28 | Karena Rasi

104K 5.5K 281
                                    

Kalau hadirku menjadi pengganggu lantas mengapa hadirmu menjadi candu.

***

"Anjing! Nilai gue kenapa kayak telor ceplok gini?!" Slamet memekik begitu Neus memberikan kertas ulangan matematikanya. Mengamati semua tanda silang yang tertera di kertas ulangannya.

"Yes! Yes! Gue dapet 30! Alhamdulillah Ya Allah. Engkau masih berbaik hati pada hamba." Surya bersorak riang. Memamerkan kertas ulangannya pada Slamet, Neus, Rigel, dan Titan.

"Gue matematika dapet 30 serasa Albert Einstein njir!" Surya memeluk kertas ulangannya erat kemudian menciuminya lebay yang sontak mendapatkan tatapan jijik dari keempat temannya.

"Gue aja yang dapet 50 biasa aja, Sur." Neus melirik Surya males kemudian beralih menatap Slamet yang kini terlihat murung.

"Sabar aja, Met. Lo tau kan si Amin kalau ngasih nilai gimana." Neus mengusap-usap pundak Slamet diiringi dengan tatapan iba.

"Emang Bu Amin sialan! Padahal jawaban kita sama semua tapi kenapa gue dapet telor ceplok!" Slamet menggerutu tidak jelas kemudian berjalan ke arah kursinya dan duduk di sana dengan kepala yang ia taruh di atas meja.

Mungkin Slamet masih sibuk dengan nilai telor ceplok nya, dan Surya masih sibuk memamerkan nilai 30-nya ke seluruh kelas, atau teman-teman Titan yang lain yang masih sibuk menyumpahi Bu Amin yang begitu pelit dalam memberi nilai.

Namun berbeda dengan Titan. Sama sekali ia belum menyentuh kertas ulangan yang ada di atas mejanya. Bahkan ia juga tidak berniat mengetahui berapa nilainya.

Ia percaya dengan kemampuan Rasi yang susah payah mengajarinya padahal gadis itu masih satu kelas berada di bawahnya. Namun Rasi mau mengajari materi kelas 12 pada Titan. Gadisnya itu memang terlalu pintar.

"Lo dapet berapa, Tan?" Titan tidak menjawab, namun hal yang selanjutnya dilakukan Surya adalah menyaut paksa kertas ulangan yang ada di atas meja Titan.

"Anjir! Anjir! Anjir! Lo kerasukan setan apaan Tatan!" Surya berteriak keras membuat seisi kelas menoleh ke arahnya.

Mungkin teriakan Surya dan gerakan tubuh Surya yang tiba-tiba membeku seraya membuka mulut memancing rasa penasaran Neus yang juga ada di sebelahnya. Namun sama seperti Surya, mata Neus pun ikut membulat bersamaan dengan teriakannya yang tak kalah heboh.

"Demi buyut gue yang abis jatoh dari sumur! Ini beneran si Titan yang ngerjain?!" Neus melirik ke arah Titan kemudian kertas ulangan cowok itu terus menerus secara bergantian.

"Gila! Gila! Titan dapet 100, Woy! Adain hajatan di kelas besok!" ujar Surya lantang yang sontak anak-anak kelas menjadi berbondong-bondong mendekatinya sekaligus melihat kertas ulangan Titan.

Mungkin dunia pun terheran, apa Titan mencuri otak Albert Einstein, ataukan cowok itu menggunakan dukun baru. Namun sama terkejut dengan teman-temannya, sebenarnya Titan juga--sangat--terkejut.

Ekspetasinya tidak terlalu jauh, minimal ia tidak mengikuti remedial ulangan. Tetapi ini sungguh keajaiban, ternyata tinta yang telah ia habiskan untuk mengerjakan soal matematika itu tidak sia-sia.

"Anjir Titan! Dukun lo ganti?" Neus tiba-tiba mengguncangkan bahu Titan keras.

"Apaan sih!" Titan memutar bola matanya malas kemudian menarik kertas ulangannya yang ada di tangan Surya. Menatapnya tidak percaya. Sesaat ia tersenyum simpul untuk kemudian memasukkan kertasnya ke dalam tas.

TITAN: What's The Beginning ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang