Bagian 35

2.2K 210 60
                                    

Sudah hampir dua minggu ini Dinda membantu sang Papa bekerja di kantornya. Toni meminta Dinda untuk belajar mengurusi beberapa proyek yang tengah perusahaanya kerjakan itu. Selama ini Dinda tak bekerja sendiri, karena dirinya dibantu oleh Rara, salah seorang karyawan terbaik pilihan Toni.

Dinda yang sudah cukup lama mengenal Rara, mengingat bahwa gadis itu merupakan putri bungsu dari sekertaris Toni membuat Dinda langsung merasa nyaman bekerja bersama gadis bermata sipit itu. belum lagi dengan fakta bahwa Rara merupakan tipikal gadis yang ceria dan anti jaim.

Rara selalu menemani dan membantu Dinda menghandle semua pekerjaannya mulai dari pekerjaan kantor hingga urusan butik. Seperti saat ini, Rara dengan setia menemani Dinda menemui client penting.

" Ra kita gak salah client kan ? " Dinda menghentikan langkah kakinya memasuki bangunan kantor megah itu dengan tatapan horror

Begitu banyak proyek yang dimiliki perusahaannya, kenapa sang Papa harus memberikan yang satu ini padanya. Melihat bangunan ini, Dinda jadi tahu betul siapa yang akan ia temui di dalam.

" gak lah Din, Bokap loe sendiri kok yang ngasih tau gue " Rara dan Dinda memang telah sepakat untuk tidak bersikap formal di luar kantor, apa lagi ketika hanya ada mereka berdua. Toh mereke sudah kenal sejak lama.

Dinda hanya mampu pasrah menuruti Rara yang menarik tangannya paksa untuk kembali melangkahkan kakinya memasuki gedung bertingkat itu. Dirinya hanya berharap semoga apa yang di khawatirkannya tak akan terjadi.

" semuanya sudah jelas Tuan ? " Tanya Dinda pada pria di hadapannya itu dengan tatapan kesal yang terang-terangan.

Hampir setengah jam mereka membicarakan proyek dan selama itu pula pembicaraan mereka terus terusik dengan suara ponsel milik pria di hadapannya saat ini. belum lagi dengan fakta jika sejak menginjakkan kakinya di kantor ini Dinda sudah merasakan jika moodnya hancur ketika mengetahui siapa client yang ditemuinya.

" sebaiknya anda mengangkatnya terlebih dahulu " ucap Dinda sarkas sembari melirik layar ponsel bertulisankan " My Baby Calling " yang terus berkedip

Mendengar kalimat sinis Dinda untuk yang kesekian kalinya hari ini membuat Gilang, client penting yang dimaksud Toni menatap Dinda dengan sorot mata putus asa.

Gilang segera mengangkat panggilan di ponselnya yang terus bordering. Sejujurnya Gilang merasa penasaran mengapa Cherin terus menelponnya berkali-kali, namun ia juga tak ingin melepaskan perhatiannya barang sekejap dari seorang Dinda. Tidakkah Gilang egois (?)

Mendengar bagaimana perhatian dan lembutnya Gilang pada suara di sebrang sana membuat emosi Dinda semakin mendidih, ditambah dengan senyum manis yang tak luntur di wajah tampan itu.

Rara sejak tadi menatap bingung kearah Dinda yang Gilang yang tampak saling mengenal. Sepertinya kedua orang dihadapannya saat ini memiliki urusan yang belum kelar. Rara hanya dapat diam tanpa mampu bertanya, ia hanya berharap Dinda tak akan menghancurkan proyek pertamanya dengan membawa masalah pribadi dalam urusan perusahaan.

" saya rasa tidak ada yang perlu di bahas lagi, kalau begitu saya pamit undur diri " Ucap Dinda ketika melihat jika Gilang telah menutup panggilan ponselnya. Ia benar-benar tak ingin berlama-lama berada dekat dengan pria yang memporak porandakan hatinya itu.

" jika ada yang ingin ditanyakan, anda bisa membicarakannya dengan sekertaris saya " Dinda kembali membuka mulutnya bahkan sebelum Gilang sempat mengeluarkan suaranya.

Dinda menarik tangan Rara untuk segera bangun dari duduknya dan pergi dari ruangan itu tanpa memperdulikan eksistensi Gilang, yang ia tahu dirinya ingin cepat-cepat pergi dari hadapan pria itu.

DINDATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang