Seperti beberapa hari belakangan ini, Dinda berangkat sekolah menggunakan angkutan umum. Sebenarnya Pak Ujang bisa saja mengantarkannya ke sekolah, namun Dinda yang memang tak ingin merepotkan orang lainpun menolak dengan lembut tawaran pria tua itu.
Dinda tiba di halte terakhir sebelum sampai di sekolah. banyak murid-murid sepertinya yang saat ini tengah menunggu bus menuju ke sekolah mereka. saat tengah menunggu angkutan umum, Dinda tanpa sengaja melihat sekelompok pemuda yang tengah tawuran tak jauh dari tempatnya berdiri saat ini.
Karena rasa penasarannya yang besar, Dinda berlalu mendekati kerumunan itu meskipun dari jarak yang cukup jauh. Dinda bisa melihat bahwa mereka adalah sekumpulan pelajar dari pakaian yang tengah mereka kenakan. Ketika diamati Dinda sedik terkejut karena apa yang dilihatnya bukanlah sebuah tawuran, pasalnya hanya satu orang saja yang saat ini tengah menjadi bulan-bulanan.
Pria yang sepertinya tengah di keroyok itu mengenakan seragam yang serupa dengan dirinya. merasa bahwa dirinya harus menolong, Dinda yang sebenarnya takut memberanikan diri untuk mendekat.
Yah, meskipun dirinya mengikuti ektrakulikuler Tekwondo sebenarnya Dinda tak bisa jago dalam cabang olahraga tersebut. Membayangkan menerima banyak pukulan keras dari sekelompok siswa berwajah preman itu membuat Dinda tiba-tiba meringis sakit sekaligus ngeri.
Dinda terkejut bukan main kala dirinya melihat dengan jelas bahwa Gilanglah yang saat ini tengah di serang. Dinda berlari sekuat tenaga mendekat kearah Gilang sembari berteriak sekencang mungkin untuk mencari pertolongan. Rasa takut yang tadi meliputinya entah melayang kemana, yang Dinda pikirkan hanya membantu Gilang yang tampak kewalahan.
Teriakan nyaring Dinda sukses membuat sekumpulan pelajar itu berhenti menyerang Gilang dan beralih menatap geram kearah dirinya. entah apa yang ada dipikiran Dinda saat ini, bukannya berlari pergi dirinya justru berdiri di depan Gilang dan menjadikan dirinya sebagai tameng.
" jangan mendekat, kalau gak gue teriak lagi ! " ujar Dinda sok garang
Sekumpulan pelajar itu tertawa mendengar ucapan Dinda dan bukannya takut mereka justru berjalan mendekat. Dinda hendak berteriak lagi sebelum akhirnya mulutnya dibekap oleh Gilang dari belakang. Tubuh Dinda sontak menegang kala merasakan punggungnya bersentuhan langsung dengan dada bidang milik Gilang. Membayangkan bagaimana dekatnya posisi mereka sat ini membuat Dinda kehilangan fokus dan suaranya.
Merasa bahwa Dinda tidak akan berteriak lagi membuat Gilang melepaskan bungkaman tangannya di mulut Dinda. Gilang menarik lengan gadis itu dan membawanya berlindung di belakang tubuh tegapnya.
" dia gak ada urusannya sama kita " ucap Gilang seraya senantiasa melindungi Dinda
" bener kata Daren, cewek ini oke juga " ujar salah seorang pria sembari menyeringai
" kayaknya permaianan kali ini sampai disini dulu " ujar Gilang seraya menunjuk kearah belakang sekumpulan pelajar itu " udah banyak warga yang tampaknya sangat penasaran " ucap Gilang lagi
Sekumpulan pelajar itupun mentap kebelakang dimana banyak warga yang mulai curiga dengan aktivitas mereka, sepertinya mereka mendengar teriakan melengking yang Dinda keluarkan tadi
" urusan kita belum selesai " ujar ketua pentolan itu sembari berlalu pergi diikuti anak-anak lainnya.
Setelah kepergian para pelajar itu Gilang masih setia berdiri di depan Dinda untuk memastikan bahwa tak ada warga yang masih setia menyaksikan mereka. ketika dirasa cukup aman barulah Gilang membalikkan tubuhnya menghadap Dinda yang tengah menatapnya takut. Sepetinya gadis itu tahu dimana letak kesalahannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
DINDA
Fiksi PenggemarIni hanyalah sebuah kisah klasik dimana Cleodinda Sekar Ayu, si cewek seksi yang selalu ceria mencintai seorang pria dingin dan cuek bernama Gilang Arka Permana yang notabene adalah pria paling mempesona di seantero sekolah. namun apa mau dikata ket...