Mimpi tanpa usaha bagai kopi tanpa gula. Terlihat menggiurkan tetapi hanya berupa hal hitam yang pekat.
***
Rasi memijat pangkal hidungnya lelah mengerjakan semua soal-soal olimpiade yang kini berserakan di atas meja belajarnya. Belum lagi PR yang menumpuk dan semua keperluan lomba ekskul dance. Kepalanya serasa mau pecah.
"Kak, lo udah pernah belajar tentang deret geometri belum?" David yang kebetulan sedang mengerjakan PR di kamar Rasi kini menatap ke arah kakaknya.
"Udah," jawab Rasi lesu.
David yang tadinya ingin bertanya tentang materi tersebut memilih untuk menjatuhkan harapannya dan beralih fokus pada wajah kakaknya yang terlihat muram.
"Kenapa lo?"
"Nggak tau, aku capek aja." Rasi membereskan semua bukunya dan ikut berbaring di sebelah David.
"Mikirin cowok ya lo? Ngaku!"
Rasi melirik David sekilas kemudian mendengus pelan. "Aku aja nggak punya cowok. Lagian masalah aku bukan tentang cowok doang," ujar Rasi kali ini mengambil buku David yang ada di sampingnya kemudian membaca beberapa materi yang ada disana.
"Terus yang waktu itu ke rumah malem-malem yang lo suruh gue buat ngusir dia itu siapa? Cowok lo, kan?" tanya David, ia menaikkan sebelah alisnya tanda meminta penjelasan.
"Hush! Sembarangan aja kamu! Dia itu jahat tau," ujar Rasi. Meskipun mulutnya sibuk bercerita, namun tangannya tetap sibuk mencoret-coret jawaban untuk semua soal-soal di buku David. Sedangkan David yang menyadarinya hanya tersenyum simpul. Kakaknya itu memang selalu pengertian.
"Jahat gimana?"
"Ya... pokoknya jahat lah!"
Rasi kemudian menyerahkan buku tulis di depannya kepada David. David yang melihat bukunya hanya bisa terdiam takjub. Dua puluh soal yang diberikan gurunya selesai dalam waktu kurang dari lima menit. Ya ampun, sebenarnya Rasi itu manusia apa bukan?
"Thanks, ya. Padahal gue nggak minta lo ngerjain PR gue loh."
Rasi mengangguk kemudian berjalan menuju meja belajarnya untuk mengambil ponselnya. Namun saat menyalakan ponsel, saking terkejutnya tiba-tiba Rasi melempar begitu saja ponselnya ke lantai membuat David ikut panik namun saat menanyakan apa yang terjadi, Rasi hanya diam menggeleng. Kemudian memungut ponselnya yang untungnya hanya jatuh ke atas karpet.
Dengan cermat ia membaca notifikasi yang ada di layarnya berharap kalau ia tidak salah ataupun ini semua bukan mimpi.
Tapi nyatanya memang benar, tidak ada skenario sama sekali. Matanya tidak salah. Dan saat itu pula senyum lebar terbit dari bibirnya hanya karena sebuah notifikasi ponsel.
081256768xxx
Save. Gue Titan***
"Kemarin pulang bareng siapa?"
Rasi menoleh ke arah sumber suara tersebut. Akhirnya setelah bermenit-menit mereka diam tak bersuara, cowok di sebelahnya ini berbicara juga.
"Huh?!" tanya Rasi gugup, berada di samping Titan terkadang membuatnya kehilangan akal.
"Pulang bareng siapa?" tanya Titan lagi namun masih mengalihkan pandangan pada rumput-rumput di depannya.
"Oh, naik angkot."
Titan menoleh ke arah Rasi dengan sebelah alis yang terangkat. Nyatanya, jawaban Rasi tidak sesuai dengan apa yang ia lihat kemarin. Dan anehnya kenapa ia jadi tambah penasaran!
KAMU SEDANG MEMBACA
TITAN: What's The Beginning ✔
Teen Fiction[TAHAP REVISI] Galaksi Titan Supernova. Si galak dan dingin dari Rajawali. Bertemu dengan Rasi Almathea, anggota eskul dance SMA Persada. Pertemuan yang tak disangka-sangka yang membawa mereka dalam sebuah kisah. Pertanyaannya adalah bagaimana kisah...