Bagian 6

1.1K 150 2
                                    

Langkah lelah membawa Dinda masuk kedalam rumah milik keluarga Wijaya. Hari ini Dinda pulang lebih sore dari biasanya. Setelah selesai mengikuti kelas bimbingan Dinda terpaksa mengikuti ekskul tekwondo saat sang pelatih memaksanya untuk mengahdiri sesi latihan seperti hari-hari biasanya.

Dinda yang memang belum makan siang berencana untuk segera mengisi perutnya setelah itu membersihkan diri. Membayangkan makanan lezat yang pasti telah di siapkan bibi membuat Dinda menelan air luarnya.

Saat memasuki rumah, Dinda dikejutkan dengan kehadiran sang papa yang tengah berbincang dengan mamanya di ruang tamu. Sebuah senyuman riang langsung tergambar di wajah Dinda kala melihat sosok yang memang sudah lama ia rindukan. Dinda segera mempercepat langkah kakinya menuju kearah papanya.

" papa kapan pulang? " tanya Dinda seraya mencium tangan lelaki yang ia panggil papa itu. Dinda kemudian beralih menyalimi mamanya yang duduk tak jauh dari sana, namun sayang niat baiknya tak mendapatkan respon dari wanita itu.

" kebetulan kamu sudah pulang, ada hal penting yang mau papa bicarakan " ujar Toni kepada Dinda

Merasa bahwa obrolan kali ini menyangkut dirinya membuat Dinda mempersilahkan dirinya sendiri untuk duduk diantara kedua orangtuanya. Dinda duduk dengan gelisah memikirkan hal apa yang hendak orangtuanya bicarakan. Apakah hal yang akan dibicarakan papanya sepenting itu.

" nanti malam kamu ikut kami menghadiri acara makan malam dengan salah satu kolega bisnis " ujar Toni yang mampu membuat Dinda terheran-heran, karena pasalnya baru kali ini dirinya ikut dalam acara orangtuannya.

" ini perintah jadi tidak ada bantahan " ujar Amira mama Dinda yang sedari tadi hanya diam

Merasa bahwa tak mungkin untuk menolak membuat Dinda hanya menganggukkan kepalanya seraya tersenyum manis kearah kedua orangtuannya. Dinda tak ingin mengecewakan dua orang yang sangat ia sayangi itu hingga berusaha untuk mengikuti semua permintaan orangtuanya, meskipun itu bertentangan dengan hatinya sekalipun.

Dinda melangkahkan kakinya dengan semakin loyo menuju kearah tangga, sepertinya rencana untuk langsung menyantap makan siangan hanyalah menjadi sebuah rencana saja kali ini. rasa lapar yang sejak tapi menyerang perutnya sudah hilang entah kemana.

Langkah Dinda terhenti kala mendengar suara teriakan kecil dari orang yang hingga saat ini menjadi satu-satunya alasan untuk bertahan.

" kakak kenapa baru pulang ? " tanya gadis kecil berusia 6 tahun itu

" hari ini kakak ada kegiatan eksul Kinan " ujar Dinda kepada adik perempuan satu-satunya itu

" tekwondo ya ? " tanya Kinan dengan semangat yang hanya di jawab dengan anggukan kepala dari Dinda seraya mencubit pipi sang adik dengan gemas

" kakak udah makan siang belum ? aku temenin makan yuk " ujar Kinan lagi seraya menarik tangan Dinda menuju kearah ruang makan

Dinda mencekal lengan Kinan hingga membuat langkah gadis cilik itu terhenti dan menatap penuh tanya kearah sang kakak " kakak udah makan bakso tadi sekolah " ucap Dinda berbohong karena sebenarnya sejak tadi dirinya belum menyentuh makanan sama sekali

" bakso di sekolah kakak emang seenak itu ya sampai kakak gak pernah absen beli bakso di sana " Kinan menatap sang kakak dengan tatapan polosnya yang mampu membuat Dinda tetawa kecil sangking gemasnnya

" iya enak banget, besok kakak bawain seporsi buat kamu " janji Dinda

" bener ya kak ? asikk !! " Kinan nampak sangat gembira hanya karena dijanjikan seporsi bakso yang ada di sekolahnya

" kakak ikut aku deh ke kamar, aku mau tunjukkin sesuatu sama kakak " Kinan kembali menarik lengan Dinda menuju ke kamarnya

Di dalam kamar Kinan segera berlari menuju kearah lemari pakaiannya, Kinan mengeluarkan sebuah gaun berwarna Pink yang memang merupakan warna kesukaan adiknya itu

" aku tadi sama mama dan papa habis jalan-jalan ke mall setelah pulang sekolah, terus aku dibeliin ini sama mama. Baguskan kak ?" cerocos Kinan seraya mengoyang-goyangkan gaun yang ada di tangannya

Senyum kecut mengiasi wajah Dinda kala melihat gaun indah milik Kinan yang katanya diperoleh dari sang mama. Dinda sebenarnya iri melihat Kinan mendapatkan gaun pemberian mamanya itu, namun sebagai kakak yang baik Dinda tak ingin menunjukkan kecemburuannya itu di depan Kinan. Kinan tak pernah dengan sengaja membuat dirinya sedih sehingga Dinda tak bisa bersikap egois dengan melampiaskan kekesalannya pada Kinan.

" gaunnya cantik banget sama kayak kamu " ujar Dinda seraya membelai wajah Kinan dengan sayang

Kinan tersenyum senang mendengar pujian yang keluar dari mulut kakaknya itu " gaun kakak juga gak kalah cantik dari punya ku "

Ucapan Kinan barusan membuat Dinda terdiam sejenak " maksudnya ? " tanya Dinda meminta penjelasan

" kakak juga di beliin gaun sama mama, katanya khusus untuk acara malam ini " Kinan mengembalikan gaunnya ke dalam lemari pakaian.,

Mendengar ucapan Kinan membuat Dinda segera berlari keluar dari kamar sang adik dan segera menuju ke kamarnya sendiri, Dinda ingin segera melihat secantik apa gaun yang mamanya belikan khusus untuk dirnya itu

Diam terpaku adalah hal yang pertama Dinda lakukan kala melihat sebuah kotak besar berwarna Biru muda berada di atas ranjangnya. Dengan perlahan Dinda membuka kotak berwarna biru itu untuk memastikan bahwa apa yang ia harapkan bukanlah hanya sekedar harapan.

Ketika kotak itu telah terbuka seluruhnya, Dinda tak bisa untuk tidak tersenyum senang. Gaun serta sepangsang sepatu Dinda keluarkan dari dalam kotak tersebut dan disentuhnya secara perlahan. lelehan air mata tak bisa lagi Dinda tahan ditengah rasa haru yang saat ini dia rasakan. Air mata tak hentinya meleleh di pipi Dinda meskipun senyuman bahagia tak pernah luntur barang sekejappun dari wajah cantiknya.

* * * * *

Malam telah tiba, keluarga Wijaya telah siap menghadiri acara makan malam bersama salah seorang kolega bisnisnya. Toni dan sang istri Amira tampak sudah rapi dengan busananya masing-masing begitu juga dengan putrid kecil mereka yang tampak sangat menggemaskan dengan gaun berwarna pink yang baru saja dibelinya.

Dinda melangkah dengan ragu kala menuruni tangga dari kamarnya menuju ruang tamu dimana kedua orangtuanya menunggu. " papa " ucap Dinda ragu-ragu. Dia ragu akan penampilannya saat ini

" wah... kakak cantik banget " ujar Kinan kala melihat penampilan Dinda malam ini

" ya, adik kamu benar. malam ini kamu kelihatan cantik " tambah sang papa yang semakin membuat Dinda tersipu malu

" kalau begitu kita berangkat sekarang " ucap Toni sembari menggandeng tangan Kinan

Dinda hanya menganggukan kepala tanpa ikut melangkahkan kakinya bersama kedua orangutan dan adik kecilnya. Seperti biasa Dinda harus menunggu sepuluh hingga lima belas menit kepergian keluarganya terlebih dahulu, baru kemudian Dinda bisa menyusul kepergian mereka. Seumur hidup Dinda tak pernah merasakan satu mobil dengan kelurganya, Dinda selalu saja diasingkan dengan berangkat menggunakan taksi atapun sopir seperti malam ini.

DINDATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang