Bagian 29

1.7K 186 16
                                    

Dinda mengedarkan pandangannya pada seluruh penjuru kamar yang selama ini ia tempati. Dengan di bantu oleh Mbok Inem dan juga Amira, Dinda tengah memberesakan beberapa barang yang akan di bawanya.

" mama, Kinan dan juga papa akan sering mengunjungi mu di sana " ujar Amira sembari membelai lengan Dinda yang masih diam mengamati kamarnya.

" aku pasti akan merindukan kamar ini " ucap Dinda sembari tersenyum masam

" apa kau berencana memasukkannya juga kedalam koper ? " Amira berusaha menghibur gadis belia itu dan ternyata hal itu mampu membuat sebuah senyuman terukir di wajah cantik Dinda

Dinda kembali mengingat kejadian beberapa malam yang lalu, yang mampu membuatnya mengambil keputusan berat ini.

Flasback On

Dinda berlari menuju sebuah taman yang tak terletak jauh dari rumahnya. Taman ini sering ia kunjungi bersama Kinan ketika gadis kecil itu mengajaknya bermain.

Keadaan taman yang terang dengan kerlap-kerlip lampu menemani Dinda yang terduduk di taman sembari menangis sesenggukkan dengan menutupi wajahnya.

Cukup lama menangis, Dinda merasakan sebuah sentuhan hangat di pundak yang mampu membuatnya mendongkkan wajah memastika siapa pemilik tangan itu.

Dinda awalnya berusaha kembali menghindar, namun melihat wanita paruh baya itu menangis dan berlutut mensejajarkan tingginya membuat Dinda mengurungkan niatnya

" maafkan bunda yang selama ini menelantarkan mu sayang. Bunda..... Bunda mengidap kanker " kalimat Sekar membuat Dinda terdiam membatu.

" bunda tak tahu berapa lama lagi bunda berada di dunia ini. satu-satu nya keinginan Bunda saat ini adalah menghabiskan sisa waktu bunda bersama dengan dirimu " Fakta itu entah mengapa membuat dada Dinda sesak. Apalagi kala ia menyadari bagaimana pucat dan ringkihnya tubuh wanita yang merupakan ibu kandungnya itu

" mungkin ini merupakan balasan atas semua dosa bunda di masa lalu, maka dari itu ijinkan bunda bersama denganmu sebelum bunda pergi " sekali lagi Sekar memohon pada putrid sulungnya itu

" maafkan bunda " sekar semakin terisak kala tak mendengar sepatah katapun dari putrinya, ia sadar bahwa gadis itu pasti amat membencinya dan tak akan mungkin memberikannya kesempatan

" bunda tak akan memaksa mu lagi. Maafkan bunda jika telah bersikap egois dan kembali melukai mu, bunda pergi "Sekar menyerah, ia tak akan memaksakan kehendaknya yang mungkin akan semakin menyakiti Dinda. Ia akan berusaha mendekati Dinda dengan perlahan tanpa membuat gadis itu semakin membencinya.

" aku akan ikut bersama bunda " kalimat Dinda membuat Sekar terdiam terpaku menghentikan langkah kakinya karena amat terkejut

" katakan sekali lagi sayang, kau benar-benar mau ikut bersama bunda? " Sekar amat bahagia mendengar keputusan Dinda

"aku sudah mengatakannya tadi, tapi beri aku waktu untuk menyiapkan segalanya " meskipun nada bicara Dinda sediki kasar dan gadis itupun tetap tak mau menatap dirinya, namun Sekar sudah jauh merasa bersyukur

" em... iya, bunda akan memberikanmu waktu. Bunda tak akan terburu-buru " ucap Sekar bahagai, bahkan senyuman yang amat lebar terpampang di wajahnya yang pucat

Flashback Off

Lamunan Dinda terhenti kala ia kembali merasakan sebuah tepukan di pundaknya.

" berhenti melamum hingga kau mengacuhkan mama " ucap Anira sedikit merajuk. Setelah hubungan mereka yang membaik, Amira sering kali menunjukkan sisi lain dirinya yang tak pernah Dinda ketahui.

DINDATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang