Bagian 19

1.2K 162 5
                                    

Saat ini semua orang menatap kearah Gilang dan Dinda tengah duduk berdua di kantin sekolah. Pemandangan seperti itu memang telah terjadi beberapa minggu ini, namun tetap saja hal itu mampu membuat para murid merasa penasaran dan tak percaya . ketika jam istirahat, Gilang berinisiatif menemui Dinda untuk memastikan kondisi gadis itu. jadi disinilah mereka, duduk berdua sembari menunggu Senja yang tengah mengurus beberapa keperluan mading.

Teman-teman Gilang yang lain tak ingin ikut bergabung dengan alasan tak ingin mengganggu dua orang yang tengah berpacaran. Hal itu sontak membuat Dinda merona karena malu, lain halnya dengan Gilang yang hanya diam tanpa menunjukkan ekspresi apapun yang berarti

" kamu gak makan ? " tanya Dinda pada Gilang yang sejak tadi fokus pada benda persegi di genggaman tangannya

Gilang menatap kearah Dinda yang tengah menatap dirinya penuh tanya. Bahkan Gilang dapat melihat kerutan di dahi gadis itu.

" kok gak makan ? " tanya Dinda sekali lagi seraya menunjuk kearah sepiring siomay di hadapan Gilang

" nanti " ucap Gilang singkat

Mendengar jawaban Gilang membuat Dinda tak ingin bertanya lebih jauh lagi. Gadis itu takut membuat Gilang merasa tak nyaman apalagi merasa marah. Dinda tahu bahwa saat ini dirinya bukanlah siapa-siapa.

Tak ingin semakin berpikir terlalu jauh membuat Dinda kembali melanjutkan kegiatan makannya. hingga sebuah tangan menyentuh sudut bibirnya dan membuat Dinda diam membeku karena sentuhan itu

" kalau makan jangan belepotan " Gilang masih setia membersihkan sudut bibir Dinda yang belepotan

Menerima perlakuan manis seperti itu membuat Dinda tak mampu berpikir dengan baik apalagi bergerak. Dirinya hanya terdiam sembari terus memandang kearah Gilang.

" kenapa ? " tanya Gilang pada Dinda yang saat ini benar-benar kehabisan pasokan oksigen kala melihat Gilang yang tersenyum manis kearahnya dengan masih setia membersihkan sudut bibirnya. Kedua manik rusa Dinda menatap Gilang dengan tatapan tak percaya hingga membuat matanya melebar, memperjelas kejernihan bola mata cantik itu.

Gilang yang ditatap seperti itu oleh Dindapun akhirnya tersadar dengan apa yang tengah ia lakukan. Jujur Gilangpun tak tahu mengapa dirinya melakukan itu. dirinya hanya merasa gemas melihat Dinda yang tengah makan seperti seorang anak kecil, dan saat melihat noda di sudut bibir gadis itu entah mengapa membuat Gilang ingin membersihkannya.

Dengan kikuk Gilang menjauhkan tangannya dari wajah Dinda. Ketika Gilang hendak membuka suara dan menjelaskan apa yang terjadi, tiba-tiba mereka dikejutkan dengan suara teriakan dari beberapa siswa.

Mendengar itu sontak membuat Dinda dan Gilang memandang kearah sumber suara. Dari tempatnya duduk, mereka berdua dapat melihat kerumunan siswa tak jauh dari tempat mereka duduk.

Dengan rasa penasaran yang tinggi, Dinda dan Gilangpun memutuskan untuk melihat apa yang terjadi. Ketika melihat lebih dekat, merekapun kembali merasa terkejut dengan apa yang terjadi.

Ditengah kerumunan itu terlihat bahwa Anita, Meta dan kawan-kawannya tengah berdiri sembari tertawa setelah menumpahkan segelas jus kearah Senja yang kini tengah terduduk di lantai dengan rambut yang setengah basah.

Melihat Senja diperlakukan seperti itu membuat Dinda dan Gilang segera berlari memasuki kerumunan itu untuk membantu Senja. Dinda langsung memeluk Senja yang tengah menangis dan anehnya gadis itu semakin terisak kala melihat siapa yang tengah memeluk dirinya.

Dinda memandang kearah Anita dengan tangan yang terkepal kuat menahan emosi. " Lang tolong bawa Senja pergi dari sini " ucap Dinda pada Gilang.

Setelah memastikan Senja aman bersama Gilang, Dinda kembali menatap kumpulan wanita pembuat onar itu dengan tajam.

DINDATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang