Pagi ini berbeda dari biasanya bagi Dinda, pasalnya sarapan yang biasanya hanya di lalui bersama Kinan kini tampak berbeda dengan kehadiran mama dan papanya yang tengah duduk dalam diam sembari menikmati sarapannya. Meskipun sarapan hanya dengan saling diam, namun Dinda tetap merasa bahagia hingga menampilkan senyuman tipis di wajah pucat dan sembabnya pagi ini.
" papa yang akan mengtarkan mu dan Kinan pergi kesekolah " ucapan Toni mampu membuat Dinda tekejut hingga tersedak
Melihat Dinda yang terbatuk membuat Amira tanpa sadar menggeser segelas air kearah gadis itu. meskipun tetap tanpa bersuara, perhatian kecil dari Amira itu tetap berhasil membuat Dinda tersenyum bahagia.
Di sepanjang lorong menuju kelasnya, Dinda tak bisa berhenti tersenyum tipis. Meskipun wajahnya pucat dengan mata sembab efek menangis semalaman nyatanya tak bisa menutupi kecantikan di wajah gadis yang tengah bahagia pagi itu.
Suasanan baik dalam hatinya sepertinya tak bisa berlangsung dengan lama. Pasalnya kala melihat Senja dan Gilang berjalan beriringan menuju kearahnya lagi-lagi membuat Dinda merasakan nyeri di hatinya.
Dinda semakin mengeratkan genggaman tangannya pada tali ransel sekolahnya kala langkah kaki dua sejoli itu tampak semakin mendekat kearahnya.
" Dinda, bisa kita bicara sebentar " ucap Senja lirih sembari menatap kearah Dinda dengan takut bahkan hingga membuat gadis itu tanpa sadar menggengam ujung seragam Gilang dengan kuat
Melihat semua itu membuat Dinda tersenyum kecut. Ia paham kemana arah pembicaraan ini akan berjalan. Sejujurnya Dinda telah menebak jika hal ini pasti akan terjadi, namun ia tak menyangkan jika akan secepat ini.
" bisakah kita bicara saat istirahat, aku harus mengerjakan tugas yang belum selesai " ucap Dinda dengan senyum di paksakan. Demi Tuhan, ia ingin menangis saat ini. namun ia telah bertekad untuk mengiklaskan semuanya
" Tapi Dinda.... "
" baiklah jika itu mau mu " Gilang berkata dengan dingin kala memotong perkataan Senja.
Senja dan Dinda sama-sama menatap pria tampan yang terlihat amat dingin itu. Dinda hanya mengangguk sembari tersenyum kecut dan berlalu pergi. Lain halnya dengan Senja yang menatap Gilang dengan penuh tanda Tanya.
Di dalam kelas, Dinda memilih duduk di bangku paling pojok dimana hanya terdapat satu bangku di sana. Sebenarnya Dinda tak ingin berakhir dengan menjauhi Senja hingga menghancurkan persahabatan mereka yang terjalin lama hanya karena masalah seorang pria. Namun Dinda tak bisa berbohong jika hatinya terus merasa sakit kala melihat wajah cantik nan polos milik sahabatnya itu.
Dinda merasa saat ini ia hanya belum bisa merelakan. Setelah berjalannya waktu ia akan bisa menerima semua yang terjadi padanya saat ini. dinda berusaha menyibukkan dirinya dengan mencoba focus belajar, terlebih lagi fakta bahwa hari kelulusan yang semakin dekat.
Dinda bertekad akan merubah dirinya menjadi lebih baik, dimulai dengan lebih focus menjalani pendidikannya. Melihat perubahan sikap mama dan papanya membuat Dinda ingin berusaha menjadi anak yang dapat membanggakan kedua orantuanya itu.
Selama pelajaran berlangsung, dinda benar-benar memegang tekadnya untuk focus menimba ilmu. Bahkan perubahannya itu mampu membuat Bu Imelda mendecak kagum dengan ketenangan dan keseriusan anak didiknya yang terkenal sulit di atur itu.
" Dinda, bisa kamu bantu ibu mengumpulkan tugas teman-teman mu dan membawanya keruangan ibu. Sekalian ada beberapa hal yang ingin ibu bicarakan dengan mu " ucap Bu Imelda sebelum meninggalkan kelas.

KAMU SEDANG MEMBACA
DINDA
FanficIni hanyalah sebuah kisah klasik dimana Cleodinda Sekar Ayu, si cewek seksi yang selalu ceria mencintai seorang pria dingin dan cuek bernama Gilang Arka Permana yang notabene adalah pria paling mempesona di seantero sekolah. namun apa mau dikata ket...