Bagian 33

2.1K 223 36
                                    

Dinda tak percaya bagaimana mungkin pria itu kini berada di hadapannya, padahal sejak tadi ia sudah berhati-hati agar jangan sampai terlihat.

Melihat keterkejutan Dinda membuat senyuman Gilang semakin mengembang. Wanita di hadapannya itu tampak semakin menggemaskan. Sepertinya Dinda tak sadar jika kepergiannya yang buru-buru tadi telah tertangkap oleh mata elang seorang Gilang, hingga membuat pria itu memilih mengikutinya diam-diam. Meninggalkan kerumunan teman-teman yang berteriak memanggilnya

" hai ..... " suara berat Gilang menyapa pendengaran Dinda hingga membuat wanita cantik itu menegang karena gugup

" h..hai " Dinda meruntuki suaranya yang tercekat karena gugup

" apa kabar ? " Tanya Gilang dengan masih setia menggenggam pergelangan tangan Dinda

" ekhm.... Baik " Dinda bedehem sedikit untuk mengurangi kegugupannya sembari berusaha melepaskan tangan Gilang yang sejak tadi masih setia menggenggam tangannya

" ya, kau terlihat baik dan tampak semakin cantik "

" Apa ? " Tanya Dinda terkejut dan meminta pria dihadapnnya itu untuk mengulang kalimatnya, pasalnya Dinda merasa bahwa saat ini pendengarannya pasti tengah bermasalah

" emm... lupakan. Kau tidak bergabung bersama yang lain ? " Gilang berusaha mengalihkan perhatian Dinda dengan mengajukan sebuah pertanyaan

" ah... aku kurang suka keramaian "

" oke, kalau begitu kita bisa mencari tempat yang tidak cukup ramai " Dinda mengerutkan dahinya bingung dan dengan polosnya ia berjalan di belakang Gilang, mengikuti langkah kaki pria itu menuju sebuah bangku di dekat taman.

Dinda kembali meruntuki kebodohan dirinya, bagaimana mungkin hanya dengan menatap pria tampan itu ia seolah kehilangan semua kendali atas dirinya. berulang kali otaknya memerintahkan untuk segera pergi dari hadapan Gilang, namun sialnya tubuh Dinda dengan patuhnya mengikuti atensi pria yang tengah duduk di sampingnya ini sembari memandangi langit malam yang tampak dipenuhi bintang.

" sudah lama ya ? " suara berat Gilang memecahkan keheningan yang sejak tadi menyelimuti mereka berdua

Dinda menatap Gilang sembari mengerutkan dahinya. Melihat itu membuat Gilang tak bisa untuk tidak menarik kurva di bibirnya

" tak terasa sudah 8 tahun sejak terakhir kali kita bertemu " ucap Gilang sembari kembali menerawang indahnya langit malam

" ya " Dinda menganggukkan kepalanya sejenak sebelum akhirnya mengikuti gerakan Gilang memandangi langit. Bukan, Dinda sama sekali tak menikmati pemandangan langit malam ini melainkan menerawang jauh kembali ke masa-masa kebersamaannya dengan Gilang

" bagaimana kabar mu ? " sejujurnya telat bagi Dinda untuk menanyakan pertanyaan ini, namun hanya hal itulah yang bisa Dinda tanyakan untuk membunuh kesunyian yang kembali melanda keduanya

" seperti yang kau lihat " ucap Gilang tanpa ekspresi sembari menatap kedua manik Dinda lekat.

Jujur, Dinda ingin memalingkan wajahnya menghindari tatapan tajam Gilang yang menembus jantungnya. Namun kembali, tubuhnya tak sejalan dengan apa yang telah otaknya perintahkan

" ya, kau tampak baik " Dinda memberikan senyuman manis pada Gilang

" ditambah dengan kedatang dirimu bersama Senja, membuat mu terlihat amat baik dan tampak bahagia " Dinda bermaksud menggoda pria di sampingnya itu

" kau benar " Gilang berucap denag suara beratnya yang terkesan dingin

Kalimat Gilang seharusnya terdengar bisa saja, namun tidak untuk Dinda karena lagi dan lagi ia merasakan perih yang mengiris hatinya hingga membuat gadis itu hanya mampu menyunggingkan senyum miris.

DINDATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang