna. Emang bener tempatnya di sini."

Titan, Rigel, Slamet, Surya, dan tentu saja Goldan mulai melangkah dengan mengendap. Kelimanya berjalan dengan menahan beban tubuh seolah menyamarkan suara. Berhati-hati dalam melangkah takut-takut menginjak ranting kayu rapuh.

"Gila! Gue bener-bener berbakat jadi sodaranya detektif Conan," celetuk Slamet yang diabaikan begitu saja oleh yang lainnya. Kelimanya mengendap masuk setelah memastikan keadaan aman.

"Lo nggak berniat nge-prank kita, kan, Gel?" ujar Surya, "Padahal tangan gue udah gatel buat---" Belum sempat Surya melanjutkan kalimatnya, Sekumpulan orang berperawakan besar dengan tato di sekujur tubuh mereka menampakkan diri. Berjejer menghalangi langkah mereka menuju lantai dua. "---matahin tangan orang." Surya tersenyum miring selanjutnya.

Titan menatap mereka datar. Orang-orang yang saat ini tengah bersidekap seperti menilai kemampuannya tiba-tiba membuka barisan hingga nampak jelas Samuel di sana seolah keluar dari pasukannya.

Rahang Titan mengeras. "Sialan! Dimana dia!" Titan maju satu langkah dengan sorot mata semakin tajam.

"Calm down! Ngapain lo ngurusin tuh cewek cacat. Mending sekarang lo siapin pemakaman buat lo sendiri. Karena sebentar lagi, gue bakan buat lo hancur nggak bersisa."

"Brengsek lo!" Slamet menyahut dari belakang saat tubuhnya kompak ditahan oleh Rigel dan Goldan. "Met! Tenang!" tekan Rigel kemudian.

Slamet mundur teratur bersamaan dengan Samuel yang semaki memancing emosi Titan. Lelaki itu berusaha keras agar Titan goyah dan tentu saja itu mengancam keselamatan Samuel sendiri---tanpa ia sadari.

"Lo harus tau, Tan. Sekarang cewek lo tuh udah nggak ada apa-apanya. Dia udah jadi jalang yang sesungguhnya."

Tangan Titan semakin terkepal kuat. Matanya terpejam beriringan dengan napasnya yang tidak teratur akibat menahan suatu gejolak di tubuhnya sedari tadi. "Tutup mulut lo!"

TITAN: What's The Beginning ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang