Bagian 2

1.6K 172 3
                                    

Jam istirahat sudah dimulai sejak 5 menit yang lalu, namun Dinda dan Senja belum beranjak dari tempat duduknya. Senja yang malas jika harus pergi kekantin memilih menemani Dinda yang tengah mengerjakan tugas Ekonomi yang belum Dinda sentuh sama sekali. Bu Imelda yang merupakan guru Ekonomi sangatlah mengerikan dimata anak-anak didiknya dan pelajaran itu akan berlangsung setelah jam istirahat, membuat Dinda buru-buru mengerjakannya. Dinda tak pernah sekalipun mencontek meskipun dia benar-benar tidak bisa mengerjakannya sekalipun.

Saat tengah memperhatikan Dinda yang tinggal mengerjakan satu soal lagi, ekor mata Senja tak sengaja menangkap sosok Gilang yang tengah bejalan bersama teman-temannya sembari menenteng bekal pemberian Dinda. Merasa penasaran dengan apa yang akan Gilang dan kawan-kawannya lakukan dengan bekal pemberian Dinda, membuat Senja berinisiatif mencari tahu.

Mengikuti rombongan pria tampan dan mempesona itu membuat Senja berhenti di sebuah ruangan bertuliskan ruang ektrakulikuler basket putra. Dari luar ruangan Senja bisa melihat dengan jelas apa yang tengah mereka semua lakukan di dalam. Tak terkecuali saat Gilang hendak membuang bekal pemberian sahabatnya itu ke dalam kontak sampah.

Merasa tak terima dengan apa yang akan Gilang lakukan membuat Senja dengan mantap melangkahkan kakinya dan merebut kotak bekal itu sebelum dengan sempurnanya meluncur kedalam kotak sampah.

Kemunculan Senja yang tiba-tiba merebut kotak belak itu membuat semua anak basket putra di ruangan itu memandang heran kearah Senja tak terkecuali Gilang sendiri.

" ini untuk di makan bukan dibuang. Masih banyak orang di luaran sana yang mengharapkan sebutir nasi untuk dimakan " kelakar Senja dengan menatap penuh amarah kearah Gilang

" loe siapa tiba-tiba dateng ceramah gak jelas ? " tanya Bian seraya menatap penuh minat kearah Senja. Yah, Senja hanyalah gadis kutu buku yang tak mungkin dapat dikenali oleh orang-orang popular di sekolahnya.

" saya Senja sahabatnya Dinda, saya gak suka ya kamu selalu bersikap gak baik sama sahabat saya. Susahnya apa sih kamu sedikit menghargai kebaikan orang lain "

" wow... luar biasa ternyata si Dinda punya temen yang alim juga " celoteh Aldo

" terus loe maunya gue gimana ? " tanya Gilang dengan Senyum mengejek kearah Senja. Entah mengapa Gilang merasa sedikit tertantang dengan sikap Senja yang terkesan anti terhadap dirinya. padahal selama ini tak pernah ada satu wanitapun yang berhasil lepas dari pesonanya

" cukup hargai usaha baik Dinda " Senja masih senantiasa menatap tak bersahabat kearah Gilang meskipun dirinya telah diberikan seulas senyum yang amat dinantikan oleh Dinda

" perempuan itu bahkan sepertinya gak bisa menghargai dirinya sendiri. Loe bisa liat sendiri gimana dia melemparkan diri secara suka rela ke gue " ucap Gilang yang langsung mendapatkan hadiah berupa tamparan yang cukup kuat dari Senja

" tutup mulut brengsek kamu itu, Dinda bukan perempuan murahan seperti apa yang kamu maksud. Sepertinya memang susah bicara dengan orang yang bahkan hati nuraninya sudah tumpul " Senja menggenggam bekal makanan milik Dinda sembari melangkahkan kakinya pergi dari ruangan itu. meninggalkan Gilang beserta temannya yang tengah dibuat terkejut dengan apa yang baru saja Senja lakukan

Gilang tak seberapa memperhatikan kala teman-temannya sudah heboh membicarakan kelakuan wanita berwajah polos namun sangar itu, Gilang hanya fokus memperhatikan gadis bernama Senja yang telah menarik perhatiannya. Gilang merasa tertantang untuk bisa menaklukan satu-satunya murid wanita yang tak tertarik dengan pesonanya.

Emosi yang sedari tadi melingkupi diri Senja membuat gadis itu berjalan seraya menghentak-hentakkan kakinya kesal dan sesekali menggumam tak jelas untuk menyalurkan kekesalannya. Bagaimana bisa pria yang sahabatnya agung-agungkan itu bersikap amat buruk bahkan menganggap sahabatnya itu wanita murahan. Senja semakin mengepalkan tangannya untuk meredam emosi

" Senja, kamu dari mana sih. Aku cariin dari tadi ? oh, itu bukannya bekal punya ku ya ? " tanya Dinda beruntun

" em... ini tadi aku temuin di ...... "

" di tempat samaph ya " ucap Dinda saat tahu apa yang akan sahabatnya itu katakan " harusnya gak usah kamu ambil, kan udah kotor. Nanti tangan kamu juga kotor loh " Dinda tersenyum manis kearah Senja yang membuat sahabatnya itu semakin bingung, mengapa tak pernah dia melihat guratan sedih dari wajah sahabatnya itu barang sekali saja. padahal sudah ribuan kali Gilang menyakiti hati sahabatnya ini.

Dinda merebut kotak bekal dari tangan Senja dan langsung membuangnya ke tempat sampah yang berada tak jauh dari tempat mereka berdiri. Dinda menggandeng tangan Senja dan menyeretnya menuju ke toilet. Saat Senja menatap kearah Dinda penuh tanya, gadis itu mengatakan agar Senja mencuci tangannya yang telah kotor karena mengambil bekal yang telah dibuang ke tempat sampah.

DINDATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang