Dinda menatap banguan di depannya dengan bimbang. Kepercayaan diri yang sejak tadi di bangunnya tiba-tiba melayang entah kemana. Langkah kakinya masih terpaku di tempat, dimana terakhir kali dirinya menginjakkan kaki setelah turun dari taxi yang ia tumpangi. Rasa nya ragu untuk Dinda melangkahkan kakinya memasuki bangunan klasik yang menjadi tempat berkumpul teman-teman semasa sekolahnya dulu.
Ketika dirinya masih berkutat dengan segala pikiran bimbangnya, tiba-tiba ponsel di dalam slingbag kecil yang dibawanya berdering menandakan ada sebuah panggilan masuk.
" gue di depan !! " ucap Dinda sedikit keras bahkan sebelum suara di seberang sana terdengar
" ya ampun gusti.... kagak usah ngegas dong Din, gue aja belum ngomong apa-apa buka mulut aja belum " ucap Sean tak kalah sebal
" loe juga ngapain sih dari tadi nelponin gue mulu. Rempong amat kayak emak-emak "
" yakan gue perhatian Din. Udah buruan masuk gak usah takut lagian gue kan udah bilang kalau Gilang gak bakalan dateng " Sean berbicara sembari melangkah keluar untuk menjemput sahabat pengecutnya itu, takut jika sampai wanita itu pergi melarikan diri. Padahalkan ia sudah menyiapkan kejutan untuk wanita pendek itu.
" elah malah bengong, ayok !! " ucap Sean setelah menemukan keberadaan Dinda, dan tanpa permisi menarik pergelangan Dinda dan memaksanya memasuki restaurant mewah yang telah ramai itu.
Pertama kali menginjakkan kaki memasuki ruangan, Dinda tampak semakin ragu. Pasalnya setelah 8 tahun pergi tanpa pamit tak pernah sekalipun ia bertemu bahkan bertegur sapa menanyakan kabar teman-temannya.
Perasaan amat canggung yang Dinda rasakan perlahan-lahan mulai menguar di gantikan dengan rasa bahagia kala teman-temannya itu nyatanya dengan ramah menerima kehadirannya, jauh dari ekspektasi yang selama ini ia bayangkan. Bahkan teman-temannya tampak excited dengan kehadiaran Dinda, hingga wanita cantik itu sampai kewalahan menjawab satu persatu pertanyaan yang diajukan teman-temannya.
" ih... seriusan itu Anita lagi hamil muda " pekik Dinda tak percaya kala melihat Anita datang bersama sang suami dengan perut yang sedikit membuncit
" iya Din, tu liat si Meta aja udah ada anak mana imut banget lagi. Kamu gak pengen apa ? " Tanya Aldo seraya menatap Dinda dengan tatapan memuja
Bertahun-tahun telah berlalu namun nampaknya pria playboy yang suka tebar pesona itu tak pernah bisa berhenti memuja Dinda.
" kalau mau, gue udah siap kok jadi ayah siaga " Dinda hanya tersenyum canggung menerima gombalan maut dari Aldo yang memang tak pernah tahu tempat
" ngalus terus loe dari tadi " Jayden memukul kepala Aldo dengan sedikit keras dan langsung mendapat tatapan tajam dari sang empunya kepala
" temen-temen kita udah banyak yang berkeluarga kalik Din, gak usah syok gitu. Ngomong-ngomong loenya kapan nyusul ? " pertanyaan dari salah seorang teman perempuannya itu membuat Dinda tertohok, tidakkah mereka tahu jika wanita cantik ini sejak dulu menyandang predikat jomblowati sejati.
Belum sempat Dinda menjawab pertanyaan sensitive dari perempuan itu, Dinda sudah kembali di buat terkejut dengan pekikan Beni
" eh Gilang dateng tuh !! " teriak Beni
Mendengar nama Gilang di sebut membuat Dinda reflek memutar tubuhnya, dan jujur saja ia amat terkejut melihat bahwa pria bernama Gilang itu benar-benar datang. Dan sialnya lagi pria itu tak datang sendirian, Gilang datang bersama Senja yang setia berdiri di samping pria itu
Dinda tiba-tiba merasa nyeri di dalam dadanya kala melihat pemandangan itu. kehadiran Gilang yang tak pernah diperkirakannya, ditambah dengan adanya sosok Senja bukanlah paduan yang cocok bagi hatinya yang jauh dari kata sembuh
Jantung Dinda semakin berdetak dengan tak karuan kala Bian berteriak pada Gilang dan Senja, meminta mereka untuk bergabung bersama mereka.
Merasa semakin terancam, Dinda tanpa berpikir dua kali memilih pergi dari sana setelah sebelumnya mengatakan pada teman-temannya jika ia ingin pergi ketolilet. Dinda dengan kecepatan super segera melesat pergi sebelum dirinya bersitatap dengan pria yang amat dihindarinya itu.
Setelah merasa aman dengan menyembunyikan diri di sebuah lorong menuju toilet, Dinda segera menyandarkan tubuhnya dan menarik napas dalam. Tubuh Dinda terasa lelah dengan napas yang tak beraturan padahal ia sedang tidak lari marathon.
Ketika sudah mulai tenang, Dinda langsung meraih ponsel di dalam tasnya untuk menguhungi biang keladi di balik kedatangan Gilang.
Dinda mencoba menghubungi Sean, Pria itu harus segera membawanya pergi dari tempat ini tanpa bertemu dengan Gilang. Ia harus bertanggung jawab karena Seanlah yang telah mengatakan dengan yakin jika pria itu tak akan datang.
Berulang kali Dinda mengotak-atik ponselnya, namun berulang kali pula hanya jawaban dari operator yang terdengar di telinganya. Bahkan puluhan chat yang Dinda kirim tak satupun yang berbalas
" sial, sepertinya bajingan itu memang sudah merencanakannya " kesal Dinda, rasanya ia ingin berteriak memaki pria berengsek yang telah mengacaukan malamnya ini
Tak mungkin hanya berdiam diri di lorong sepi itu membuat Dinda memberanikan diri melangkahkan kakinya untuk segera meninggalkan café ini sekarang juga.
Ketika sedang mengendap endap dan melihat jika keadaan aman dengan tak menemukan keberadaan Gilang, membuat Dinda bernapas lega dan segera melangkahkan kakinya.
Dinda berjengkit kaget kala sebuah tangan kekar mencekal pergelangan tangannya tanpa ijin. Ketika berbalik untuk melayangkan protes, Dinda hanya mampu diam terpaku kala melihat siapa pemilik tangan kekar itu.
" hai ..... " suara berat Gilang menyapa pendengaran Dinda hingga membuat wanita cantik itu menegang karena gugup

KAMU SEDANG MEMBACA
DINDA
Fiksi PenggemarIni hanyalah sebuah kisah klasik dimana Cleodinda Sekar Ayu, si cewek seksi yang selalu ceria mencintai seorang pria dingin dan cuek bernama Gilang Arka Permana yang notabene adalah pria paling mempesona di seantero sekolah. namun apa mau dikata ket...