41 | Terhampa

83.3K 4.5K 322
                                    

Tuhan tak pernah salah dengan takdirnya.

***

Saat sebagian waktu berlalu, mungkin pada saat tertentu dinding rumah sakit pernah menjadi saksi atas ribuan doa yang dipanjatkan. Para manusia sebisa mungkin mengharap keajaiban dari dosa yang selama ini mereka perbuat. Membuktikan bahwa mereka memanglah makhluk yang layak untuk dikasihani.

Sebanyak dua kali kehilangan, maka yang didapati keadaan mereka sekarang masih dalam guncangan berat. Jantung yang masih memompa darah cepat, juga isak tangis kecil sudah menjadi teman hingga beberapa hari ini.

Sejak Rasi hampir meninggalkan mereka semua, tak ada ruang lagi untuk hanya sekedar bernapas tanpa air mata. Berapapun tetes yang telah dikeluarkan, tak dapat sama sekali mengubah takdir yang sudah berjalan.

"Lo nggak mau makan dulu, Tan? Sumpah itu perut lo punya kulkas sendiri apa gimana? Udah dua hari lo belum makan!" Slamet mencoba membujuk Titan untuk yang kesekian kalinya. Tanpa menyerah dan mungkin tidak akan pernah menyerah.

"Duluan aja," sahutnya tanpa minat membuat Slamet memutar matanya malas. Sudah hampir seratus kali ia membujuk dan jawabannya selalu sama; 'duluan aja'.

"Ini yang ke sembilan puluh delapan kali lo bilang gitu dan dua kali lagi gue pastiin lo bakal dapet Yamaha N-max dari shopee," ujar Slamet malas. Namun tak urung candaannya membuat beberapa orang yang ada di ruangan itu tersenyum kecil.

"Endors lo, Met. Awas ada cctv," ucap Surya berharap dalam mencairkan  suasana tegang di ruang rawat Rasi.

"Biarin, kemarin gue udah di DP sama perusahaannya," ujar Slamet asal kembali menatap ke arah Titan yang bahkan pakaiannya dari dua hari yang lalu saja belum ganti. Cowok itu sibuk memandangi gadis yang kini sedang tertidur pulas sejak dua jam yang lalu.

Maha Baik Sang Pencipta membuat hidup Titan kembali setelah beberapa saat hampir terkubur sangat dalam di bawah ruang kehampaan. Alat-alat yang sudah dilepas dari tubuh gadis itu tak lantas membuat Titan kehilangan harapan.

Terbukti dengan gadis itu yang kembali membuka mata indahnya saat semua harapan bahkan tak mampu menopang pahitnya kenyataan. Di tengah arah yang semakin tak menentu, Titan tak pernah goyah dan terus percaya.

"Lo semua mending pulang aja. Tinggalin gue sendiri."

Keempat temannya menatap ke arah Titan dengan pandangan malas. Enggan menanggapi dan masih setia berada dalam ruangan itu. Bahkan Slamet dan Surya sudah sibuk dengan game online yang saat ini mereka mainkan.

"Kenapa masih di sini?" tanya Titan mulai tak bersahabat.

"Males pulang," sahut Surya.

"Tau, nggak punya rumah gue. Udah digusur sama pemerintah," timpal Slamet sibuk.

"Ya jelas di gusur, kan rumah lo tempat lokalisasi. Yang jalan mawar itu, bukan?" ujar Neus yang kini bergabung dengan Rigel sibuk mendesain acara amal yang sebentar lagi akan diadakan anak-anak Rajawali.

"Mulut lo persis kayak perosotan TK banget ya, Neus Amaro. Licin dan bikin pantat panas," sinis Slamet kembali fokus pada game-nya. Berhubung orang tua Rasi sedang pulang ke rumah mengambil beberapa pakaian, menjadi kesempatan emas bagi mereka berempat---kecuali Titan---untuk membesuk gadis yang kini sedang tertidur pulas itu.

Karena sudah pasti, mereka semua terutama Slamet langsung diusir oleh Narisa. Semua orang pun tahu alasan kenapa Narisa tega mengusir mereka.

Mengabaikan Slamet yang terus mendumel 'Surya noob pake Miya' dan Rigel juga Neus yang sibuk mengatur konsep acara amal, pada ujung ruangan, pintu ruang rawat tiba-tiba terbuka. Menampilkan sosok David di sana dengan sebuah kotak di tangannya.

TITAN: What's The Beginning ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang