23 | Baik-Buruk

120K 6.5K 1.3K
                                    

Perbedaan itu untuk disatukan, bukan dibandingkan.

***

"Jadi, papa udah mulai bayar bodyguard buat ngawasin Kak Titan?"

Adipati menoleh dan sedikit terkejut melihat anak bungsunya kini sudah ada di depan meja kantornya. Ia meletakkan dokumen yang sedari tadi ia baca sekaligus melepas kacamata yang bertengger di hidungnya.

"Kamu ngapain disini, Raf?"

"Nggak usah ngalihin pembicaraan, Pa," ujar Rafi sambil memutar bola matanya malas.

Sejujurnya Rafi sudah tau kalau dari awal ada hubungan renggang antara papa dengan kakaknya. Namun selama ini ia hanya berpura-pura seakan semua baik-baik saja dan berharap memang seperti itu yang akan terjadi.

"Memangnya apa urusan kamu?" tanya Adipati. Ia bangkit dari kursinya kemudian berjalan ke arah Rafi dengan sebuah kartu di tangannya.

"Ini kartu atm baru kamu. Udah papa isi, tinggal kamu pakai aja." Adipati menyerahkan sebuah kartu kecil yang langsung diambil cepat oleh Rasi kemudian dipatahkannya menjadi bagian-bagian kecil.

"Kenapa papa selalu kasih semuanya ke aku? Kenapa Kak Titan nggak pernah mendapatkan perlakuan yang sama?" Hilang sudah image Rafi sebagai anak baik-baik di mata Adipati, tapi Rafi sungguh tidak peduli. Selama ini ia selalu mempertanyakan mengapa kasih sayang papanya selalu tidak setara.

Sementara dilain sisi, Adipati sedikit terkejut melihat Rafi yang dengan sopannya merobek kartu atm yang ia berikan. Apalagi saat mendengar kata-kata yang terlontar dari mulut anaknya itu. Mungkin kalau ia seorang perempuan, pasti sudah menangis sakit hati.

"Rafi, papa udah bilang berkali-berkali, kan. Jangan pernah bahas soal kasih sayang papa lagi. Kamu sama kakak kamu sudah jelas berbeda!" bentak Adipati. Ia yakin sikap membangkang Rafi ini pasti hasutan dari Titan.

Adipati benar-benar tidak akan membiarkan anak itu menghasut Rafi terlalu jauh.

"Kita berdua sama-sama anak papa. Apanya yang beda?"

"Justru papa sendiri yang membuat kita berdua berbeda."

Rafi menarik napas dalam setelah mengeluarkan semua unek-unek yang selama ini bersarang dalam otaknya.

"Kalau kamu sudah selesai berbicara lebih baik kamu keluar. Papa malas berdebat dengan kamu sekarang."

Adipati kembali ke meja kerjanya dan memeriksa beberapa berkas yang ia telantarkan tadi mengabaikan Rafi yang masih setia berdiri dengan asap yang berkepul di kepalanya.

"Oke. Kalau begitu mulai sekarang aku juga bakalan jalanin hidup sama seperti Kak Titan. Dan papa nggak berhak ngelarang aku!" ujar Rafi kemudian berlalu dari hadapan papanya. Ia membanting pintu ruang kerja papanya kasar hingga terdengar suara yang mengakibatkan seluruh penghuni kantor tersebut terkejut.

Dilain sisi, kini Adipati memijat pangkal hidungnya merasa mengurus dua anak lelaki dalam satu waktu adalah cobaan terberat yang pernah ia terima.

Satu anaknya sudah rusak karena termakan rasa kekecewaan. Apa ia harus merelakan anaknya yang lain untuk menjadi rusak juga?

"Goldan Rafi Supernova. Apa nama keluarga Supernova yang papa kasih ke kamu udah nggak ada artinya lagi, nak."

***

Perlu waktu yang lebih lama bagi Rasi untuk sampai bahkan ke gerbang sekolah sekalipun karena mungkin luka di kakinya masih tahap penyembuhan yang mengakibatkan jalannya menjadi cukup lambat.

TITAN: What's The Beginning ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang