22 | Bersama?

110K 7K 421
                                    

Cepat mengatakan lebih baik daripada semuanya hancur bersama kenangan.

***

"Ke Jogja musim kemarau, kayaknya ada yang lagi galau," ujar Slamet saat melihat wajah Titan yang sedari tadi murung.

Tidak terlihat lagi aura menyeramkan dari cowok itu, entah hilang kemana berganti dengan wajah ling-lung dan tatapan kosong dari kilat mata hitam Titan.

"Di Jogja membeli sepatu, siapa tu?" Surya ikut membalas pantun Slamet membuat Titan melirik mereka berdua malas.

"Ke Cipanas naik tayo, tebak hayoo."

"Nggak nyambung pantun lo bego!" Surya menoyor kepala Slamet cukup kencang hingga Slamet sedikit terhuyung ke samping.

"Malam-malam ada nenek gerandong, suka-suka gue dong." Slamet menjulurkan lidahnya ke arah Surya.

"Ke Pasar naik odong-odong, lo berdua diem dong!" Neus ikut menyahut karena sedari tadi ia cukup terganggu dengan kegiatan berbalas pantun tidak jelas antara Slamet dan Surya.

"Kok gue?! Dia duluan." Slamet menunjuk ke arah Surya sangsi. Karena memang Surya duluan yang menoyor kepalanya.

"Ke Jakarta marah-marah, Lah apaan dah!"

Sebelum beranjak pergi dari hadapan teman-temannya karena sudah terbawa kesal dengan Surya, Slamet menutup pantun nya dengan sebuah pantun terakhir. Kali ini ia berjalan ke arah Surya dan berakhir di depan telinga cowok itu. Slamet membisikkan sebuah pantun yang mungkin walaupun kecil, tetapi dapat terdengar oleh mereka semua.

"Ada Neus pake kutek.
Ada Rigel lagi nyium ketek.
Baru nyadar Surya jelek.
Jeleknya ngalahin bebek."

Titan tersenyum kecil mendengar pantun terakhir Slamet yang tak luput dari pandangan mata Neus. Sementara Surya sudah mengerahkan kedua sepatunya untuk dilemparkan ke arah Slamet sebelum Slamet pergi menjauh.

"Lo liat kan, Tan. Gimana usaha mereka buat ngehibur lo."

Titan menoleh ke arah Rigel yang tanpa sadar sedari tadi memperhatikan dirinya. Sedikit terhenyak, Titan baru menyadari sesuatu setelah Rigel mengatakan kalimatnya.

Wajahnya kembali murung tak bersemangat. Bahkan game online di ponsel pun tidak dapat membangkitkan gairahnya lagi.

"Kalau lo ada masalah mending cerita, Tan. Kita-kita siap nerima, ya gak Sur." Rigel menyenggol bahu Surya yang seketika mendapat anggukan dari Surya.

"Bener... cerita aja cerita, siapa tau besok bisa gue jadiin bahan gibah di kelas," ujar Surya dengan cengirannya.

"Goblok lo kurangin dikit, Sur. Kasian Bu Dewi terus-terusan ngajarin lo kalau lo masih goblok kayak gini!" ujar Neus.

Titan menghembuskan napas berat. Di pikirannya semakin berkecamuk tentang alasan mengapa ada sekitar sepuluh panggilan tak terjawab dari Rasi. Ada apa dengan cewek itu?

Perasaan Titan semakin tidak tenang saat ia mencoba menelepon balik, namun tak ada jawaban apapun dari Rasi.

"Titan!"

"Lo kenapa, sih? Cerita dong baby Tatan ku."

Neus merotasi kan matanya malas melihat tingkah Surya. Tidak ada Slamet, tetapi tetap saja ada kembarannya yang tidak kalah gila.

TITAN: What's The Beginning ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang