Tanpa ada luka, siapa yang akan mengenal tawa.
***
Yang Rasi dapat ketika memasuki halaman sekolahnya adalah tatapan heran atau mungkin menatapnya aneh. Ya, wajar saja, siapa yang tidak bingung ketika seorang gadis masuk sekolah dengan perban yang masih melekat di kepala juga kaki yang masih di-gips membuat satu sekolah gempar.
Mencoba acuh, Rasi mencoba berjalan meski tertatih-tatih. Namun dengan sialnya, kecerobohan Rasi membuat tongkat gadis itu tidak sengaja tersandung kerikil di sana dan membuat tubuhnya oleng. Namun dengan sigap sepasang tangan kekar menyambutnya sebelum geraman halus terdengar dari mulut seseorang yang ada di sampingnya sekarang.
"Kenapa masuk sekolah?" Titan membenarkan tongkat Rasi yang miring, menuntun gadis itu perlahan. "Aku bilang jangan nekat. Kamu masih belum sembuh, Rasi!"
Rasi tersenyum hangat, rangkulan Titan terasa sangat nyaman. "Aku udah nggak papa. Lagian aku kangen sama Elara sama Aurora juga."
Titan mengehela napas. "Tapi pikirin juga kondisi kamu."
"Kak Titan tenang aja. Aku bisa jaga diri, kok."
"Tapi---" Ucapan Titan terpotong setelah dari arah depan mereka bersamaan muncul dua sosok yang sedikit membuat Titan mendengkus kasar.
"RASI!! OMAYGAT! Lo masuk sekolah?" Titan dan Rasi sedikit meringis mendengar teriakan Elara yang begitu kencang membuat satu sekolah mendengarnya.
"Astaghfirullah ternyata abis masuk rumah sakit otak lo makin gila ya!" Tak kalah, Aurora pun ikut mengecek teliti keseluruhan tubuh Rasi yang tentunya tidak baik-baik saja.
Sedetik, mereka berdua baru menyadari kalau ada Titan di samping Rasi seketika tersenyum menyengir. Tengsinlah! Di depan cowok cakep teriak-teriak seperti pasien RSJ.
"Ciyee ... pagi-pagi udah ditemenin pangeran." Aurora menyenggol lengan Rasi pelan yang sayangnya tidak diterima gadis itu dengan siap membuat Rasi sedikit oleng, untung saja Titan bergerak cepat menahannya.
Aurora yang melihatnya hanya tersenyum penuh arti. "Duh, salah waktu kita, El. Atmosfir di sini udah nggak cocok buat para jomblo."
Rasi menatap Aurora penuh tanya namun hanya dibalas senyum cantik dari gadis itu. "Yaudah, lo sama pangeran dulu. Nanti kalau udah di kelas, pokoknya lo milik kita, ya!"
Setelah mengucapkan kalimatnya, Aurora segera menarik lengan Elara meninggalkan dua sejoli yang kini menjadi pusat perhatian sekolah itu.
"Mau masuk sekarang?" tanya Titan dan Rasi mengangguk sembari sesekali melirik sekitar yang kini terpusat padanya dan Titan.
"Aku bisa sendiri, Kak." Rasi sedikit menyingkir ketika Titan berniat membantu menuntunnya menuju koridor sekolah. "Cukup liatin aku aja," ujar gadis itu secara tersenyum kecil.
Meski kesulitan, Rasi akhirnya sampai di depan pintu kelasnya dan disambut banyak pasang mata yang melirik ke arahnya berikut juga Titan yang masih setia menemani gadis itu. "Pulangnya tunggu aku nyamperin," ujar Titan singkat seraya mengacak rambut Rasi pelan kemudian berlalu pergi.
Rasi tersenyum singkat, menarik apas sesaat untuk kemudian tongkatnya pelan-pelan ia gerakkan menuju kelas. "Hai, Rasi! Tambah cantik aja." Hilmi si ketua kelas menyahut kencang dibalas senyum kikuk dari Rasi.
KAMU SEDANG MEMBACA
TITAN: What's The Beginning ✔
Teen Fiction[TAHAP REVISI] Galaksi Titan Supernova. Si galak dan dingin dari Rajawali. Bertemu dengan Rasi Almathea, anggota eskul dance SMA Persada. Pertemuan yang tak disangka-sangka yang membawa mereka dalam sebuah kisah. Pertanyaannya adalah bagaimana kisah...