Air mata Dinda masih setia mengalir ketika kakinya kembali melangkah dengan bergetar memasuki ruangan di mana pria yang amat di cintainya kini tengah terbaring dengan mata yang masih setia tertutup rapat hingga hari ini.
Sudah lima hari, namun Gilang masih belum memberikan tanda-tanda untuk membuka matanya. Dan selama itu pula Dinda tak pernah absen untuk menemani tidur panjang pria yang merajai hatinya itu, bahkan sampai membuat Dinda tak memperdulikan kondisi tubuhnya sendiri yang memang sejak awal belumlah pulih.
Dihapusnya lelahan air mata di wajahnya yang masih tampak pucat itu " apa kau sudah merindukan ku ? padahal aku hanya meninggalkan mu sebentar " ucap Dinda pada pria yang bahkan tak bisa meresponnya itu
Meskipun tak mendapatkan respon yang berarti dari Gilang, namun Dinda tak pernah lelah mengajak pria itu berkomunikasi. Dinda yakin jika meskipun matanya tertutup namun Gilang mampu mendengar suara-suara di sekitarnya. Ia tak ingin membuat Gilang merasa kesepian.
Meskipun dengan susah payah, akhirnya Dinda mendapatkan ijin Maya untuk menjaga putranya itu. Dan dengan tak mau menyia-nyiakan kesempatan, selama di rumah sakit Dinda merawat Gilang dengan sepenuh hati.
Seperti saat ini, gadis itu kini tengah membersihkan tubuh Gilang dengan telaten. Dinda membasuh hingga mengganti pakaina Gilang tanpa bantuan siapapun, bahkan suster sekalipun. Dinda hanya ingin dirinyalah yang merawat pria itu hingga benar-benar pulih sebelum akhirnya ia harus memenuhi janjinya pada Maya.
Flashback On
Semua orang memekik terkejut dengan apa yang Dinda lakukan saat ini, gadis cantik itu melangkah mendekati Maya dan langsung bersujud di bawah kaki wanita paruh baya itu
" ku mohon, kali ini saja ijinkan aku bersama putra mu Nyonya " ucap Dinda dalam tangis pilunya
Dengan posisi seperti itu, Maya dapat melihat dari dekat bagaiman kacaunya penampilan Dinda saat ini. Wajah pucatnya sungguh amat mengkhawatirkan, belum lagi dengan suhu panas yang ia rasakan saat tangan halus Dinda menyentuh kedua kakinya.
Meskipun dalam hati Maya meringis merasakan empatinya, namun lagi-lagi ego mengalahkan nuraninya. Wanita itu hanya menatap datar kearah Dinda yang masih tetep bersujud di bawah kakinya
" aku mohon, ijinkan aku berada di samping Gilang dan merawatnya. Aku berjanji setelah itu aku akan pergi dari kehidupan putra mu. Aku mohon padamu" ucapan pilu Dinda benar-benar membuat siapa saja yang ada di sana merasakan sesak dalam dadanya.
" aku akan mengijinkan mu, tapi kau harus mengingat janji mu itu. Aku tak ingin setelah ini kau berada dekat dari jangkauan putra ku. Kehadiran mu benar-benar membawa petaka untuk Gilang hingga membuatnya harus terbaring di tempat ini " ujar Maya kejam dengan mata yang menatap tajam kearah Dinda. Namun mata itu tak mampu menutupi air mata yang menggenang di sana. Sungguh dunia Maya runtuh seketika saat mendengar kabar kecelakaan putranya.
Meskipun terdengan amat kejam, namun kalimat sadis yang keluar dari mulut Maya tetap mampu membuat Dinda tersenyum girang. Dirinya merasa amat bersyukur hingga tanpa sadar memeluk kaki Mayang dengan amat kencang
" terimakasih.... terimakasih, aku berjanji setelah Gilang benar-benar pulih aku akan menghilang dari kehidupannya. Aku berjanji pada mu " senyum girang muncul diwajah cantik Dinda disertai lelehan air mata yang nyatanya tak mau berhenti.
Maya hanya memandang gadis di hadapannya itu dengan datar, dengan ekspresi yang amat sulit diartikan bagi siapa saja yang berada di sana menyaksikan semuanya.
Flashback Off
" hmm..... sekarang kau tampak jauh lebih tampan " ucap Dinda setelah selesai membersihkan tubuh prianya itu
Dengan lembut gadis itu membelai wajah Gilang dan memberikan kecupan seringan kapas di dahi pria itu
" Dokter bilang kondisi mu sudah jauh lebih baik, tapi kenapa kau masih saja betah menutup mata ? apa kau tak lelah terus tertidur sepanjang hari, tidakkah kau ingin melihat wajah cantik ku ? " Dinda mendudukan dirinya di samping ranjang Gilang seraya menggenggam erat tangan hangat Gilang, takut jika sampai sedikit saja ia lengah Gilang akan pergi meninggalkannya
Buru-buru Dinda menghapus lelehan air mata di pipinya ketika pintu ruangan rawat Gilang terbuka dan menampilkan sosok Alex dan Maya yang menatapnya datar.
" Dinda, bagaimana kondisi Gilang ? " tanya Alex seraya tersenyum tulus kearah putri sahabatnya itu.
" belum ada perubahan om, tapi dokter bilang jika kondisinya sudah stabil. Kita hanya perlu menunggunya sadar " Dinda segera bangkit dari duduknya dan berdiri menjauh kala Maya terus menatap kearah genggamannya pada tangan Gilang.
" kau sudah makan ? " tanya Alex lagi dan hanya di jawab berupa gelengan lemah dari lawan bicaranya
Alex menghembuskan napasnya gusar " pulanglah dan beristirahatlah Dinda, sudah hampir seminggu lamanya kau disini merawat Gilang. Kau tetap harus mengutamakan kondisi tubuhmu sendiri. Aku tak ingin Toni mengamuk pada ku jika sampai putrinya jatuh sakit "
Dinda menggelengkan kepalanya dengan heboh kala mendengar ucapan Alex barusan. Sungguh Dinda tak ingin dipaksa meninggalkan Gilang dalam kondisi seperti ini
" aku baik-baik saja om, sungguh " ucap Dinda semeyakinkan mungkin
Lagi-lagi Alex harus menghembuskan napasnya berat " baiklah jika itu keinginanmu, berjanjilah untuk tetap mejaga kesehatan mu. Kami titip Gilang " setelah memastikan bahwa kondisi putranya jauh lebih baik, Alex memutuskan meninggalkan ruangan itu
Bukannya mengikuti langkah sang suami, Maya malah berjalan mendekat kearah Dinda hingga membuat gadis itu terdiam menatap dengan bingung pada sebuah kotak beludru yang wanita itu berikan padanya
" ku pikir ini milik Senja, tapi sepertinya Gilang membelinya khusus untuk mu " ucap Maya setelah sejak tadi hanya diam
Dinda amat terkejut kala membuka kotak tersebut dan menemukan sebuah cincin yang amat familiar di matanya. Cincin itu merupakan cincin yang sama dengan yang Gilang tunjukkan padanya.
" Cincin itu ada digenggaman Gilang saat kecelakaan terjadi, dan dia tak mau melepaskannya bahkan sampai ia benar-benar kehilangan kesadaranya. Putraku benar-benar amat menjaganya "
Tangis Dinda pecah kala mendengar penjelasan Maya. Dirinya tak pernah menyangka jika Gilang benar-benar amat mencintainya, sebesar cintanya pada pria itu.
" disana terdapat ukiran nama mu dan Gilang " ucap Maya lagi sebelum akhirnya meninggalkan Dinda yang kini tengah tersisak sembari membelai ukiran nama pada cincin di genggamannya itu
Sepeninggalan Maya, dinda dengan lemah berjalan mendekati ranjang Gilang. Gadis itu terduduk sembari terisak amat hebat.
" aku mencintai mu Lang..... aku amat mencintamu, ku mohon buka mata mu " ucap Dinda penuh permohonan pilu. Sungguh hati Dinda terasa sakit melihat pria yang di cintainya hanya mampu tebaring diam di ranjang rumah sakit. Belum lagi dengan fakta bahwa perjalanan cinta mereka yang amat berliku dengan tajam.
" aku ingin kau memakaikan cincin ini di jari ku. Aku ingin bersama mu Gilang, aku ingin tetap berada di sisimu. Kenapa hanya ingin bersama mu rasanya harus sesulit dan sesakit ini " isakan Dinda terdengar amat pilu.
Tanpa di sadari, Maya sejak tadi masih setia berdiri di ambang pintu. Wanita itu melihat dan mendengar semuanya dengan ekspresi yang sulit di artikan, namun satu hal yang perlu di sadari bahwa kristal bening tanpa bisa di cegah luruh dari kedua mata tajamnya.
Hai Riders......
Gak nyangak bahwa perjalanan kisah Dinda sudah sejauh ini
dan aku berencana akan membuat cerita Cleodinda segera tamat dengan beberapa chapter teakhir....
aku harap teman-teman gak kecewa dan tetap terus mendukung aku dengan membaca karya-karya ku yang lainnyaLove You Dinda Lover's

KAMU SEDANG MEMBACA
DINDA
FanfictionIni hanyalah sebuah kisah klasik dimana Cleodinda Sekar Ayu, si cewek seksi yang selalu ceria mencintai seorang pria dingin dan cuek bernama Gilang Arka Permana yang notabene adalah pria paling mempesona di seantero sekolah. namun apa mau dikata ket...