32 | Terluka

94.1K 5K 187
                                    

Mungkin dalam konteks cinta, hati tidak akan pernah seiring dengan akal.

***

"Tatan sayangku ... kenapa kamu diam sedari tadi?" tanya Slamet seraya mendekatkan wajahnya pada wajah Titan. Namun tak lama, telapak tangan Titan sudah bergerak untuk mendorong jauh wajah menjijikan Slamet.

"Diem!" ucap Titan penuh penekanan. Cowok itu sibuk menghembuskan asap putih dari mulutnya dengan sebatang rokok yang terselip di sela-sela jarinya.

Pandangannya kosong. Terselip ruang hampa di dalam dadanya kini. Membuat pikirannya kacau yang mau tak mau harus ia hadapi sendiri.

Melihat Titan yang kembali merokok membuat kerutan terpatri di dahi Neus. Bukannya akhir-akhir ini Titan sangat menjauhi benda laknat itu sebab ada Rasi di sampingnya? Bahkan saat ditawari rokok dengan merk termahal oleh Rigel pun Titan enggan menyentuh.

Tetapi kenapa sekarang ...

"Tan, lo ngerokok lagi?" tanya Neus heran.

Titan diam tak ingin menjawab. Bahkan untuk meladeni suara-suara anak rajawali yang mengajaknya berbicara pun sedari tadi ia enggan. Semangatnya seakan menguap digantikan oleh aura dingin yang semakin menjadi.

"Waktu itu bilangnya nggak mau ngerokok gara-gara takut Rasi ketularan penyakitnya. Sekarang mah apa?!" ujar Neus kesal karena pertanyaannya tadi tidak ditanggapi oleh Titan.

Neus lalu mengambil bungkus rokok kosong yang ada di hadapan Titan. Menyodorkannya tepat di depan wajah cowok itu.

"Cih! Bahkan lo udah habis sebungkus sendiri. Mana ngutang lagi! Katanya orang kaya. Masa rokok aja ngutang!" sambungnya lagi yang kontan mendapat jitakan keras dari Rigel.

"Temen lagi sedih bukannya dihibur. Ini malah dicaci maki. Lo waras, kan?"  Rigel mendengus kemudian mencipratkan air teh yang ada di gelasnya ke muka Neus menyebabkan cowok itu berteriak keras.

"OMAIGAT! SKINCARE GUE LUNTUR!"

"SIALAN LO PANTAT KUDA!"

Kalimat-kalimat yang dikeluarkan Neus sontak menimbulkan tawa yang menggema di sekitar Marli. Semua anggota rajawali disana tergelak melihat tingkah konyol salah satu dari mereka. Namun terkecuali Titan. Cowok itu benar-benar seperti patung yang tidak memiliki emosi apapun.

"Lo mau kemana?" tanya Surya tiba-tiba begitu melihat Titan bangkit dari tempat duduknya dan menyambar kunci motor cowok itu dengan cepat.

"Samuel!" Satu nama yang keluar dari mulut Titan cukup untuk membungkam semua gelak tawa dari anggota Rajawali. Serempak pandangan mereka diarahkan pada sang ketua.

"Samuel? Mau ngapain lo sama Samuel?" tanya Surya penuh selidik. Mau tak mau ia juga ikut berdiri saat Titan berusaha tak menjawab pertanyaannya. Surya menghadang langkah Titan sembari bersedekap.

"Minggir!" Titan mendorong bahu Surya cukup kencang tetapi Surya masih mencoba bertahan. Kali ini Slamet ikut bergabung, berdiri di samping Surya yang juga menghadang langkah kaki cowok beriris hitam itu.

"Jawab dulu pertanyaan Surya. Ada urusan apa lo sama Samuel?" Titan memutar bola mata malas. Ia ingin cepat pergi dari sini. Tangannya sudah gatal untuk menonjoki wajah Samuel.

"Bukan urusan lo!" jawab Titan dingin tak lepas juga dengan kedua tangannya yang ia arahkan untuk memiringkan tubuh kedua sahabatnya agar ia bisa lewat.

Sementara itu Surya dan Slamet terdiam membeku. Titan menjadi lebih tak tersentuh. Bahkan di matanya sama sekali tak terpancar rasa kehangatan meskipun sedikit.

TITAN: What's The Beginning ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang