Bagian 34

2.2K 208 83
                                    

Pesta ulang tahun Kinan yang diadakan dikediaman Toni berjalan dengan amat meriah. Pasalnya semua kolega Toni dan Amira tampak datang menghadiri acara anak-anak remaja itu.

Seluruh keluarga besar tampak menikmati acara tersebut, begitupun juga dengan Dinda yang saat ini tengah bercengkrama dengan tamu-tamu undangan. Siapapun yang melihat Dinda pasti awalnya akan berpikir bahwa wanita cantik itu merupakan salah satu dari teman-teman Kinan. Pasalnya tubuh mungil dan wajah ayu Dinda membuatnya masih pantas di sandingkan dengan anak-anak remaja di pesta itu.

Tak jarang beberapa pengusaha muda berusaha mendekati Dinda, begitu juga dengan teman-teman sang papa yang terus menawarkan putra mereka sebagai calon suami Dinda. namun belajar dari masa lalu, Toni tak ingin memaksakan kehendak putrinya itu.

Dinda yang tengah asik berbincang dengan para tamu merasa terkejut kala manik rusanya menangkat kehadiran pria yang masih amat dihindarinya itu. melihat Gilang berada di rumahnya menghadiri pesta ulang tahun sang adik membuat Dinda langsung melayangkan tatapan penuh Tanya kearah Amira, dan hanya dibalas dengan tatapan penuh penyesalan.

Dinda yang tak ingin berurusan dengan Gilang untuk yang kesekian kalinya memilih menghindar, melangkahkan kakinya menjauh dari kerumunan itu. namun sayang seribu kali sayang kala lagi-lagi Gilang berusaha mengikuti Dinda yang berusaha menjauh.

" kau kembali menghindari ku ? " Tanya Gilang kala berhasil mensejajarkan langkah kakinya dengan Dinda

Menghentikan langkah kakinya, Dinda menatap Gilang dengan tajam. " aku hanya merasa sedikit haus " ucap Dinda menolak argument pria sombong di hadapannya itu

" mau ku temani ? " Tanya Gilang disertai sebuah senyuman manis yang dulu mampu membuat seorang Dinda bertekuk lutut

" tidak perlu " ucap Dinda dingin dan kembali melangkahkan kakinya meninggalkan Gilang

" C'mon Din, aku hanya ingin memperbaiki hubungan kita. Tidak bisakah kita berteman seperti dulu ? " pertanyaan Gilang barusan membuat Dinda tersenyum kecut

Dinda Belum sempat menjawab pertanyaan konyol dari Gilang, ketika dirinya sudah dibuat terkejut sekaligus bingung kala seorang gadis kecil berlari kearah Gilang sembari merengek memanggil pria itu dengan sebutan Daddy.

" Daddy aku ingin es krim " ucap gadis kecil yang kira-kira berusia tiga tahun dalam gendongan Gilang dengan antusias

" Cherin.... Sayang " Belum terjawab kebingungan Dinda, ia sudah kembali di buat bingung dengan kehadiran seorang wanita cantik yang datang dengan tergopoh-gopoh mendekati gadis kecil yang sepertinya bernama Cherin itu

Wanita cantik itu tampaknya menyadari kehadiran Dinda, karena kini ia tengah menatap Dinda dengan tatapan terkejut dan salah tingkah hingga dengan buru-buru berusaha merebut Cherin dari Gilang.

" Cherin, ikut mami aja ya sayang. Daddy lagi sibuk " suara halus Senja nyatanya bagaikan suara petir yang menghujam gendang telinga Dinda, jika bisa ingin rasanya Dinda berubah menjadi tuli saat ini.

" gak mau, Cherin maunya sama Daddy mam " rajuk gadis kecil itu sembari semakin mengeratkan dekapannya pada Gilang.

" Biarkan saja Nja " ucap Gilang sembari menghujani kedua pipi gembul Cherin dengan ciuman hingga membuat gadis kecil itu tertawa riang. Begitupulan dengan Senja yang tak bisa menutupi senyuman manisnya.

Mereka seperti melupakan keberadaan Dinda yang sejak tadi masih berdiam diri menyaksikan kebahagian kecil itu dengan hati teriris. Dinda baru tersadar jika sejak tadi di jari manis seorang Gilang telah melingkar sebuah cincin yang terasa familiar dimatanya. Memahami fakta menyakitkan yang terpampang jelas di depan matanya membuat Dinda tersenyum getir.

" Ayo sayang kita cari es krim yang kamu mau " ucap Gilang sembari berjalan menjauh dengan Cherin di gendongannya

Pria bernama Gilang itu nyatanya benar-benar melupakan keberadaan Dinda. tidakkah pria itu ingat jika beberapa menit yang lalu bagaimana ia memaksa Dinda hanya untuk bicara dengannya.

" Ayolah Dinda, apa yang coba kau harapkan dari seorang Gilang, bukankah ini akan menjadi semakin mudah bagimu melupakan pria yang nyatanya sudah menjadi suami orang " ucap Dinda dalam hati. Ia mencoba menguatkan dirinya sendiri

Dinda masih setia berdiri di tempatnya dengan ribuan rasa sakit yang mendera hatinya hingga sebuah sentuhan lembut di bahunya membangunkan lamunan Dinda yang tak berujung.

" Dinda kita perlu bicara " pinta Senja dengan penuh hati-hati, takut menyinggung perasaan wanita dihadapanya itu

" em... aku harus pergi sekarang. Kita bicara lain waktu " Dinda melepaskan tangan Senja dibahunya dan dengan terburu-buru meninggalkan tempat itu

Dinda terus berjalan menuju ke kamarnya tanpa sedikpun mengindahkan orang-orang yang menyapanya. Ia ingin segera menyendiri di dalam kamar untuk menumpahkan semua kesedihan di hatinya itu.

Tubuh mungil Dinda merosot kebawah setelah mengunci pintu kamarnya rapat-rapat. Pertahanannya runtuh seketika dengan air mata yang dengan lancarnya turun membasahi kedua pipinya. Air mata yang lagi-lagi turun hanya karena seorang Gilang.

Fakta bahwa saat ini hanya memikirkan Gilang saja sudah menjadi sebuah dosa untuknya membuat membuat Dinda merasakan sesak yang teramat sangat, rasa sakit di hatinya saat ini melebihi kesakitan-kesakitan yang ia rasakan dulu. Membayangkan bahwa saat ini Gilang hanyalah milik Senja seorang membuat Dinda benar-benar merasa frustasi.

Sejujurnya Dinda sudah merasa amat lelah dengan semua kebodohan ini. ia ingin merasakan hatinya bebas, merasakan bagaimana bahagianya mencintai seseorang yang juga mencintainya hingga maut memisahkan.

Tapi apa mau dikata jika nama Gilang nyatanya masih setia terukir di dalam hatinya. terasa amat sulit melupakan bayang-bayang pria itu dari hati dan pikirannya.



Hei Guys...

masih adakah yang berharap Dinda bakalan sama Gilang ???


Berhubung banyak yang mendukung cerita baru aku yang berjudul Way Of Love, maka dengan senang hati aku publish cerita itu. silahkan cek di list work aku ya ......

Love you all  

DINDATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang