2 | Pertolongan

181K 9.4K 511
                                    

HAPPY READING
POTE
POTE
POTE
HEHEHE:')
*
*
*

Pertemuan pertama tak bisa dilupakan. Ketika pertama kali hati ini berteriak, bahwa hanya kamu yang kubutuhkan.

***

Rasi harus menelan kenyataan pahit. Ia meremas paper bag berwarna biru yang ada di tangannya. Menghela napas berulang kali mendapati sosok yang ia cari ternyata tidak masuk sekolah hari ini. Percuma saja ia mencuci baju seragam ini sendiri, mengeringkannya, menggosoknya rapi jika tidak bisa dikembalikan hari ini.

Rasi hanya ingin masalahnya cepat selesai.

"Nah, tuh, dateng!" Elara dan Aurora sudah menyambutnya. Mengambil satu kursi lagi lalu menepuk-nepuk bagian kursi itu dan mempersilakan Rasi duduk bak seorang ratu.

"Gimana gimana? Berhasil? Dapet bonus nggak lo ngembaliin seragam cepet?" Elara tanpa basa-basi menyerobot pertanyaan untuk Rasi.

"Dapet apa lo jadi babu sehari nyuciin seragam orang?"

"Pasti bonusnya lo diminta jadi pacar dia."

Elara dan Aurora sudah kompak tertawa bersama dengan asumsi mereka. Sementara wajah Rasi sudah tertekuk sempurna. Mereka tidak tahu saja apa yang harus Rasi dapat saat di koridor kelas XII tadi. Bahkan gadis itu sampau trauma jika disuruh sekali lagi ke sana sendiri tanpa ada teman.

"Terus aja. Terusin kalian ngomongnya." Rasi sudah meletakkan kepalanya di atas meja. Mengundang tatapan dari kedua temannya.

"Lah, napa lagi ni bocah." Elara menyahut tak mengerti.

"Ras, mubazir ngegantungin cowok ganteng. Mending lo langsung jawab YES aja, bego!" ujar Aurora bersemangat sekaligus mendapat dua jempol setuju dari Elara.

"Kalian tuh ngomongnya ngaco. Siapa juga yang mau jadi pacar dia," jawab Rasi dengan tersirat nada kesal di sana.

"Nah, kan nggak bersyukur. Kata mama gue pamali nolak orang ganteng," sahut Aurora lagi.

"Aku nggak nolak siapa-siapa. Kalian aja yang daritadi narik kesimpulan sendiri."

Rasi perlu bersabar dan mengontrol nada suaranya agar tidak meninggi. Selama ini ia selalu bisa menahan kesabaran atas apapun, tapi kenapa semenjak berurusan dengan kakak kelasnya yang bernama Titan itu, skala kesabaran Rasi seolah sangat cepat menurun.

"Loh emang bener, kan? Lo ditembak Kak Titan. Iya, kan?"

Rasi mengembuskan napas lelah. Mengangkat kepalanya menatap ke arah kedua sahabatnya. "Enggak."

Rasi menunjukkan paper bag yang masih ada di tangannya sejak ia masuk sekolah tadi. "Hari ini dia nggak masuk. Aku bawa balik lagi seragamnya."

Elara dan Aurora menatap paper bag yang ada di tangan Rasi. Seketika tawa mereka meledak bersamaan bahkan hingga menarik perhatian penghuni kelas yang lain. Rasi sendiri bingun dengan kedua sahabatnya itu.

"Kalian gila, ya?" tanya Rasi saat tawa keduanya tak kunjung berhenti.

"Ras, nasib lo malang banget saoloh."

TITAN: What's The Beginning ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang