Bagian 49

1.7K 128 17
                                    

Dinda membaringkan tubuh putri kecilnya kedalam box bayi yang terletak di samping kamarnya. Ya, sejak anaknya masih di dalam kandungan dirinya dan Gilang memang sudah sepakat untuk memberikan kamar sendiri untuk putrinya yang terletak pas di samping kamar mereka yang terhubung dengan sebuah pintu.

Setelah membaringkan putrinya dan juga membersihkan diri, Dinda kini tengah melakukan kegiatan rutin seorang wanita sebelum tidur yaitu menggunakan skin care.

" Kamu lihat Senja sama kak Rendy tadi ? mereka serasi banget kan ? " tanya Dinda pada sang suami di sela-sela kegiatannya

" hmm " gumam Gilang

" ck ! kamu mengabaikan ku lagi " rajuk Dinda saat melihat suaminya itu malah asik dengan ponsel pintarnya, apa lagi jika bukan karena game online

Dengan sedikit menghentak-hentakkan kakinya, Dinda berjalan menuju ranjangnya. Ia menghempaskan tubuhnya di atas tempat tidur dan dengan kasar menarik selimut yang berada di bawah tubuh suaminya.

" minggir !! " ucap Dinda seraya mendorong tubuh suaminya agar selimutnya berhasil ia tarik

Melihat Gilang sama sekali tak bereaksi berlebihan selain sedikit meminggirkan tubuhnya dan tetap fokus pada ponsel, Dinda semakin di buat gondok. Ia membaringkan tuubuhnya membelakangi sang suami setelah menyelimuti seluruh tubuhnya, hingga hanya menyisakan kepalanya saja.

" utututu istri cantiknya Gilang ngambek ya " goda Gilang sembari ikut membaringkan tubuhnya dan memeluk erat tubuh mungil sang istri dari belakang

Sejujurnya sejak tadi Gilang sama sekali tidak sedang bermain game online. Dirinya hanya ingin sedikit menggoda istrinya yang imut itu.

" ish !! minggir ah pengap tau " elak Dinda seraya mencoba menjauhkan tubuh Gilang darinya

" tapi kalok buat dedek gak pengap kan ? " Gilang dengan tingkah usilnya adalah sesuatu

Pipi Dinda tanpa bisa dicegah bersemu merah mendengar ocehan suaminya itu. jujur saja meskipun telah menikah selama hampir setahun setengah dan memiliki seorang putri kecil bersama Gilang, dirinya masih saja malu jika membahas urusan yang berbau intim seperti itu.

" Gilang ah !! " rajuk Dinda seraya menutupi wajahnya yang kini telah menghadap kerah sang suami karena tarikan paksa dari Gilang.

" loh belum apa-apa kok udah ngedesah aja sih Yang "

" Aduh.... aduh Dinda. Aduh iya ampun sayang, jangan cubit-cubit dong. Kamu mah tega sama suami sendiri " Gilang terus menghindar dari serangan tangan Dinda yang luar biasa sakit jika mencubit. Perutnya sudah ribuan kali menjadi area cubitan Dinda, namun ia sama sekali belum kuat dengan rasa sakitnya.

" makanya kalok ngomong di pikir dulu, udah punya anak juga " marah Dinda yang sudah berhenti menyerang sang suami

" iya deh iya, Ayah mah nurut kalok sama Bunda " Gilang kembali membawa tubuh mungil sang istri dalam dekapannya. Sesekali dirinya memberikan kecupan ringan di puncak kepala bahkan seluruh wajah cantik istrinya

" makasih ya sayang " ucap Dinda dengan suara teredam dalam pelukan Gilang, setelah cukup lama diam menikmati kehangatan dari dekapan masing-masing, saling menyalurkan perasaan mendalam yang dirasakan.

" makasih untuk ? " tanya Gilang

" makasih karena kamu mau perjuangin aku sampai akhir Lang "

" karena aku memang harus bertanggung jawab merjuangin kamu, jadi jangan pernah bilang makasih ke aku. Aku yang harusnya ngucapin ribuan terimakasih ke istri ku ini " ucap Gilang seyara menatap wajah ayu sang istri yang juga tengah menatapnya

DINDATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang