Bagian 21

1.4K 168 16
                                    

Langkah kaki yang lemah membawa Dinda menuju ke dalam kelasnya, dimana semua mata tengah menatap kearahnya. Dinda tahu jika saat ini penampilannya tidak bisa dikatakan baik. Penampilan berantakan dengan luka di tubuhnya ditambah mata sembab setelah menangis pastilah membuat penampilannya terlihat menyedihkan.

Belum lama Dinda mendudukan pantat di tempat duduk, sebuah suara dari alat pengeras sekolah membuatnya sedikit terkejut dan mengernyit heran. Pasalnya suara itu tengah memanggil-manggil namanya dan meminta Dinda untuk segera menuju ruang kepala sekolah.

Setelah berpikir sejenak Dindapun akhirnya mengerti mengapa ia di panggil menghadap kepala sekolah, pasti karena perkelahian yang terjadi antara dirinya dan juga geng Anita. Dengan langkah malas akhirnya Dindapun berjalan menuju ke tempat yang di maksud. Sebenarnya Dinda juga penasaran dengan kejutan apa yang akan kembali menantinya.

Ketika sampai di depan ruang kepala sekolah, Dinda menatap heran Sean dan teman-temannya yang juga telah berada disana. Sepertinya bukan hanya dirinya yang merasa penasaran kali ini.

Dinda tersenyum geli kala menatap kumpulan pria tampan yang sepertinya ada di pihaknya itu. namun senyum itu menghilang kala mata rusa miliknya melihat kedatangan Gilang dan juga Senja yang tengah berlari kearahnya.

Sebelum bersitatap dengan dua orang yang tengah berusaha ia hindari itu, Dinda memilih untuk segera meneruskan langkahnya memasuki ruangan kepala sekolah. namun sebelum mencapai pintu, tiba-tiba lengan Dinda di tarik paksa oleh seseorang hingga tubuhnya sedikit oleng kesamping.

" jadi kamu anak berandal yang berani melukai putri saya !! " teriak seorang wanita angkuh yang Dinda yakini sebagai ibu dari Anita. Buktinya gadis itu terus saja menggelendot manja di lengan wanita itu

" lihat apa yang kamu lakukan pada anak-anak kami " ucap wanita yang lainnya seraya menujukkan beberapa luka di tubuh anak-anak mereka.

Kali ini sepertinya teman-teman Anita juga membawa bala bantuan. Dinda tersenyum mengejek kearah mereka. yah, sepertinya gadis-gadis itu memang hanya sekumpulan anak mama yang manja.

Dinda yang tak ingin meladeni ucapan ibu-ibu itu memutuskan untuk kembali memasuki ruang kepala sekolah. dirinya tidak ingin dianggap anak yang tidak tahu sopan santu jika ikut meladeni ucapan wanita yang jauh lebih tua dari dirinya.

" saya belum selesai bicara " mama dari Anita itu kembali menarik lengan Dinda " wah.. sepertinya kamu memang tidak pernah diajari sopan santun dengan orangtua mu " ucap wanita itu lagi seraya tersenyum mengejek

Mendengar jika orangtuanya kali ini tengah dihina membuat Dinda menghentikan langkahnya dan menatap tajam lawan-lawannya saat ini

" dimana orangtua mu ? saya ingin mengatakan seberapa berandal anak gadisnya itu " pertanyaan itu sontak membuat Dinda tertunduk sedih. Ya, lagi-lagi dirinya harus kalah jika menyangkut hal itu

Sepertinya bukan hanya Dinda yang merasa sedih mendengar pertanyaan itu. nyatanya Gilang yang tengah berdiri menyaksikan itu semua juga merasakan sedih kala melihat Dinda yang menundukkan kepalanya.

" saya yakin pasti orangtua mu itu malu memiliki anak seperti dirimu. Jika saya yang menjadi orangtua mu, saya pasti akan berdoa pada Tuhan supaya kamu tidak pernah dilahirkan " ucap wanita itu semakin sinis

Sakit, hati Dinda kembali harus merasakan rasa sakit yang teramat sangat. Mengapa semua orang amat membencinya, mengapa mereka semua menganggap Dinda hanyalah pembawa sial yang tak pantas lahir ke dunia ini. dinda ingin meneriakkan pada dunia bahwa dirinyapun tak pernah meminta untuk dilahirkan.

DINDATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang