Semua orang di meja makan menatap kearah Gilang dengan pandangan penuh tanya. Pasalnyas setelah tadi malam pergi dengan buru-buru dan pulang dalam keadaan basah kuyup, Gilang terlihat amat kacau dan terus menundukkan kepalanya. Pria itu mendadak menjadi seorang yang bisu, bahkan saat ibunya yang terus bertanya khawatir hanya akan ia jawab dengan gelengan kepala lemah.
Keanehan Gilang benar-benar mampu membuat suasana sarapan kali ini berjalan amat canggung. Bahkan beberapa kali pria itu tampak kehilangan fokusnya, sungguh isi kepala Gilang saat ini hanya dipenuhi kejadian semalam dimana Dinda berdiri dibawah guyuran hujan sembari menangis meraung-raung menyalurkan rasa sakitnya.
" Gilang, kalau kamu sakit lebih baik gak usah masuk sekolah dulu " ujar Alex seraya menatap anak sulungnya khawatir
" lo gak lagi kesambet kan Bang ? " Edo yang memang tak pernah bisa seriuspun mulai membuka suaranya, ia sebenarnya begidik ngeri dengan kelakuan kakaknya yang tak seperti biasanya itu. Segala pikiran negatif berbau mistis banyak bersarang di dalam otaknya.
" em.... aku baik-baik aja, hanya sedikit lelah " ujar Gilang seraya menyantap sandwichnya dalam diam. Tiba-tiba kenangan akan Dinda yang selalu menyiapkan sarapan untuk dirinya, membuat hati Gilang berdesir aneh.
Dengan tidak selera, Gilang kembali meletakkan sandwich yang hanya ia makan sepotong. Sungguh gadis cantik itu sudah membuat hidupnya merasa tak tenang saat ini.
" sarapannya kok gak di habisin Bang ? " tanya Maya kala melihat Gilang tak berselera pagi ini
" masih kenyang Bun, Gilang berangkat " pamit pria itu sembari melangkahkan kakinya
Dilain tempat, Dinda dengan wajah pucat tengah menelungkupkan kepalanya diatas meja sembari menutup matanya. Gadis itu sudah sampai di sekolah bahkan saat keadaan masih sangat sepi dengan hanya beberapa anak yang pastinya datang pagi- pagi buta hanya untuk mengerjakan tugas yang belum mereka selesaikan.
Gadis cantik yang terlihat tak sehat karena semalam ia diguyur hujan cukup lama itu datang kesekolah sepagi ini hanya untuk menghindari keluarga besar mamanya. Bahkan gadis itu sampai harus melewatkan sarapan paginya bersama Kinan agar tak mendengar berbagai macam hinaaan yang ditujukan untuknya.
Dinda rasa-rasanya ingin pergi dari rumah yang seperti neraka itu karena kehadiran wanita tua yang seharusnya ia panggil nenek. Kebencian yang wanita itu miliki untuknya benar-benar membuat Dinda sulit bernapas, ia tak betah berada di rumah itu terlalu lama.
Selama pelajaran berlangsung hingga bel istirahat berbunyi Dinda masih setia membaringkan kepalanya diatas meja sembari menutup matanya. Gadis itu malas untuk melakukan apapun, ia merasa tubuh dan hatinya amat lelah.
" Dinda kamu kenapa, sejak tadi aku perhatikan kamu hanya diam ? " tanya Senja khawatir seraya membelai lembut bahu sahabatnya itu
Mendengar pertanyaan dari Senja membuat Dinda tersenyum kecut. Ia muak dengan segala kebohongan gadis yang mengaku sahabatnya itu. Namun Dinda tetap berusaha berpura-pura tak mengetahuinya, entahlah Dinda merasa dirinya bodoh dan pengecut menghadapi kenyataan yang ada dihadapanya.
" aku gak pa-pa " ucap Dinda masih dengan posisi menelungkupkan kepalanya
" Kita kekantin yuk. Pasti kamu belum sarapan karena datang sangat pagi " ujar Senja lagi kala sahabatnya itu kembali diam
" Dinda... " Senja kembali mencoba memanggil sahabatnya itu
" biarkan aku sendiri " ujar Dinda kala merasakan tangan Senja yang terus menggoyang-goyangkan bahunya

KAMU SEDANG MEMBACA
DINDA
FanfictionIni hanyalah sebuah kisah klasik dimana Cleodinda Sekar Ayu, si cewek seksi yang selalu ceria mencintai seorang pria dingin dan cuek bernama Gilang Arka Permana yang notabene adalah pria paling mempesona di seantero sekolah. namun apa mau dikata ket...