Kalau tau akan sesakit ini. Lebih baik aku membuang hati dan tak akan mengambilnya kembali.
***
Titan merasakan matanya berkunang-kunang. Ia perlu mengerjapkan matanya beberapa kali. Menghalau berbagai rasa sakit yang mendera baik di kepala maupun perutnya.
Tubuhnya ambruk di samping tubuh Neus yang juga sama lemahnya. Namun samar ia mendengar suara gadisnya.
"Kak Titan. Kak!" Titan menangkap siluet Rasi yang menyeret kaki mendekatinya.
"Hai, Rasi." Titan menyentuh pipi Rasi. Mengusap air mata gadis itu yang tidak berhenti mengalir.
"Kak Titan, darahnya nggak mau berhenti. Ini gimana?!" Rasi berusaha memegangi perut Titan yang terus mengeluarkan darah segar. Berharap dapat menghentikan alirannya.
"Jangan nangis, sayang." Titan berusaha tersenyum meskipun sesekali merintih.
Rasi menggelengkan kepalanya. Mengambil kepala Titan untuk menaruhnya di atas pahanya. Namu Aurora lebih dulu bergerak cepat. Menarik tangan Rasi tiba-tiba membuat kepala Titan dijatuhkannya begitu saja.
"Kalau gue nggak bisa dapetin apa yang gue mau. Orang lain juga nggak boleh dapetin itu." Aurora menjambak rambut Rasi. Membuat Titan dengan cepat menoleh. Cowok itu berupaya bangkit dengan darah yang menipis.
"Aku mohon, Ra. Kita sahabat. Aku, kamu, Elara. Kita janji bakal terus sama-sama," ujar Rasi dengan isakannya. Tubuhnya mati rasa seperti tak kuat lagi. Kaki, wajah, bahkan rambut pun sepertinya tak luput dari luka.
"Lo bukan sahabat gue!" sentak Aurora kasar. "Gue nggak lagi menganggap lo sebagai sahabat saat lo mulai merebut apa yang jadi kebahagiaan gue!" Aurora menaruh sebuah pisau di atas leher Rasi. Membuat Rasi dapat merasakan bagaimana dinginnya benda tajam itu.
"Jangan sakiti dia. Jangan ... tolong," ucap Titan dengan suara yang hampir hilang entah kemana.
Aurora bangkit. Masih dengan sebelah tangan yang meraup rambut Rasi dan sebelahnya lagi berada di leher gadis itu. Ia melangkah menjauh. Seraya menumpu berat badan Rasi karena gadis itu sama sekali tidak bisa jalan.
"Aurora, kamu masih bisa berhenti di sini. Dendam itu nggak akan membawa kamu pada ketenangan. Setiap hati pasti punya sisi positif. Dan gunain itu sebaik-baiknya. Kita masih bisa sahabatan lagi kayak dulu, Ra," bujuk Rasi dengan memohon.
"Diem lo!" sentak Aurora kasar. " Lo nggak tau gimana rasa sakit hatinya gue sekarang. Jadi nggak udah banyak bacot!"
Di lain sisi, kini Titan sudah bisa bangkit, meski masih seperti bayi yang baru belajar berjalan, Titan melangkah mendekat tanpa disadari oleh Aurora. Titan mendorongnya. Menarik tangan gadis itu hingga pisaunya terlempar jauh bersamaan dengan tubuh Rasi yang menyentuh lantai nahas. Keadaannya menjadi berbalik sekarang.
"Gu-gue gak bakal pandang bulu sama lo, bi-bitch!" bisik Titan tepat di telinga Aurora. Tangannya semakin kuat memelintir lengan gadis itu. "Lepasin gue sialan!"
Aurora berontak keras di tangan Titan. Lelaki itu menahannya seraya meringis merasakan sakit yang semakin menjadi pada perutnya.
"Aku mohon, Ra. Aku janji bakal lebih perhatian lagi. Tapi tolong berhenti sekarang," ujar Rasi mati-matian memohon. Namun tanpa diduga, Aurora malah menendang akinya kuat mengakibatkan pekikan keras keluar dari mulut gadis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
TITAN: What's The Beginning ✔
Teen Fiction[TAHAP REVISI] Galaksi Titan Supernova. Si galak dan dingin dari Rajawali. Bertemu dengan Rasi Almathea, anggota eskul dance SMA Persada. Pertemuan yang tak disangka-sangka yang membawa mereka dalam sebuah kisah. Pertanyaannya adalah bagaimana kisah...