Dunia menjadi saksi.
Kalau takdir yang tidak mudah akan menuntun kita berdua kepada jalan mencintai dengan cara yang lebih kekal.
***
Dalam satu tarikan napas, Titan melangkah maju. Membuka pintu kaca di hadapannya. Baginya ini seperti mimpi buruk. Satu per satu gerbang menuju kematiannya mungkin mulai terbuka seiring dengan langkahnya yang semakin masuk ke dalam.
Menemukan sesuatu di sana.
Di atas ranjang, terbaring tubuh seorang gadis cantik berkulit putih dengan kaku. Bagai putri salju dalam dongeng cerita anak, namun Titan sangat berharap gadis itu lebih kuat dari kelihatannya.
Berbagai selang dan kabel tersambung ke tubuhnya yang mungil. Mungkin jika bisa berteriak, Rasi akan mengeluh karena tubuhnya seperti terlilit oleh itu semua.
Titan yang melihatnya hampir saja mencabut paksa alat-alat itu kalau tak ingat semua alat itu yang menunjang nyawa gadisnya sekarang. Rasi pasti akan sulit bergerak jika ia bangun nanti!
Lelaki itu kini duduk di sebelah ranjang Rasi. Meraih tangan gadis itu, merasakan dingin yang langsung menyentuh permukaan kulitnya.
"Rasi, aku di sini."
Sunyi. Kalimat Titan hanya dibalas oleh suara monoton dari monitor di sampingnya.
"Rasi, maafin aku. Kamu pasti marah, kan? Silakan kamu cemberut sesuka kamu, pukul aku semau kamu, tapi tolong ... jangan diem kayak gini," ujar Titan tak tahan lagi dengan semuanya. Matanya terpejam untuk sesaat sembari membayangkan apa saja yang telah ia lakukan selama ini sehingga mendapatkan hadiah 'se-mengejutkan' ini. Apa dosa yang telah ia lakukan di masa lalu?
Siapapun yang melihatnya pasti tahu. Titan berada di titik paling lemahnya sekarang. Bahkan untuk kedua kalinya, setetes air mata luruh dari sudut mata Titan yang bahkan sama sekali cowok itu tidak berniat untuk menghapusnya.
"Aku inget, kamu pernah minta aku buat berhenti berantem, kan? Aku janji nggak akan berantem lagi, yang penting kamu bangun, ya? Hm?"
Narisa selaku ibunda Rasi berdiri di ambang pintu membekap mulutnya, menyaksikan percakapan satu arah itu. Seperti ada sesuatu yang meremas jantungnya melihat ada seseorang yang begitu kehilangan Rasi selain dirinya.
"Kamu janji bakalan terus ada di samping aku, kan, Ras? Ayo jawab, Rasi!" Titan hampir saja mengguncangkan tubuh Rasi karena gadis itu diam tak kunjung manjawab pertanyaannya.
Sesak. Titan semakin mengeratkan genggaman tangan mereka. Matanya menyorot dalam enggan beralih dari wajah pucat yang kini tengah terpejam erat di hadapannya. Dengan satu tarikan napas, diucapkannya kalimat yang ia sendiri bahkan tak bisa menjamin bisa menepati.
"Aku janji nggak bakalan berantem lagi." Suara Titan terdengar hampir putus asa. Seruan frustasinya seolah menggema di seluruh isi ruangan.
"Aku janji akan nemenin kamu kalau latihan dance, aku janji bakalan selalu jemput kamu kalau pulang sekolah biar kamu nggak naik bus umum lagi, aku janji gak bakal bolos lagi. Tapi tolong, Rasi, just wake up!"
Titan merasa hancur pada detik itu juga. Kalimat yang ia ucapkan seolah sebagai bendera putih dalam peperangan. Menyerah atas segala takdir yang telah di terimanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
TITAN: What's The Beginning ✔
Teen Fiction[TAHAP REVISI] Galaksi Titan Supernova. Si galak dan dingin dari Rajawali. Bertemu dengan Rasi Almathea, anggota eskul dance SMA Persada. Pertemuan yang tak disangka-sangka yang membawa mereka dalam sebuah kisah. Pertanyaannya adalah bagaimana kisah...