48. Kevano Demam!

33.8K 2.5K 1.2K
                                    

Revisi. Selasa, 3 Agustus 2021.
_______________________________________________________

Happy reading and enjoyyy!

⭐⭐⭐

48. KEVANO DEMAM!

KEVANO merasakan ada yang mengusak rambutnya, membuat tidurnya terusik perlahan. Dia mengerjapkan matanya pelan, matanya tepat tertuju pada pria paruh baya yang tersenyum memperhatikannya.

"Papa!" pekiknya.

"Papa bangun?" tanyanya langsung, dia bangun dari duduknya.

Kevano senang, setelah beberapa hari lalu Papanya melewati kritis, Kevano Menunggu Papanya membuka mata, dan itu terjadi hari ini.

"Kevano panggil dokter dulu," ujarnya beranjak bangkit.

Devano menahannya, Kevano melihat Papanya yang menggeleng pelan, senyum pria paruh baya itu belum pudar.

"Disini aja," ujar Devano serak dan lemah.

Kevano tak bisa menahan dirinya lagi, dia memeluk dengan hati-hati tubuh Papanya. Devano hanya mampu tersenyum lemah, dia mengusap punggung Kevano pelan.

"Maaf." Satu kata terucap dari mulut Kevano.

"Jangan tinggalin Kevan, Maaf Pa."

Devano hanya mengangguk mengiyakan, dia mengusap punggung anaknya yang bergetar. Menandakan bahwa laki-laki itu tengah menangis.

"Udah," ujar Devano pada Kevan.

"Papa udah nggak papa Kevan," ujarnya lagi.

Devano merenggangkan pelukannya, dia menangkup wajah Kevano yang tak mau menatapnya. Mengusap pelan sisa air mata anaknya itu.

"Cowok kok nangis," canda Devano dengan tawa kecilnya.

"Papa udah nggak papa, kamu tenang aja oke?" ujarnya pada Kevano, dia mengusap lembut rambut putranya.

Hatinya sedang bahagia tentu saja, hal ini adalah hal yang sangat dia tunggu-tunggu dari beberapa tahun ini. Kevano memaafkannya.

"Sekarang tidur lagi, ini masih malem."

"Beneran baik-baik aja?" tanya Kevano, tangannya senantiasa memeluk tangan Papanya yang bebas dari infus. Menangkupkan tangan Papanya itu sebagai penyangga pipinya.

"Iya Kevan, kamu tidur lagi aja." Jawaban Devano menenangkan.

"Jangan sakit lagi," ujar Kevano pelan.

"Harus sehat lagi," ujar Kevano lagi pada Papanya.

"Kevan minta maaf, jangan tinggalin Kevan," ujar Kevano lagi.

"Maaf."

Devano hanya bisa tersenyum lemah dibalik nebulizernya. Putranya itu ternyata meneteskan air matanya lagi.

"Udah, kenapa nangis lagi?" ejek Devano tertawa kecil.

"Maafin Kevan," ujar Kevano.

ICE BOYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang