Bagian 7

1.1K 164 5
                                    

Setibanya di tempat acara Dinda tak harus kebingungan kala mencari keberadaan orangtuanya, karena tepat saat dirinya turun dari mobil telah ada seorang pelayan wanita yang sudah menyambutnya dan menghatarkan dirinya langsung menuju ketempat acara.

Dinda merasa sedikit gugup kala dari jauh melihat keluarga beserta klien papanya tengah berbincang dengan asiknya. Dinda merasa ragu untuk mendekat, segala ketakutan jika dirinya akan mempermalukan kedua orangtuannya membuat Dinda meremas jemari-jemari tangannya hingga memutih.

" ini dia putri cantik yang kita tunggu-tunggu " ucap Toni seraya merangkul Dinda. Dinda yang menerima perlakuan hangat dari papanya sempat merasa terkejut namun itu belum seberapa kala matanya mengkap sepasang mata tajam berwarna gelap yang sangat ia kenali.

" wah, ini mah bukan hanya cantik tapi sangat cantik " ujar laki-laki seumuran ayahnya yang menyadarkan Dinda dari rasa terkejutnya.

" tak kalah cantik dari mamanya ya ? " ujar perempuan berparas cantik nan keibuan yang sontak membuat Dinda menatap mamanya. Ajaibnya sang mamamemberikan senyum manis kearah perempuan tersebut

Dinda menyalami kedua pasang suami istri tersebut seraya memperkenalkan namanya " panggil aja om alex dan tante Maya " ujar perempuan yang menyebut dirinya Maya seraya menggenggam tangan Dinda dan membuat dirinya duduk tepat di samping pria yang sempat membuatnya terkejut.

" kenalin, ini anak sulung tante namanya Gilang. Kalau gak salah kalian satu sekolah kan, pasti udah saling kenal dong " ucap Maya memperkenalkan anak laki-lakinya. Dinda hanya tersenyum samar kearah Tante Maya

" kami baru pertama kali ini bertemu " jawab Gilang yang membuat Dinda tersenyum kecut seraya menganggukkan kepala mengikuti kemana arah permainan Gilang.

Acara makan malam berjalan dengan lancar dan Dinda bernapas lega dengan itu semua. Tapi ternyata makan malam tak hanya berakhir sampai disitu kala om Alex mengucapkan kalimat yang hampir membuat Dinda dan Gilang tersedak.

" jadi bagaimana dengan rencana perjodohannya " ujar Alex

" WOW... kejutan apa ini ? " ucap Gilang yang sontak membuat semua yang ada di meja makan menatap kearah Gilang

" yah, seperti yang pernah mama dan papa katakan bahwa kami ingin menjodohkan kamu dengan anak kenalan kami " jelas Maya

" aku sudah bilang bahwa ... " ucapan Gilang belum sepenuhnya selesai kala sang papa tiba-tiba memotong ucapannya

" kita sudah membicarakan itu Son " ucap Alex tegas yang membuat Gilang hanya bisa mengeram marah, bahkan kedua tangannya sedari tadi telah mengepal. Pemandangan itu tak lupu dari perhatian Dinda.

" jadi bagaimana sekarang Pak Toni dan Nyonya Amira? " tanya Alex antusias

" saya serahkan semua pada putri saya, bukan begitu sayang ? " tanya Toni seraya tersenyum penuh makna kearah putri sulungnya. Bahkan Amira sedari tadi menatap tajam kearah Dinda tanpa berkedip membuat Gadis itu menarik napas dalam

" Aku ikut kata papa " ucap Dinda pelan seraya menundukkan kepala, dia tak mau merasakan aura membunuh yang saat ini tengah Gilang keluarkan.

ucapan Dinda sontak membuat semua orang yang berada disana tersenyum senang sangking leganya, bahkan Maya sempat bertepuk tangan gembira dan memeluk gadis cantik itu dengan gemas. Semua orang tanpak bahagia dengan jawaban Dinda terkecuali Gilang yang sedari tadi menatap tajam kearah Dinda tanpa ampun, hingga membuat gadis itu tertunduk takut.

Saat ini Gilang dan Dinda sedang berdiri sembari memandangi pemandangan kota pada malam hari di rooftop restaurant. Setelah acara makan malam selesai, orangtua Gilang dan Dinda sama-sama meminta mereka berdua untuk saling mengenal lebih jauh.

" loe dalang dibalik ini semuakan ?! " ucap Gilang kala tak bisa lagi menahan emosinya, untung saja rooftop restaurant saat ini tengah sepi. Dinda menatap Gilang penuh tanya kala tak paham dengan arah pembicaraan pria tersebut

" gak usah belaga polos di depan gue. Loe kan dalang dari perjodohan sialan ini ?! " tanya Gilang lagi

" aku bahkan gak tahu sama sekali tentang acara makan malam ini Gilang " Dinda berusaha membela diri bahwa dirinya sama tak tahunya dengan pria itu

" terus kenapa loe gak nolak hah ?!! " Gilang menatap penuh amarah kearah Dinda hingga membuat Dinda merinding

" aku gak bisa nolak permintaan papa ku Lang " ucap Dinda sedikit berbohong karena jauh di dalam hatinya ia merasa bersyukur dengan itu semua

" Bulshitt !! loe pikir gue percaya sama perempuan licik macam loe "

" aku gak bohong. Tapi satu hal yang harus kamu tahu Lang, meskipun aku bisa nolak aku tetap pada jawaban ku saat ini " Dinda tahu bahwa saat ini Gilang sangat ingin membunuhnya jika pria itu bisa.

Gilang yang tak bisa lagi mengontrol emosinya mencekal bahu Dinda hingga membuat gadis itu meringis sakit " loe bakal nyesel berurusan sama gue " ucap Gilang penuh penekanan pada setiap kata-katanya.

Cekalan tangan Gilang terlepas kala gadis kecil memanggil nama Dinda dengan suara agak lantang " kak Dinda, ayo pulang " ucap Kinan seraya menarik lengan Dinda untuk mengajak kakaknya itu untuk pulang bersamanya.

Dinda menahan tarikan tangan Kinan pada lengannya hingga gadis kecil itu menghentikan langkah dan menengok kearah Dinda. " Kamu pulang duluan gih sama mama papa, nanti kakak nyusul " ucap Dinda berbohong seraya berjongkok untuk mensejajarkan dirinya dengan tinggi badan Kinan

Anggukan kepala Kinan berikan kepada Dinda sebelum berlari kearah mamanya yang sejak tadi telah memanggil-manggil nama gadis kecil itu untuk bergegas pulang.

Melihat Dinda yang tida ikut pulang bersama keluarganya membuat Gilang merasa penasaran " loe kok gak ikut balik ? " tanya Gilang kala tak bisa menghilangkan rasa penasarannya.

Mendengar pertanyaa Gilang membuat Dinda tersenyum manis seraya menggelengkan kepalanya " tunggu lima menit lagi " ujar Dinda memperhatikan arlogi yang melingkar manis di pergelangan tangannya

Memperhatikan setiap detik dari jamnya membuat Dinda tanpa sadar berhitung " tiga, dua, satu "

" Non, mari kita pulang " ucap salah seorang yang Gilang yakini adalah sopir pribadi Dinda. Dinda mengangguk sebagai jawaban atas perkataan pria paruh baya tersebut

" tepat waktu. Aku pulang dulu ya Lang " ujar Dinda sebelum berlalu pergi meninggalkan Gilang dengan kebingungannya, bahkan tanpa sadar Gilang menatap arloginya masih dengan rasa heran.

DINDATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang