Bagian 4

1.1K 158 6
                                    

Hari ini Dinda berangkat ke sekolah tanpa Senja, karena tidak seperti biasanya Dinda berangkat menggunakan angkutan umum. Sebenarnya Dinda sudah terbiasa kala harus pergi kesekolah atau kemanapun menggunakan jasa angkutan umum seperti bajaj sekalipun, Dinda tak pernah merasa gengsi atapun malu dengan hal itu. Bahkan Dinda merasa senang mengendarai angkutan umum karena bisa bercengkrama dengan orang lain, namun yang membuatnya kadang merasa malas menggunakan angkutan umum adalah karena letak halte yang amat jauh dari komplek rumahnya.

Meskipun harus berjalan kaki lumayan jauh dari rumahnya menuju halte, namun Dinda tak sampai terlambat datang kesekolah. Dinda juga tetap semangat kala menenteng bekal yang khusus ia bawa untuk pujaan hatinya.

Dinda berjalan memasuki halaman sekolah dengan senyum merekah seperti yang biasanya ia lakukan. Dinda memang dikenal sebagai senior paling ramah dan murah senyum di sekolahnya. Bahkan jika ada penobatan siswa yang tak pernah terlihat sedih, pasti Dindalah yang akan menjadi pemenangnya.

Semua berpikir ingin memiliki kehidupan seperti Dinda. Terlahir dari orang tua yang kaya raya dengan wajah di atas rata-rata di tambah dengan tubuh bak model membuat setiap pria selalu memandang memuja padanya. Semua orang berpikir bahwa kehidupan yang Dinda miliki hampir mendekati sempurna, bahkan setiap gadis selalu menatap iri pada Dinda.

Senyuman Dinda kali ini sama seperti senyuman-senyuman di hari biasanya, namun yang membuatnya tampak terlihat berbeda adalah kala terdapat beberapa luka lebam di sekitaran wajahnya. Siswa-siswi yang melihat tampang Dinda hari ini memandang heran kearah gadis cantik itu, bahkan ada beberapa siswa yang memberanikan diri menanyakan perihal luka di wajahnya namun hanya dijawab dengan gelengan sembari tersenyum memamerkan deretan gigi putihnya.

Seperti biasa sebelum meluncur menuju keruang kelasnya, Dinda akan terlebih dahulu mencari keberadaan Gilang yang biasanya tengah berkumpul di lapangan basket ataupun kantin bersama teman-temannya.

Dinda melangkahkan kakinya dengan riang menuju kearah lapangan. Senyum yang sedari tadi menghiasi wajahnya kian mengembang kala dirinya mengingat akan bertemu dengan sang pujaan hati.

Dinda menghentikan langkahnya dan memandang dengan bingung seluruh area lapangan kala tak menemukan Gilang dan kawan-kawan seperti biasanya. Tahu bahwa saat ini pangerannya pasti sedang berada dikantin membuat Dinda segera merubah haluannya menuju kearah kantin sekolah.

Dari jauh samar-samar Dinda dapat mendengar suara gaduh yang ia tahu pasti berasa dariteman-teman Gilang. Benar saja, kala dirinya telah memasuki kantin Dinda dapat melihat jelas sosok Gilang yang tengah terenyum menyaksikan kebanyolan temannya. Melihat senyum Gilang tanpa sadar membuat Dinda tertular hingga semakin melebarkan senyumannya pagi ini.

" Gilang !! " teriak Dinda seraya berlari kecil menuju kearah Gilang " kamu aku cariin dari tadi ternyata disini " ujar Dinda pura-pura merajuk

" aduh si kucing garong muncul lagi " ujar Sean yang bosan kala melihat Dinda

" diem loe kanebo kering, nyamber aja kayak geledek " ucap Dinda garang

" ih.. Dinda kalok lagi kesel manis banget sih, jadi pengen gue bawa pulang " ucap Aldo seraya mencolak-colek bahu Dinda yang langsung mendapat tepisan kasar serta pelototan tajam dari gadis itu.

" Dinda muka loe kenapa kok bonyok gitu ?!! loe abis digebukan orang sekampung ya ?!! " Sean menyentuh kedua pipi Dinda dan memaksa gadis itu untuk menghadap kearahnya

Pertanyaan histeris yang dilontarkan Sean membuat teman-temannya penasaran ingin memastikan luka di wajah Dinda tak terkecuali Gilang, namun laki-laki itu hanya memandang Dinda dari jauh dengan rasa penasaran amat tinggi.

" apaan sih !! " teriak Dinda seraya mengkibas-kibaskan tangan di depan wajahnya agar tak ada lagi yang menyentuh pipinya " kalian pikir gue topeng moyet apa. Segitu penasarannya sama luka di wajah gue" ucap Dinda kesal "aduh pipi gue udah gak perawan lagi ni, padahalkan pipi ini Cuma boleh dipegang sama Gilang seorang " ujar Dinda pura-pura panic seraya menyentuh pipinya

" anjay !! " teriak Beni yang langsung mendapat gelak tawa dari teman-temannya

" pacar loe tu Lang " teriak Jayden seraya menyenggol bahu sahabatnya itu yang sejak tadi hanya diam menonton semua tingkah polah teman-temannya

" gue masih penasaran, sebenarnya muka loe itu kenapa. Gak mungkin kan kalau itu bekas ciumannya si Gilang " Bian menatap Gilang dengan horror

" ngaco loe " bantah Dinda malu-malu, bahkan kedua pipinya kini sudah bersemu merah

" lagak loe malu-malu kayak perawan aja " ucapan Sean sedikit kesal karena sejak tadi Dinda tak menjawab pertanyaan yang mereka berikan

" ya ampun gak usah pada khawatir gitu deh, gue kemaren habis latihan tekwondo jadi luka-luka gini " ucap Dinda berbohong untuk menutupi penyebab sebenarnya dari luka pada wajahnya " Gilang kamu jangan khawatir ya, lagian aku masih keliatan cantik kok " ucap Dinda lagi sembari menatap Gilang penuh harapan

" gue juga heran deh sama loe, udah tau kagak bisa bela diri pakek ikutan ekskul tekwondo juga " sungut Sean

" bener tu kata si Sean, leo itu kayak lagi nyiksa diri sendiri Dinda sayang " Aldo membenarkan perkataan Sean sembari memasang wajah sok perhatian yang hampir membuat Dinda ingin muntah saat itu juga

" diem loe kerak telor, jijik gue dengernya " Dinda begidik ngeri melihat tingkah Aldo yang sok perhatian padanya. Aldo yang memang terkenal sebagai playboypun hanya tersenyum melihat penolakkan Dinda yang terang-terangan. Sepertinya pesonnanya tak akan pernah berlaku pada wanita cantik di hadapannya itu.

Melihat tingkah polah Dinda yang sedari tadi kelewat aneh membuat anak-anak yang berada di sana geleng-geleng kepala. Bahkan Sean dan juga Bian kompak pura-pura memuntahkan isi perutnya kala Dinda berlagak sok manja di hadapan Gilang, padahal laki-laki itu tak berucap sedikitpun bahkan seakan tak menganggap Dinda ada sejak kedatangan gadis itu.

Awalnya Dinda masih ingin berlama-lama berada di dekat Gilang dan memastika bahwa saat ini bekal yang ia bawa setidaknya akan laki-laki itu sentuh. Tapi sepertinya apa yang ia inginkan tidak akan bisa tercapai hari ini, kala hp di dalam sakunya bordering dan menampilkan sebuah pesan dari Senja yang sejak tadi tengah menunggu kedatangannya. Mau tidak mau Dinda harus bergegas menuju ke kelas agar tidak membuat sahabatnya itu semakin khawatir.

DINDATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang