Bagian 46

1.4K 152 27
                                    

Rencana untuk langsung meminang Dinda pada ayahnya harus sedikit di tunda karena adanya perubahan rencana. Saat mereka telah tiba di gedung megah perkantoran milik Toni, tanpa disengaja keduanya berpapasan dengan seorang pria tinggi nan tampan yang tak lain dan tak bukan adalah Chandra, pemeran utama di hari mereka saat ini.

Disinilah mereka, duduk di sebuah cafe pinggir jalan yang tak jauh dari tempat mereka bertemu. Gilang dan Dinda duduk saling berdampingan dengan Chandra yang menggambil posisi tepat di depan mereka.

Sejak tadi senyum manis tak luntur dari wajah tampan Chandra hingga menampilkan dimpel yang terlihat imut di kedua sisi pipinya. Pria itu memang tersenyum manis hingga membuat tangan Gilang gatal rasanya ingin merobek bibir pria itu yang terkesan mencari-cari perhatian pada wanitanya. Namun siapapun, kecuali Gilang tentunya- karena ia tengah dibakar cemburu, bisa dengan jelas melihat jika kedua iris kelam Chandra tengah menatap tajam kedua tangan yang sejak tadi terjalin mesra di hadapannya.

Melihat sorot tajam itu sebenarnya membuat Dinda merasa risih sekaligus tak enak hati. Ia ingin mencoba melepas genggamannya dan Gilang, namun urung ia lakukan karena hal seperti inilah yang ingin mereka jelaskan pada Chandra.

" ku kembalikan cincin ini pada mu, karena untuk seterusnya hanya darikulah yang berhak tersemat dijari manisnya " ucap Gilang membuka suara untuk yang pertama kali. Meletakkan dengan sedikit tak berperasaan cincin itu di atas meja.

Kerutan halus muncul di dahi Chandra, pria itupun dengan penuh ejekan mengangkat sebelah alisnya " aku tak pernah memberikannya pada mu. cincin itu milik Dinda, pengikat diantara kami berdua "

Guratan emosi terlihat jelas di wajah Gilang, bahkan entah sadar atau tidak pria itu semakin mengeratkan genggaman tangannya pada Dinda.

Tak ingin terjadi sesuatu yang tidak di inginkan, seperti bentrok contohnya. Membuat Dinda cepat-cepat mengambil langkah. Gadis itu segera mencoba meredakan emosi Gilang dengan membelai lembut lengan si pria.

Dinda menatap Chandra dengan tatapan penuh penyesalan. Ia tahu bahwa apa yang dilakuaknnya ini pastilah menyakiti perasaan Chandra yang sejak awal tulus untuknya

" Chandra maafkan aku, tapi aku tak bisa melanjutkan ini semua. Kaupun tahu dengan pasti bahwa hati ku ini sudah ada yang memiliki. Seperti apa yang kau katakan padaku, hati ini tak bisa membohongi siapa pemiliknya " Dinda menyerahkan cincin yang tergeletak diatas meja itu pada telapak tangan Chandra.

Tak ingin membuang kesempatan, Chandra meraih tangan Dinda dan menggenggamnya erat " apa kau tahu bahwa ini menyakiti ku "

Chandra mengabaikan tatapan tajam dengan penuh emosi yang Gilang layangkan padanya. Sorot mata Gilang terlihat amat menyeramkan dengan munculnya sinar leser imajiner yang bisa membakar apa saja yang ada di hadapannya saat ini.

" maafkan aku Chandra " lirih Dinda sedih

" baiklah jika itu keputusan mu. tapi ingatlah Dinda, jika pria ini tak bisa membahagiakan mu datanglah pada ku " ucap Chandra akhirnya, sejak awal ia tahu jika ia tak akan mungkin berhasil mendapatkan hati Dinda yang telah lama menjadi milik orang lain. tapi tidak salahkan jika dirinya berusaha untuk berjuang.

Tak ingin semakin diliputi oleh emosi, Gilang meraih jemari Dinda dan membawa gadis itu untuk meninggalkan tempat itu. Meninggalkan Chandra yang masih setia berada ditempatnya menatap kepergian sepasang kekasih itu.

Awalnya Dinda ingin menolak ajakan Gilang. Ia merasa benar-benar tak enak hati jika harus meninggalkan Chandra begitu saja. tapi melihat tatapan meyakinkan dan anggukan kepala dari pria tinggi nan tampan yang seolah berkata tak apa, membuat Dinda tersenyum dan melangkahkan kakinya menuruti permintaan Gilang.

DINDATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang