Gilang berdiri memandangi rumah mewah bercat putih dihadapannya dalam diam. setelah berpikir cukup lama, akhirnya pria itu memutuskan untuk melangkah masuk kedalam rumah yang tak kalah mewah dengan rumahnya.
Setelah pulang sekolah, Gilang dipaksa oleh mamanya untuk menjemput Dinda dan mengajak gadis itu makan malam di rumahnya. Bahkan saat ini matahari masih bersinar cukup terik yang menandakan bahwa hari masih siang, namun sang mama sudah tak sabaran bertemu dengan gadis cantik yang berhasil merebut hati wanita berumur itu.
Meskipun melewati sedikit perdebatan dengan mamanya, Gilang akhirnya hanya bisa mengangguk pasrah menyetujui permintaan wanita itu. sebenarnya Gilang benar-benar tak mau menuruti permintaan mamanya yang sangat bertentangan dengan hatinya itu, namun apa daya jika sang mama sudah dalam mode merajuk pada papanya. Hal itu otomatis membuat Gilang berubah menjadi sosok yang penurut.
Kedatangan Gilang kerumah Dinda disambut oleh seorang wanita paruh baya yang saat ini tengah menatapnya curiga
" cari siapa ? " tanya wanita paruh baya yang Gilang yakini adalah salah seorang pekerja di rumah ini
" Dindanya ada ? " Gilang menjawab pertayaan wanita itu juga dengan sebuah pertanyaan
" masnya ini siapa ya ? " wanita itu kembali memicingkan matanya terkesan tengah mengintrogasi
Gilang merasa sedikit jengkel dengan perlakuan wanita itu, menurutnya tidakkah wanita ini terkesan overprotektif pada majikannya sendiri
" saya Gilang, kemari atas perintah mama saya Maya yang ingin mengundang Dinda makan malam " jawaban yang cukup panjang Gilang berikan agar tak kembali mendapatkan pertanyaan beruntun dari wanita paruh baya itu
" oalah Den Gilang, ngomong dong dari tadi. Saya Bi Inem, pembantu kepercayaan keluarga ini " ucap wanita itu tersenyum sumringah, bahkan sangking senangnya wanita bernama Bi Inem itu menarik lengan Gilang untuk masuk kedalam rumah
" Non Dinda ada di taman belakang lagi nemenin Non Kinan main. Den Gilang langsung masuk aja atuh " ujar Bi Inem mempersilahkan Gilang menemui anak majikkannya itu
Sebenarnya tanpa Bi Inem katakan, Gilang sudah tahu jika Dinda saat ini tengah berada di taman belakang rumahnya. Bagaimana tidak, semenjak menginjakkan kakinya di dalam rumah ini Gilang sudah mendengar suara tawa Dinda yang sangat-sangat ia kenali.
Gilang melangkahkan kakinya menuju taman yang Bi Inem bicarakan. Suara tawa renyah semakin terdengar jelas di gendang telingan Gilang. Gilang dapat melihat interaksi antara Dinda dan adiknya yang bernama Kinan, dan entah mengapa membuat hati Gilang terasa hangat.
Dinda dan Kinan saat ini tengah bermain kucing buta dengan Dinda yang menjadi kucingnya. Mata Dinda yang tertutup kain membuat gadis itu tak menyadari kehadiran Gilang. Masih dengan tetap meraba-raba sekita, Dinda berusaha menangkap Kinan yang tak berhenti berteriak memanggil namanya diselingi suara tawa dari mulut gadis cilik itu
" ayo kak, tangkap aku !!" teriak Kinan dan sesekali menjaili Kakaknya dengan menoel-noel lengan Dinda
" awas kamu anak nakal " ucap Dinda pura-pura kesal
Kinan yang menyadari kehadiran Gilangpun berhenti berlari dan menatap pria di depannya dengan tatapan polos yang terlihat sangat imut di mata Gilang, hingga mengabaikan Dinda yang terus mengomel dan berusaha menangkap dirinya. Gadis kecil itu terlihat tampak mengingat-ingat siapa pria yang tengah menatap kegiatan mereka saat ini.
" kak ada ... " belum sempat Kinan menyelesaikan kalimatnya Dinda sudah terlebih dahulu berteriak senang
" Kena kamu !!" teriak Dinda kala dirinya merasa berhasil menangkap sang adik. Namun Dinda merasa ada yang sedikit berbeda dengan adiknya saat ini, bagaimana mungkin gadis kecil yang baru saja bermain dengannya berubah menjadi cukup tinggi dan berisi.

KAMU SEDANG MEMBACA
DINDA
FanfictionIni hanyalah sebuah kisah klasik dimana Cleodinda Sekar Ayu, si cewek seksi yang selalu ceria mencintai seorang pria dingin dan cuek bernama Gilang Arka Permana yang notabene adalah pria paling mempesona di seantero sekolah. namun apa mau dikata ket...