Bagian 39

1.9K 191 67
                                    

Flashback On

Langit nyatanya telah berubah gelap tanda di sadarinya. Dinda tetap pada tekat bulatnya untuk segera pergi dari rumah mewah di hadapannya itu. Hatinya sakit, amat sakit.

Dinda terus melangkah mengabaikan angin yang sedikit lebih kencang ditemani gemuruh yang menandakan akan turun hujan di malam ini. Dinda tak peduli lagi bahwa hujan merupakan salah satu kelemahannya. Ia hanya ingin segera pulang.

Namun sepertinya dewi Fortuna tak pernah berpihak kepadanya kala Gilang lagi-lagi menghalangi jalannya. Pria kehilangan kewarasaan itu kembali mencekal pergelangan tangan Dinda tanpa ijin.

" Demi Tuhan apa lagi yang tengah kau lakukan Gilang ! " pekik Dinda penuh emosi. Tidakkah pria itu tahu jika dirinya sudah amat lelah berada di situasi itu.

" aku sudah katakan pada mu untuk hanya diam dan melihat, aku yang saat ini akan berjuang " ucap Gilang lirih sembari kembali membelai wajah Dinda dengan sayang

" aku tidak mau dan selamanya tak akan pernah mau Lang. Dengar apa yang baru saja ibu mu katakan. Aku ini wanita terikat yang sebentar lagi akan menikah, dan sedikitpun aku tak memiliki perasaan apapun lagi pada mu. Semua hanya masa lalu, mengertilah " Dinda menghempaskan tangan Gilang yang tengah membelai wajahnya dengan kasar

Sepertinya sebentar lagi Dinda juga akan segera kehilangan kewarasaannya jika terlalu lama meladeni kegilaan Gilang saat ini. Kepalanya benar-benar terasa berat.

" ku mohon beri aku waktu untuk membuktikan semua ucapanku. Jangan menyerah dengan ku Din " pinta Gilang tak ingin mengalah

" sudah cukup semuanya Gilang. Ku mohon, aku lelah dengan semua drama ini. Aku hanya ingin bahagia bersama pria pilihan keluarga ku. " Gilang menatap penuh luka kearah Dinda

" Pria yang sama sekali tak kau cintai ? Dirimu hanya mencintai ku Dinda. Kita saling mencintai, tidakkah itu cukup menjadi alasan bagimu untuk bertahan "

Dinda menggelengkan kepalanya pelan " semua sudah berakhir Lang, mengertilah. Aku bahagia bersama dengan pria itu dan aku yakin lambat-laun Cinta akan datang diantara kami " pekik Dinda emosi, dirinya sudah menyerah tidakkah pria itu bisa sadari.

Lagi dan lagi manik tajam Gilang berubah menjadi sayu dengan pandangan yang amat menyiratkan rasa sakit. Dirinya tak menyangka jika Dinda akan mengatakan kalimat yang amat menyakitkan itu. Dirinya baru saja akan memulai, namun dengan amat telaknya gadis itu memintanya berhenti berjuang.

" kau serius dengan kata-kata mu Dinda ? " tanya Gilang lirih sembari menatap tepat pada manik kesukaannya itu

Dengan mantap Dinda menganggukkan kepalanya " kita sudah selesai. Aku dengan pilihan ku dan dirimu dengan wanita pilihan orang tua mu "

" jangan bercanda Dinda " Gilang masih sulit percaya dengan keputusan yang Dinda buat saat ini

" Senja gadis terbaik untuk mu. Kalian berduapun sama-sama pernah saling mencintai. Semua jauh lebih mudah. " Demi neptunus, Dinda sedang berusaha menahan sesak di dalam dadanya yang terasa amat mencekik. Merelakan orang yang kita cintai untuk bersanding bersama wanita lain rasanya amat menyakitkan.

" jangan bercanda Dinda " kekeh Gilang, menganggap bahwa segala omong kosong Dinda hanyalah sebuah candaan semata. Namun kala manik jernih itu menatapnya dengan mantap, Gilang dapat melihat keserius gadis di hadapannya itu.

" kau tak akan menyesal dengan omong kosong mu itu ? " tanya Gilang dengan nada amat tajam

" kita tak pernah di takdirkan untuk bersama Lang. Kita akhiri semua sampai disini. Mulai sekarang jalani kehidupan kita masing-masing " putus Dinda sembari menundukkan kepalanya, ia tak kuat jika terus-terusan bersikap sok kuat seperti ini.

DINDATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang