6. Khawatir?

38.6K 2.8K 37
                                    

Revisi. Rabu, 9 September 2020.
_________________________________________________

Happy reading kawaann!

⭐⭐


6. KHAWATIR??

"Lo gak papa?" tanya seorang laki- laki remaja membuatnya mendongak.

STELLA menatap lelaki yang memakai seragam sama sepertinya, wajahnya nampak tak asing bagi Stella. Laki- laki itu tersenyum ke arah Stella.

"Kakak yang jatuhin bekal roti Stella kan!" tuduh Stella dengan nyaring. Laki- laki di depannya itu menyengir.

"Gue minta maaf, gue gak sengaja waktu itu.." ujarnya sembari menggaruk kepala belakangnya yang tak gatal.

"Stella gak maafin," ujar Stella sinis, laki- laki itu melongo.

Stella tak memperdulikannya, dia pergi dari sana tanpa memperdulikan tatapan semua siswa yang juga menonton sedari tadi. Telinganya seakan tuli oleh hujatan- hujatan yang diberikan.

Stella berjalan menuju halte bus, terpaksa dia harus menunggu bus untuk pulang kali ini. Tadi dia sudah dengan sengaja menyuruh pak Rahmat untuk tidak menjemput, dan menyuruh kedua temannya duluan karena dia akan meminta untuk diantarkan oleh Kevano. Namun yang terjadi bukan hal yang diharapkan.

"Kak Kevan kenapa kasar banget sih?"

"Tangan Stella jadi sakit gini.."

Dia bicara sendiri, semua siswa sudah pulang dengan sendirinya. Stella membuka ponselnya, dia berencana menghubungi pak Rahmat atau bunda atau juga para temannya untuk menjemputnya.

"Ponselnya kok mati sih?" Stella bergumam sendiri, dia menghela nafasnya karena ponsel yang ia pegang tidak menyala.

"Harusnya Stella tadi nggak nekat minta anterin kak Kevan pulang," ujarnya menyesal.

Stella memeluk tubuhnya sendiri, suasana sore itu memang di tutupi awan hitam tak cerah seperti biasanya. Mungkin sebentar lagi hujan akan turun dengan sendirinya.

Sementara itu di sisi lain, Kevano sudah sampai di rumahnya. Dia dari minimarket tadi, dia membeli beberapa makanan ringan untuk cemilannya. Rintik hujan mengenai wajahnya, Kevano mendongakkan wajahnya ke atas, awan mendung itu ingin menjatuhkan hujan saat ini.

Sejenak, pikirannya dipenuhi oleh wajah Stella. Gadis yang selalu mengganggunya beberapa hari ini. Apakah gadis itu sudah sampai di rumahnya? Kevano menggelengkan kepalanya, dia ingin mengusir pemikiran yang dia punya.

"Aden, kenapa nggak masuk? Bentar lagi hujan," ujar bi Hanum yang datang tiba- tiba dari arah rumahnya. Kevano tersenyum senang.

"Iya bi, ini bentar lagi masuk.." ujar Kevano, dia melepas sepatunya lalu masuk ke dalam rumahnya. Papanya tidak ada di rumah, dia tidak peduli akan itu.

"Kevano ke kamar ya bi," ujar Kevano lagi setelah selesai mengecup singkat tangan wanita yang sudah di anggap ibunya sendiri.

ICE BOYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang