Gilang senantiasa memperhatikan Dinda yang sejak tadi tampak tak fokus dengan apa yang ia kerjakan. Entah apa yang terjadi pada wanita cantik itu, pasalnya setelah kembali dari kantin rumah sakit Dinda berubah menjadi lebih pendiam. Bahkan sesekali gadis itu terpergok tengah melamun saat Gilang mengajaknya berbicara.
" Dinda ? " panggil Gilang untuk yang kesekian kalinya, mencoba kembali menarik atensi wanita mungi itu
Sedikit kesal, Gilang beranjak dari posisi berbaringnya dan meraih pisau buah dalam genggaman Dinda yang nyaatanya hanya ia anggurkan sejak tadi.
Dinda yang sejak tadi hanya menatap kososng kearah apel dan juga pisau di tangannya terjengkit kaget. " Gilang ? kau perlu sesuatu " tanya Dinda dengan tatapan penuh tanya
" Ck ! " Gilang berdecak jengkel, kemudian dengan sedikit kasar meletakkan apel dan pisau buah itu di atas meja hingga menimbulkan dentingan yang cukup kuat.
" Gilang ada apa ? " cicit Dinda antara bingung dan takut
Tak menjawab pertanyaan Dinda, Gilang menarik pergelangan tangan gadis itu dan membawanya menuju rajang rumah sakit yang selama ini ia tempati.
" berbaringlah " ucap Gilang kala kembali melihat ekspresi penuh tanya di wajah Dinda
" ku bilang berbaring Dinda " Kalimat tegas tanpa bantahan Gilang layangkan karena Dinda akan melayangkan protes
Setelah Dinda menuruti perintah dari Gilang, pria itupun ikut membaringkan dirinya. Di ranjang rumah sakit yang tak bisa dikatakan besar ataupun kecil itu, Gilang memdekap erat tubuh mungil wanita yang di cintainya.
" kau harus istirahat, aku tak ingin melihatmu kelelahan seperti ini " ucap Gilang seraya membelai lembut surai Dinda, bahkan dirinya beberapa kali memberikan kecupan di puncak kepala gadis cantik itu.
Mendengar kalimat Gilang membuat Dinda semakin menyamankan posisinya, menenggelamkan kepalanya diantara ceruk leher pria itu, mencoba mencari kehangatan.
" aku mencintai mu, sangat " lirihan Gilang membuat Dinda tersenyum pilu. Kilasan kejadian yang baru saja di alaminya membuat Dinda harus kembali menelam pil pahitnya.
Flashback On
Setelah kalimat menyakitkan Maya yang kembali menampar kesadarannya. Dinda kembali harus di hadapkan dengan sosok Chandra-tunangannya, yang kini tengah duduk dihadapannya.
Dengan garakan kaku Dinda meminum secangkir kopi yang tadi sempat di pesannya. Sejak tadi dirinya terus menundukkan kepala, tak berani menatap manik kelam tunangannya itu. Sungguh dirinya merasa amat bersalah pada Chandra.
" kau tampak jauh lebih baik dari sebelumnya " itu kalimat pertama yang Chandra ucapkan setelah sejak lama mereka duduk berdua di kanti rumah sakit.
Dinda tak berani bersuara, ia hanya mampu mendengarkan apa yang ingin pria baik itu katakan.
" kau bahagia Dinda ? " pertanyaan Chandara mau tak mau membuat Dinda akhirnya mendongakkan kepalanya, menatap Chandra dengan penuh tanya.
" tidak bisakah bahagia mu itu dengan diri ku ? " ada sebuah belati tak kasat mata yang entah mengapa terasa menghantam tepat di uluhati Dinda.
" Chandra aku ...... "
" tak perlu diperjelas Din, aku tahu segalanya sejak awal " Chandra memotong kalimat yang keluar drai mulut Dinda. Ia belum berani mendengar kalimat yang pastinya akan semakin membuanya merasa kecil.
Chandra meraih tangan Dinda kedalam genggamannya dan mencium tepat pada cincin yang melinkar di jari manis gadis iitu. Cincin pertunangan mereka, tanda bahwa Dinda telah terikan dengan dirinya.
![](https://img.wattpad.com/cover/190148256-288-k967328.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
DINDA
FanficIni hanyalah sebuah kisah klasik dimana Cleodinda Sekar Ayu, si cewek seksi yang selalu ceria mencintai seorang pria dingin dan cuek bernama Gilang Arka Permana yang notabene adalah pria paling mempesona di seantero sekolah. namun apa mau dikata ket...