6.

3.6K 234 0
                                    

"Permisi pak" panggil Iliya saat sosok pria paruh baya berjaket kulit itu keluar dari ruangan yang Iliya masuki tadi. Cukup lama ia menunggu untuk menyampaikan keputusannya.

Merasa terpanggil pria yang baru saja keluar dari ruang kepala sekolah itu berbalik.

"Ah, ya?"

"Saya Iliya. Emm... sebenarnya saya tidak berniat mengikuti audisi kalau bukan karna sahabat saya. Saya berniat mengundurkan diri" jelas Iliya to the point.

"Kenapa? Padahal saya berharap banyak pada kamu. Kemampuanmu jarang di miliki. Kamu punya empat elemen sekaligus, vocal, rapp, dance dan visual kamu juga menarik" jawab pria itu, Iliya hanya diam tak bersuara.

"Saya tahu kamu putri Jefrico" Iliya mendongak kaget. Pasalnya tak banyak orang tahu soal keluarganya seorang pengusaha terkenal. Selama ini tak ada yang tahu siapa sosok putri pengusaha Jefrico, hanya anak sulung yang selama ini di ketahui publik.

"Tapi..."

"Saya tahu, apa karna itu kamu menolak" Iliya hanya menggeleng kecil.

"Kamu bisa menghubungi saya jika kamu berubah fikiran. Dan saya harap begitu" lanjutnya sambil memberikan sebuah kartu nama pada Iliya lalu melenggang pergi meninggalkan Iliya. Sebelum itu Iliya sempat menangkap sirat memohon padanya.

Iliya menatap kartu nama di tangannya.

Abraham Aaron

CEO ARentertainment

:-) :-) :-)

"Lo kenapa, sih, Cha? Dari tadi diem mulu semenjak dari ruang kepsek, emang lo di suruh ngapain?" Tanya Kirang yang tengah melahap bakso di depannya.

"Ha? Apa ran?" Iliya mendongak menatap Kiran, menghentikan aktifitas makannya. Bukan makan, tetapi mengaduk bakso di hadapannya.

"Lo dari tadi gak dengerin gue?" Tanya Kiran tak percaya.

"Sorry gue gak denger"

"Lo kenapa si?" Tanya Kiran lagi.

"Gue lolos jadi trainee"

"Beneran!" Teriak Kiran tak percaya.

"Pelan-pelan napa, Ran" sahut Iliya sambil melihat sekitar yang nampak memperhatikan mereka berdua dengan heran.

"Sorry sorry" kata Kiran sambil cengengesan "terus gimana?"

"Gue tadi udah bicara sama CEO ARentertainment yang ngasih surat tadi"

"CEO?" mata Kiran membulat mendengar kata CEO dari Iliya.

Iliya yang baru saja menyuapkan bakso ke dalam mulutnya, seketika menghentikan aktivitasnya. Ia menatap heran pada sahabatnya yang begitu terkejut saat ia mengatakan kata CEO.

Tapi selanjutnya Iliya mengangguk menjawab pertanyaan Kiran. Kemuadian melanjutkan aktivitas makannya.

"Terus?" tanya Kiran setelah mengembalikan ekspresi dari keterkejutannya.

"Itu yang gue bingungin, Ran" Iliya menunduk, menatap pada semangkuk bakso yang tersisa setengah di hadapannya.

"Sekarang gue tanya, emang lo gak lelah ngadepin sifat bunda lo yang kek gitu selama lima belas tahun lebih?"

Iliya terdiam tak mengeluarkan kata apapun.

Jujur gue capek, gue lelah dengan keadaan yang gak pernah berubah sekeras apapun gue berusaha.

"Cha"

"Icha"

"ILIYA....! Lo denger gue gak sih!" Iliya tersentak saat mendengar teriakan melengking cempreng dari Kiran.

Terlihat Kiran kesal karna merasa terabaikan.

"Lo bilang apa tadi?" Tanya Iliya hati-hati saat melihat wajah tak bersahabat dari gadis di depannya itu. Iliya tersenyum kecut saat menatap Kiran.

Kiran menghela napas jengkel "gue harap lo pikirin keputusan lo baik-baik. Gue gak mau lo nyesel karna kesempatan ini gak dateng dua kali"

Iliya kembali terdiam memikirkan kata-kata Kiran.

"Makannya udah?" Iliya mengangguk mengiyakan "biar gue yang bayar, anggap aja gue lagi baik" lanjut Kiran sambil cengengesan lalu melenggang meninggalkan Iliya untuk membayar makanan yang tadi mereka makan.

Iliya mengeluarkan sebuah kartu nama dari dalam saku seragamnya. Dilihatnya sekilas sambil memghela nafas pelan. Lalu kembali di masukkan kembali ke dalam saku.

"Ini nih, orang yang sok jual mahal gak mau jadi trainee, padahal juga biasa-biasa aja" Iliya menoleh ke samping, Siska tengah berdiri di sampingnya. Matanya tampak meremehkan Iliya.

Iliya berdiri "itu urusan gue, lo gak usah repot- repot ngurusin" menoleh ke arah Siska dengan tatapan datar, lalu pergi meninggalkan Kantin.

traineeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang