Di ujung titik kelelahan kamu akan menemukan bagian dari apa yang kamu cari selama ini.
***
"Jadi lo semalem beneran nonton sama Prince?" tanya Aurora untuk kesekian kalinya membuat Rasi meliriknya sedikit kesal.
"Iya, Ra. Iya!"
Aurora manggut-manggut kemudian mengelus dagunya seperti sedang berpikir keras.
"Ternyata Prince gerak cepat juga, ya."
"Maksud kamu?"
Aurora menoleh ke arah Rasi. Ditatapnya sahabatnya itu dengan alis terangkat sebelah. "Lo nggak tau?"
"Tau apa?"
"Prince suka sama lo," ujar Aurora cukup kencang membuat Rasi melotot. Sekarang mereka berdua sedang berada di kanting untuk sarapan. Dan tentunya suasana kantin tidak pernah sepi jika bukan jam pelajaran.
"Kalau itu aku tau. Terus kenapa kalau dia suka sama aku? Itu kan hak dia," jawab Rasi seadanya. Ia kini menumpukan tangan di atas meja untuk menopang dagunya.
"Nah masalah bangetnya, gue ngeliat lo itu dalam posisi bahaya cinta!" ujar Aurora menggebu-gebu diiringi pukulan pada meja kantin.
Rasi memicing menatap Aurora. "Maksudnya?"
Aurora hanya mengedikkan bahu acuk kemudian bersandar pada sandaran kursi di belakangnya. "Nanti juga lo tau. Btw, itu Kak Titan, kan?" ujar Aurora sambil menunjuk kantin bagian pojok yang kini ditempati Titan dan seorang perempuan.
"Gue perhatiin mereka makin deket aja," ujar Aurora sambil tersenyum miring. Niatnya ingin memanas-manasi Rasi sepertinya sedikit berhasil. Rasi terlalu polos untuk urusan seperti ini. Lihat saja wajahnya sekarang sudah seperti jemuran belum digosok.
Rasi menoleh ke arah Aurora. "Aku nggak peduli!" jawab Rasi sambil membuang muka kasar.
"Ciee... cemburu... kan, bener... lo itu sukanya sama Kak Titan," ujar Aurora membuat Rasi mendengus. "Aku nggak suka sama siapa-siapa!"
"Ck! Masa jujur sama perasaan sendiri aja susah. Biasanya lo kalau di suruh jujur paling semangat."
"Ini aku udah jujur. Aku nggak suka sama siapa-siapa," jawab Rasi. Namun, Aurora bisa melihat gerak-gerik cewek itu yang ragu saat mengucapkan kalimatnya tadi.
"Nanti juga lo nyadar," ujar Aurora kini sambil menepuk pundak Rasi.
Sementara di pojok kantin, Titan berungkali menghembuskan napas kasar. Ia melirik Amel yang tak henti-hentinya mengoceh membuat kepalanya ingin pecah.
"Lo bisa diem gak!" sentak Titan kasar. Kesabarannya hampir habis pada cewek di sampingnya itu.
Bukannya diam, tangan Amel malah terulur menyentuh lebam yang ada di sudut mata Titan. "Ini lo berantem lagi?"
Enggan bersuara, Titan malah menurunkan uluran tangan itu. Tidak kasar tetapi cukup menunjukkan kalau ia tidak suka sembarangan orang menyentuhnya.
Amel mendecak mendapat penolakan garis keras dari Titan.
"Mau gue obatin?"
"Gak!"
"Lo kenapa sih berantem terus? Gak sayang sama badan lo? Sekarang baru di muka, besok bisa-bisa badan lo lebam semua," ujar Amel kali ini sambil menyentuh pundak Titan.
Titan tidak menjawab, pikirannya masih sibuk berkelana pada apa yang ia lihat kemarin. Rasi semalam turun dari mobil Prince? Memangnya habis dari mana merek? Apa kemarin mereka melakukan hal semacam ngedate?
KAMU SEDANG MEMBACA
TITAN: What's The Beginning ✔
Teen Fiction[TAHAP REVISI] Galaksi Titan Supernova. Si galak dan dingin dari Rajawali. Bertemu dengan Rasi Almathea, anggota eskul dance SMA Persada. Pertemuan yang tak disangka-sangka yang membawa mereka dalam sebuah kisah. Pertanyaannya adalah bagaimana kisah...