Bagian 10

1.5K 163 10
                                    

Hari ini adalah hari yang paling ditunggu oleh anak-anak sekolah, namun sepertinya Dinda bukan termasuk dalam golongan tersebut karena Dinda sangat membenci semua hari libur termasuk hari minggu.

Dinda benci hari dimana dia merasa menjadi orang paling menyedihkan di dunia, dimana dirinya hanya akan menghabiskan waktu seorang diri. Setiap hari kedua orangtuanya selalu sibuk dengan segala macam pekerjaan, dan saat hari libur tiba mereka akan meluangkan waktu untuk berkumpul bersama keluarga besar ataupun berjalan-jalan namun semua itu mereka lakukan tanpa kehadiran Dinda tentunya.

Merasa amat bosan dengan weekend yang hanya ia habiskan seorang diri membuat Dinda berpikir untuk mengajak Senja jalan-jalan, karena hanya gadis itulah yang bisa ia ajak pergi. Dinda bergegas menghubungi sahabatnya itu namun berulangkali tak bisa dihubingi.

Tahu bahwa sepertinya Senja tidak akan menganggkat telponnya sejak tadi membuat Dinda berpikir untuk menemui sahabatnya itu langsung di rumahnya. Setelah bersiap-siap dan memastikan penampilannya tak aneh, Dinda segera menuju garasi dimana biasanya mobil kesayangannya itu tersimpan.

Menengok kesana-kemari Dinda lakukan kala tak menemukan Audy putih kesayangannya dalam garasi itu.

" non, cari si putih ya ? " tanya Pak Ujang yang merupakan supir pribadi keluarga Dinda

" iya ni pak, si putih kok gak keliatan ya ? " Dinda bertanya seraya menggaruk kepalanya yang tak gatal

" aduh Non Dinda masih muda kok udah pikun, mobilnya kan lagi di service " ujar pak Ujang seraya geleng-geleng kepala melihat tingkah anak majikannya itu

" hehehe... Dinda lupa Pak. Aduh gimana ya, padahal Dinda lagi pengen jalan-jalan. " keluh Dinda

" ayo saya antar saja non " Pak Ujang buru-buru menyambar kunci mobil yang sejak tadi bertengger manis di dekat pintu garasi

" gak usah pak, saya pergi naik taksi aja " tolak Dinda yang hanya di jawab dengan anggukan patuh dari pria yang Dinda tahu sudah tak muda lagi.

Menggunakan angkot akan membutuh waktu cukup lama bagi Dinda untuk segera sampai di kediaman sahabatnya, hingga akhirnya gadis itu memilih menggunakan taksi.

Tak cukup lama bagi Dinda untuk sampai dirumah Senja. Rumah yang terkesan amat sangat sederhana namun mampu membuat Dinda menatapnya dengan iri. Dinda sering datang kemari dan melihat bagamaian kasih sayang kedua orangtua Senja pada sahabatnya itu. meskipun ayah Senja hanya bekerja sebagai seorang guru dan ibunya seorang ibu rumah tangga, namun mereka hidup bahagia dan yang pastinya saling menyayangi.

Dinda melangkahkan kakinya sembari sesekali melihat-lihat keindahan kebun bungan milik ibu Senja. Dinda mengetuk pintu dengan pelan hingga menampakkan seorang wanita seusia mamanya tersenyum hangat kearah Dinda dengan masih menggunakan apron, sepertinya wanita itu sedang memasak di dapur.

" eh..ada Dinda, ayo masuk. Ibu lagi buat cupcake kesukaan Senja nih " ujar Intan mempersilahkan sahabat anaknya itu untuk masuk

" gak usah deh bu, Dinda Cuma mau ajak Senja jalan-jalan " tolak Dinda dengan halus

" loh... Senjanya lagi gak ada di rumah, katanya mau ketoko buku. Emangnya Senja gak bilang sama kamu ? " tanya Intan yang dijawab gelengan kepala oleh Dinda

" udah coba di telpon ? " tanya wanita itu lagi

" sudah, tapi gak diangkat " jawab Dinda lesu, sepertinya weekend kali ini tak jauh menyedihkan dengan weekend biasanya

DINDATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang