19. Skype!

29.6K 2.3K 130
                                    

Revisi. Sabtu, 21 November 2020.
________________________________________________

"Biarlah semua berjalan sesuai alur jalannya."

⭐⭐⭐

19. SKYPE

    MEREKA sampai di rumah sakit yang terdekat dari sekolah mereka. Kevano menggendong Stella menerobos banyaknya orang yang berlalu lalang.

"Suster tolong, nafas teman saya lemah!" sentak Kevano berteriak.

Para perawat langsung saja membawa brankar ke arah Kevano, lalu membawa Stella yang berbaring diatasnya ke ruang ICU.

Mereka menunggu diluar ruangan, Kevano menyangga kepalanya dengan pandangan kosong mengarah ke atas. Dia bingung dengan hatinya yang sangat khawatir melihat Stella yang sangat lemas tadi, seseorang yang berusaha dia jauhi dan singkirkan darinya.

Bella menangis sesenggukan di antara Kevano dan Deon, dia sama sekali tidak seperti Bella yang biasanya.

"Udah jangan khawatir Bell, Stella pasti baik- baik saja," ujar Deon mencoba menenangkan.

"Gimana nggak khawatir? Stella tadi sakit, terus kena bully juga!" sarkas Bella menanggapi.

"Gak usah ngegas juga, Stella kan cuma demam biasa, jadi dia bakalan baik- baik aja," ujar Deon mencoba lagi.

"Stella nggak demam biasa! Dia punya penyakit yang serius lebih dari itu!" Hal itu membuat Deon terkejut, Kevano mengalihkan pandangannya pada Bella.

"Sakit apa?" tanyanya.

"Apa peduli Lo!" jawab Bella sarkas.

"Kalau aja gue nggak terjerat janji sama Stella! Gue udah dari dulu ngelarang Stella ngejar manusia nggak punya hati kayak Lo!" lanjut Bella.

"Dan dia nggak akan berakhir masuk rumah sakit lagi kayak gini!" ujar Bella lagi.

"Stella kurang apa sih kak? Kenapa Lo selalu nolak dia?" tanya Bella sesenggukan membuat Kevano bungkam.

Deon mengusap lengan Bella agar bisa lebih tenang. Bella mengusapi air matanya yang terus turun.

"Udah Bell, sabar."

Tak lama, seorang wanita setengah baya  tergesa- gesa menghampiri mereka. Raut khawatir tak lepas dari mukanya. Bella memeluk wanita itu.

"Bunda," panggilnya menangis.

"Maafin Bella nggak bisa jagain Stella.. hiks..hiks.." ujarnya, Raina mengusap punggung Bella dengan lembut.

"Bunda yakin, ini semua bukan salah kamu. Udah ya jangan nangis," ujar Raina menenangkan Bella.

"Dokternya udah keluar?" Bella menggeleng sebagai jawaban.

Ceklek

Semua mata beralih saat pintu ICU dibuka oleh seseorang, Dokter laki- laki telah keluar dari sana.

"Mana orang tua pasien?" tanyanya.

"Saya dokter," ujar Raina.

ICE BOYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang