"Tunggu, tunggu, tunggu..."
Kei berjalan mendekat pada Ily perlahan, tangannya meraih beberapa paper bag di tangan Ily dan diletakkannya dilantai begitu saja. Menuntun Ily pada sofa dan mendudukkannya.
Kei menatap memicing pada gadis yang duduk dihadapannya, tangannya terlipat di depan dada "jelasin soal oppa... dan Jeon..."
Ily menatap empat gadis dihadapannya dengan tatapan biasa saja seolah tak terjadi apapun. Sedangkan Kei, Jo, Ckelo dan Shakira menatapnya dengan tatapan memicing meminta penjelasan.
Hhhh....
Ily menghela nafas, jadi ini saatnya?
***
"Mmm..." Ily bergumam panjang, sejak lima menit yang lalu ia baru akan membuka sesidikit suara.
"Ini mau dijawab gak, sih!" Josephine, gadis itu berucap dengan kesal, pasalnya gadis yang duduk didepannya itu tak kunjung berbicara.
"Ok" Ily menghela nafas sebentar "jadi..."
"Bisa cepet, ga?" Seru Cleo tak sabaran.
"Kita laper!" Mata Ily membulat terkejut dan berkedip beberapa kali saat orang-orang yang mengiterogasinya berteriak kelaparan.
"Yaudah ayo makan" Ily berdiri hendak ke meja makan, tapi langsung saja ditahan Kei yang tepat didepannya, dan kembali didudukkan pada tempatnya.
"Jelasin dulu!"
"Katanya laper?" Tanya Ily.
"Makanya cepet jelasin!"
Lagi-lagi Ily menghela nafas.
"Jadi..."
"Bisa gak sih, awalannya gak usah pake jadi" celetukkan Cleo itu membuat semua orang menoleh "kenpa? Lanjutin!" Lanjutnya masih kesal.
"Ok! Gue keturunan Korea, Puas!"
"HAH...!"
Ily berdiri dari duduknya, lalu berjalan cepat menuju kamarnya untuk membersihkan diri. Tubuhnya terasa lengket karna ia belum mandi hingga waktu hampir gelap.
Ily tak peduli denganempat gadis yang menganga tak percaya padanya setelah apa yang ia ucapkan.
***
Ily, gadis itu baru saja selesai membersihkan. Dua hari, ucapnya dalam hati, yang penuh emosi. Ia sudah pergi, tapi mengapa masih ada masalah yang membuntutinya.
Hupft...
Ily mengembuskan nafasnya. Meraih ponsel di nakasnya. Tangannya mengetikkan beberapa kata lada papan pesannya, lalu mengetuk tanda kirim, mengirimnya pada seseorang di seberang sana.
Direbahkan tubuh lelahnya pada kasur yang sebelumnya ia duduki. Tangannya mengetuk ponselnya, menyalakan musik yang mungkin bisa menenangkannya sedikit. Ily ingin mnegistirahakan batin maupun fisiknya sebelum melanjutkan menempa diri yang dipersiapkan untuk di terjunkan di dunia hiburan.
Sayup-sayup terdengar dentingan piano dari benda kotak yang diletakkan tepat di samping kepala Ily, netranya menatap lurus pada langit-lagit kamar di atasnya. Beberapa kali berkedip, namun tatapannya tetap kosong.
annyeong oraenmaniya
mureumpyo eopsi cham neodaun moksori
jeonghaejin gyuchikcheoreom
chuun mungae neul ttokgateun ne jari
Hai, sudah sangat lama.
Tanpa tanda tanya, kau terdengar seperti dirimu.
Seperti sebuah aturan.
Tempatmu selalu sama, dengan pintu masuk yang dingin.jedaero jal meogeo da jinaganikka
yejeoncheoreom jamdo jal jage doel geoya
jinsimeuro bilge
neoneun deo haengbokhal jagyeogi isseo
Karena semuanya akan berlalu, pastikan kau makan dengan baik.
Kau akan bisa tidur senyenyak dulu
Aku berdoa dari lubuk hatiku.
Kau pantas untuk lebih berbahagiaPastikan kau makan dengan baik dan kau pantas bahagia, tanpaku... ucapnya dalam hati. Ily meringis saat ulu hatinya tiba- tiba merasa tak nyaman.
geureon mareun haji ma jebal
geu mari deo apeun geo aljanha
saranghaejul georamyeo da mwoya
eotteon mameul jun geonji neoneun moreul geoya
Kumohon jangan ucapkan kata-kata itu.
Kau tahu, mengatakannya jauh lebih menyakitkan.
Kau bilang kau akan mencintaiku, lalu apa gunanya?
Kau tidak tahu perasaan apa yang kau berikan padaku.***
Shakira pov
Tanganku tercekat saat akan kudorong pintu kamar yang tak tertutup sempurna. Telingaku mendengar lirihan lagu terdengar dari ruangan di hadapnku.
oerowossdeon mankeum
neoreul neoboda saranghaejul saram
kkok mannasseumyeon hae
naega aniraseo mianhae
juneun ge swipjiga anha
Sebanyak kau yang merasa kesepian,
Aku sungguh mengharapkan kau bertemu seseorang yang akan mencintaimu melebihi dirimu.
Aku menyesal karena dia bukan aku.
Ini bukan hal yang mudah.Aku baru akan mengajak Ily untuk makan malam, sebentar lagi kami harus segera ke gedung agensi untuk sesi latihan. Apalagi akan ada produser musik baru ARentertainment yang akan berkunjung. Tapi aku agak sungkan memanggil gadis itu yang sedang meresapi kehidupannya melalu lagu yang mengalun indah di telinga. Entahlah? Aku hanya menyimpulkan demikian.
Sreeet...
Aku kembali tercekat saat pintu di depanku terbuka. Ily tengah memandangku.
Aku tersenyum "ayo makan malam" ucapku.
Ia mengangguk lalu berjalan ke meja makan yang sedang riuh dari tiga gadis yang selalu tak pernah akur itu.
Shakira pov end
***
Rasya, lelaki itu merebahkan tubuhnya di sofa panjang itu, matanya terpejam lelah. Baru saja ia menerobos sebuah apartemen.
"Gak punya rumah, lo?" Pertanyaan sinis itu terlontar dengan sengusan kesal dari lelaki jangkung yang kini menyandarkan tubuhnya di single sofa sebelah tempat Rasya.
Rasya hanya membuka sebelah matanya, melirik lelaki yang tengah dibuatnya kesal. Tak ambil pusing Rasya kembali memejamkan matanya.
Dengusan lagi-lagi terdengar dari lelaki dengan kaos putih polos itu "mana masuk main nyelonong aja kek maling" gerutunya.
"Bawel lo, Bisma"
Bisma, nama lelaki itu. Tangannya terkepal dan terangkat ingin menghantamkannya pada bosnya itu, namun diurungkan atau ia akan segera di tendang dari perusahaan.
"Pak bos bisa pulang gak, sih. Bisma capek, pak baru pulang dari Bandung, pengen istirahat" adunya.
"Diem"
Bukannya diam, Bisma malah melanjutkan acara curhatnya.
"Sya..."
"Atau gue pecat"
Nah, kan, baru juga Bisma membatin, sudah terucap saja kata-kata keramat itu.
"Lu kira gue gak bisa pindah ke perusahaan lain?" Tantangnya.
"Dan lo kira gue gak bisa bikin citra lo buruk?" Sahut Rasya santai, dan masih dalam posisi yang sama.
Skak mat, Bisma hanya mampu diam tak berbicara lagi, atau ia benar-benar menderita karena bos kejam yang tengah tidurandi sofa ruang tamunya.
"Paling-paling ini masalah adek lo lagi, kan?"
Mata Rasya terbuka, menampakkan netra almond-nya. Sepertiny sahabat kacungnya itu sudah tahu banyak tentangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
trainee
Teen FictionHal gila yang telah di lakukan Kiran telah membuat kehidupan Iliya semakin kacau. Mungkin satu hal yang membuatnya bahagia, keluar dari rumah mengerikan yang selama lima belas tahun di huninya. Bertemu sosok keluarga baru ketika ia menjadi Trainee...