Bagian 45

1.6K 179 30
                                    

          Hari ini Gilang sudah diperbolehkan pulang kerumah oleh dokter yang menanganinya. Hampir sebulan berada di rumah sakit benar-benar membuat Gilang jenuh bukan main, untung saja selama di rumah sakit dirnya selalu ditemani gadis mungil kesayangannya itu. Jika tidak mungkin sejak sadarkan diri dari omanya, ia akan berlari keluar dari rumah sakit.

Sejak tadi Gilang terus menatap kearah pintu kamar rawatnya, tak mengindahkan sedikitpun atensi sang ibu yang berulang kali mengajaknya berbicara sembari membereskan segala macam perlengkapannya.

" kau mendengarkan mama kan Gilang ? " tanya Maya kala sekali lagi putra sulungnya itu tak mengindahkan kehadirannya

" emb.... kenapa ? " Gilang menjawab pertanyaan sang ibu dengan sebuah pertanyaan juga. Pria itu nyatanya tetap berulang kali melirik kearah pintu kamar rawatnya. Menunggu dan mengharapkan kehadiran seseorang.

" siapa yang kau tunggu sebenarnya ? sejak tadi dirimu hanya menganggap mama angin lalu dan menatapi pintu itu seperti orang bodoh " ucap Maya sedikit kesal. Jujur saja wanita itu tahu apa yang sejak tadi mengganggu pikiran putranya

" mama tahu dengan jelas siapa yang ku tunggu. Apa Dinda tak ingat jika diriku hari ini keluar dari rumah sakit ? "

" mana mama tahu " tampak jelas raut tak suka di wajah Maya saat ini

" setahu mama gadis itu pergi ke bandara untuk ......." ucapan Maya nyatanya terputus kala putra sulungnya itu meloncat turun dari ranjang dan membalik tubuh sang ibu yang tengah membelakanginya itu

" Apa yang mama lakukan padanya ?!! " teriak Gilang marah. Ia tahu jika ibunya ini sangat membenci Dinda, tapi tidakkah ia sadar jika hanya gadis yang dibencinya itu yang mampu merebut hati putranya.

" Demi Tuhan Ma !! ribuan kali aku katakan hanya Dinda yang aku cintai !! aku tak menginginkan wanita lain selain dirinya !! " Gilang tetap berteriak emosi di depan ibunya.

Maya menatap putranya dengan sorot mata yang amat terluka " Gilang dengar kan mama ..... "

" Tidak !! sekarang mama yang harus mendengarkan ku !! " potong Gilag cepat

" aku bukan anak kecil lagi dan aku bisa menentukan kebahagiaan ku sendiri Ma !! ku mohon jangan halangi kebahagiaan ku dan Dinda, aku mohon ma " pinta Gilang dengan amat tulus

Maya menggelengkan kepalanya tak percaya. Melihat putranya berteriak di hadapanya sungguh membuat hatinya benar-benar terluka " tidak " ucap Maya lirih

" Baik !! " geram Gilang penuh emosi

" Persetan dengan restu Mama !! jika nyatanya aku tidak bisa bersama dengan Dinda, mama akan melihat kematian ku secepatnya " final Gilang seraya menyambar kunci mobil yang tergeletak diatas meja

Gilang keluar dari ruangan rawatnya dengan langkah seribu, meninggalkan sang ibu yang menangis histeris sembari meneriakkan namanya. Kali ini Gilang benar-benar ingin menjadi egois untuk menggapai kebahagiannya.

Maya jatuh terduduk sembari memandang kepergian putranya dengan hati yang amat terluka. Putra tersayangnya itu pergi mengabaikannya, bahkan dirinya sama sekali tak menoleh barang sedikitpun kala Maya meneriakan namanya.

Seburuk itukah dirinya menjadi seorang ibu. Salahkah jika ia menginginkan yang terbaik untuk putranya ? Tangis Maya semakin memilukan, bahkan membuat siapa saja merinding kala mendengarnya.

Gilang mengendarai mobilnya dengan kecepatan diatas rata-rata. Ia tak perduli bahwa dirinya baru saja keluar dari rumah sakit setelah mengalami kecelakaan yang cukup parah.

DINDATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang