Cause I believe in us.
***
Siapa yang tau, akan segeram apa seorang Elara yang sedari tadi hanya memperhatikan Rasi bergerak gelisah dengan tongkat di kakinya hanya untuk memilih sepasang pakaian untuk pergi ke acara yang bahkan bisa disebut acara biasa.
Hell! Mereka hanya akan pergi ke acara amal, atau paling mentok disebut mini konser dan sejak beberapa jam yang lalu Rasi tidak mendapatkan pakaian yang cocok.
Elara sedikit bertanya, apa di dalam lemari Rasi isinya karung goni?
"Elara ... aku nggak tau harus pakai baju apa." Lagi. Elara sudah bosan mendengar kalimat itu. Deklarasi itu seolah menggambarkan Rasi adalah cewek kuno yang tidak pernah pergi kemana-mana.
Elara bangkit dari tempat tidur Rasi. Setelah merapikan sedikit bentuk dress-nya yang kusut. Cewek berambut hitam menjuntai itu berjalan ke arah Rasi yang sedang berdiri di depan lemarinya.
Elara menatal Rasi sembari melipat tangannya di depan dada. Menilai Rasi dari atas sampai bawah untuk kemudian berdecak singkat."Ya ampun Rasi, sejak kapan sih lo jadi tante goceng di Taman Lawang yang mikirin harus pake baju apa biar keliatan bohay."
Elara menghembuskan napas. Tangannya disampirkan pada bahu gadis di depannya kemudian menatap Rasi lurus. "Lo tuh pake baju apa-apa tetap cantik tau ... percaya, deh. Kalau gue bohong, gantung aja Aurora di pohon mangga sekolah."
"Aku bingung."
Memutar mata malas, Elara berucap, "Kalau lo bingung pake aja kain kafan."
"Tapi ...."
"Rasi ... plis deh! Kita cuma mau ke acara amal. Bukan ke pesta pangeran di kerajaan cinderella. Jadi pake aja baju yang lo punya, cantik!"
Rasi menghela napas, namun tak urung mengangguk meng-iya-kan. Tangannya bergerak untuk memilih salah satu dress yang menurutnya lumayan. Sebab rata-rata pakaian di lemarinya hanya pakaian rumah dan sekolah itu karena Rasi jarang pergi keluar rumah. Hangout dengan sahabatnya saja hanya bisa dihitung dengan jari.
"Nah ... daritadi gitu, kek. Lo ngabisin dua jam waktu gue cuma gara-gara baju doang. Emang ya, cewek tuh ribet!"
Rasi hanya bisa tersenyum kikuk. Menyadari ada yang tak beres dengan dirinya hari ini. "Maaf, El."
Elara mengangguk sesaat kemudian menggandeng lengan Rasi---lebih tepatnya menuntun gadis itu keluar kamar bersamaan dengan Narisa yang baru saja ingin mengetuk pintu kamar berwarna coklat itu.
"Kalian baru selesai? Lama banget. Padahal daritadi, loh!" Narisa ikut membantu memapah Rasi secara perlahan.
Elara yang mendengar ucapan ibu dari sahabatnya itu menyahut. "Salahin anak tante nih ... dandannya ngalahin cabe-cabean."
Bukan tersinggung, Narisa hanya tertawa nyerah diiringi dengan tepukan di bahunya dari Rasi. Wajah gadis itu kini memerah menahan malu.
"Namanya juga anak mudah, El. Mau narik perhatian lawan jenis."
Narisa dan Elara kompak tertawa meninggalkan Rasi yang masih menutupi wajahnya yang tampak memerah.
Tak mau membiarkan anak gadisnya kenapa-kenapa, Narisa lebih memilih untuk menyuruh sopir rumah mengantarkan mereka ke tempat tujuan, selain lebih aman. Elara juga sempat berkata ingin menghemat uang jajan untuk memebeli album artis korea idolanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
TITAN: What's The Beginning ✔
Teen Fiction[TAHAP REVISI] Galaksi Titan Supernova. Si galak dan dingin dari Rajawali. Bertemu dengan Rasi Almathea, anggota eskul dance SMA Persada. Pertemuan yang tak disangka-sangka yang membawa mereka dalam sebuah kisah. Pertanyaannya adalah bagaimana kisah...