Bintang, lelaki itu merebahkan tubuhnya di lantai begitu saja. Basah tubuhnya begitu terlihat dari kaos yang dikenakannya yang penuh keringat. Masih berbaring Bintang menoleh, dilihatnya gadis dengan rambut di cepol itu yang tangah memperagakan sebuah gerakan lamat-lamat didepan cermin, meneliti setiap gerakannya.
Setelah mendapat ceramahan panjang dari Gilang, Bintang setuju dengan apa yang di inginkan Iliya, apa salahnya mencoba?
Dan sekarang Bintang tau satu fakta, gadis itu benar-benar hebat. Ia yang laki-laki saja sekarang tepar, dan sekarang apa yang dilihatnya? Gadis itu masih saja menggerakkan tubuhnya. Bahkan dulu ia sempat ragu gadis bersurai malam itu mampu membawakan lagu yang memiliki koreo super sulit itu. Dan satu lagi, gadis itu tak semenyebalkan seperti yang ia tahu selama ini.
"Dia bersikap tergantung sikap lo"
Itu yang dikumandangkan Gilang sore tadi, hingga akhirnya ia mau menuruti kata Iliya.
Bintang duduk, masih menetap Iliya "lo nggak capek?"
Gadis bersurai malam itu menengok, diam tak menjawab.
"Nggak mau pulang?" Tanyanya lagi, tapi tetap tak dijawab apapun oleh Iliya.
Bintang berdiri, meraih sebotol air di sampingnya tadi lalu berjalan mendekati Iliya.
"Nih" Bintang mengulurkannya pada Iliya "terus balik, dah malem"
Iliya meraihnya lalu mendadak duduk di lantai, dan dnegan santainya ia meneguk air di tangannya. Sebelumnya Bintang mengeryit heran, tapi setelahnya ia sadar.
Iliya kembali berdiri "thanks"
***
Iliya mengusap lengannya pelan, dingin malam ini begitu menusuk. Kaos putih berlengan panjang bergaris hitamnya pun tak mampu menghadang.
"Lo laper, nggak?" Iliya menoleh ke samping, dimana Bintang berdiri.
"Lumayan"
"Mau makan? Keknya warung nasgor masih buka" katanya, lalu melirik jam yang melekat di pergelangannya.
"Boleh"
Setelahnya mereka berjalan, keluar gedung agensi menuju warung nasi goreng depan gang. Warung pinggir jalan yang menjajakan nasi goreng dan mie goreng yang hampir setiap malam menjadi langganan anak trainee karna harganya yang ramah di dompet.
Sebuah jaket hitam terulur di depannya. Iliya mendongak ke arah samping.
"Pake aja, gk gue pake, kok. Lo kedinginan, kan?"
Iliya mengangguk, perlahan tangannya meraih jaket itu. Bibirnya melengkung tipis.
Sesaat Bintang tertegun, melihat senyum itu. Yang ia tahu selama ini gadis itu lebih sering memberikan ekspresi lain selain tersenyum.
Bintang maupun Iliya duduk berdampingan di kursi luar tenda warung. Meski sekarang jam sudah menunjukkab jam dua belas kurang lima belas menit, tapi warung nasi goreng itu masih tampak ramai, yang kebanyakan para driver ojol yang tengah mengisi perut.
Mereka diam, tak mencoba melakukan apapun untuk memecah keheningan di tengah menunggu pesanannya datang.
Bintang mendongak, menatap langit malam yang cukup cerah dengan beberapa awan menghalangi. Namun tetap saja, bintang di atas sana masih tetap mampu menampakkan dirinya.
"Kembaran lo"
Bintang menengok, mengeryit mendapati gadis di sampingnya itu tengah menatapnya.
"Maksudnya"
KAMU SEDANG MEMBACA
trainee
Teen FictionHal gila yang telah di lakukan Kiran telah membuat kehidupan Iliya semakin kacau. Mungkin satu hal yang membuatnya bahagia, keluar dari rumah mengerikan yang selama lima belas tahun di huninya. Bertemu sosok keluarga baru ketika ia menjadi Trainee...