60.

1.3K 109 7
                                    

Rigel membawa Iliya ke luar restoran tempat gadis itu makan.

"Are you, ok?" Tanyanya sambil menatap Iliya "bohong kalo lo bilang iya" lanjutnya.

"Kalo tau jawabannya kenapa tanya"

Rigel diam menatap Iliya "cuma pengen tahu lo jujur apa nggak"

Iliya tak menjawab sehingga hening di antara keduanya. Iliya memilih memandang arah lain ketimbang menatap Rigel di depannya. Sebenarnya agak kesal karena laki-laki itu tiba-tiba datang dan menariknya, dan yang terpenting Rigel merasa tahu apa yang di rasakan Iliya.

Rigel memegang bahu Iliya, menatapnya dalam.

"Satu yang pasti, gue bakal ada di setiap lo butuh ataupun enggak"

***

Sejak kejadian tadi, lagi dan terus Iliya hanya terdiam. Bahkan ia hanya mengangguk dan menggeleng saat menjawab setiap pertanyaan yang di lontarkan untuknya.

Keina tahu tentang itu, tapi ia urung untuk bertanya. Akan terlihat aneh jika ia mendadak menenangkan Iliya dan selanjutnya Iliya akan curiga padanya karena telah membaca diary gadis itu. Kediaman Iliya dan juga perubahan sikap Keina cukup membuat Shakira curiga. Meski Keina tampak bersikap biasa saja, tapi ia tahu itu adalah Keina yang tak baik-baik saja. Ada apa dengan kedua gadis itu. Sejak Iliya kembali setelah berbincang dengan Rigel di luar gadis itu tampak selalu bungkam. Dan satu lagi, Keina terus saja mencuri pandang ke arah belakangnya dan saat itu juga ia tahu di belakangnya ada sosok wanita yang pernah menemui Iliya malam itu. Tapi yang mengherankan adalah, mengapa Keina seakan tahu pasal Iliya dan wanita itu.

Shakira menghela nafas pelan. Ia tak akan bertanya sekarang karena ia tahu taka akan ada jawaban untuknya.

Sekarang lima gadis itu tengah menyusuri lantai dasar mall untuk segera keluar dan kembali ke dorm. Mendadak ada jadwal perpisahan untuk para trainee di gedung agensi yang di selenggarakan oleh para staff. Hilang sudah Shakira dan keempat adik traineenya untuk menikmati seharian penuh meski hanya berkeliling mall.

Shakira menoleh ke belakang saat baru saja ia dan empat gadis lainnya baru saja keluar dari gedung mall, dan di rasanya formasi tak lengkap. Di sana Iliya berhenti berjalan, diam berdiri menatap lurus. Wajahnya datar dengan panacaran mata yang sulit di artikan.

"Iliya?" Panggil Cleo tapi tak ada jawaban dari Gadis itu.

Shakira mengikuti arah pandang Iliya.  Tepat di depannya ada sosok wanita paruh baya dan gadis seumuran Iliya, atau bahkan sedikit di atasnya. Seketika matanya membola, ia tahu wanita itu. Sejenak ia menatap Kei, gadis itu tampak mengetatkan wajahnya, apa ia tahu siapa wanita itu?

***

Rasa gelisah memenuhi hati Iliya. Benar-benar takdir tengah bermain-main dengannya saat ini, pikirnya. Iliya berdiri tak bergerak, terlau sulit hanya untuk itu. Susah payah ia menelan ludahnya sendiri saat di depannya itu, sosok wanita yang sangat ia kenal tapi tak mengenalnya tengah berdiri memunggunginya tengah bergandeng tangan dengan gadis lain.

Iliya memejamkan matanya sejenak, nafasnya tak teratur seakan pasokan oksigen sulit masuk ke tubuhnya. Pertama kali yang ua lihat adalah wanita itu menatapnya. Kegelisahannya memuncak, dan jari-jarinya bergerak tak tentu memainkan ibu jarinya sendiri. Padangannya bergerak liar menghindari tatapan itu.

"Ish..." desisan keluar dari bibir Iliya. Diangkatnya tangan kirinya, ada rasa perih bersarang di sana, tepat di ibu jarinya. Lecet dengan darah segar keluar.

Iliya mengalihkan pandangan. Mendadak kegelisahannya berubah menjadi rasa was-was dalam sekejap seakan ada sesuatu yang akan segera hilang. Dari arah lain matanya menatap mobil mewah yang baru saja datang. Bukan seberapa mewah mobil itu, tapi ada yang aneh dengan perjalanannya. Mobil itu bergerak liar memasuki kawasan dengan cepat.

Iliya menoleh dengan cepat

" BUNDAAAAAA...!"

BRAAAAAK...!

***

Petak...

Jitakan Rigel mendarat tepat di kepala gadis bersurai sebahu itu. Ada ringisan yang keluar dari bibirnya. Ia berbalik dan yang pertama di lihatnya adalah wajah garang kakaknya. Sekarang ia tak berdaya dan hanya mampu menunjukkan cengirannya.

"Nyengir!" Sentaknya.

Kirana memanyunkan bibirnya sebal.

"Mana!?"

"Apa?" Tanya Kirana pura-pura tak mengerti.

"Kartu!"

"Nggak bisa abang, tanganku penuh" pandangan Kiran turun ke tangannya, di sana ada lebih dari tiga buku, bukan, tapi novel "nggak bisa ngambil" cicitnya.

Rigel menatap buku-buku itu sekejap, lalu di tariknya secepat kilat dan di tempatkannya asal ke dalam rak. Tangan Rigel terulur pada adik perempuannya itu.

"Tambah itu ya, bang?" Cicitnya lagi dengan tampang memelas.

Rigel menggeleng "gak ada"

"Satuuuu aja, ya?"

"No"

"Pliiiis" kini Kirana mengeluarkan jurus memelasnya yang paling mujarab.

"Kirana! Sudah berapa banyak barang yang kamu beli!"

Kirana hanya tertunduk lesu mendapati kemarahan sang kakak.

Rigel menghela nafas lelahnya. Di tariknya tangan sang adik untuk di bawanya pulang, setelah ini ia harus segera kembali ke kantor. Karena ulah adik satu-satunya itu ia akan telat. Bagaimana tidak, gadis itu berjanji akan sebentar di mall dan saat akan mengambilkan uang untuk gadis itu, malah dompetnya yang raib di sahut Kirana. Ia tak mengambil semuanya, hanya satu kartu atm dan kemundian melemparkan dompetnya pada Rigel. Dan setelahnya, gadis itu mendadak hilang tanpa jejak.

Kirana hanya diam memanyunkan bibirnya. Selama perjalanan pun ia hanya diam tak bersuara sampai ke dalam mobil dan meninggalkan kawasan mall.

Braaak...

Suara keras itu menghentikan laju mobil yang di kendarai Rigel. Seketika ada perasaan asing merasukinya. Saat ini mobilnya belum benar meninggalkan kawasan mall, baru saja ia akan keluar. Ia menoleh ke halaman gedung mall di bagian lain. Ada cukup banyak asap dan orang berkerumun  di sana. Bukan itu yang menjadi perhatiannya, tapi gadis yang diam berdiri menatap kecelakaan di depan matanya. Tampak sekali jika nafasnya memburu, wajahnya terkejut bulan main.

Kirana juga melihat itu "kayaknya..." perkataannya terhenti saat suara pintu mobil yang tertutup terdengar. Di sampingnya, tepat di kursi kemudi tak ada orang. Wajah Kirana mendadak tertekuk heran.

Kirana menatap ke luar, dilihatnya sang kakak berlari ke kerumunan itu. Bukannya lebih cepat jika mobil yang di tumpanginya di belokkan ke tempat kecelakaan jika ingin menolong? Alih-alih dengan cara itu, Rigel malah berlari keluar.

Sebenarnya apa yang terjadi?

***

END?


























Becanda, hehe...
Mungkin part ini akan menuju akhir dan tinggal beberapa part lagi.

Makasih buat yang masih setia baca ceritanya author

And lov you guys

Btw... aku mau ngucapin happy bithday buat ma bestie yang hari ini ulang tahun

Selamat hari ulang brojol mbak bro... lop yu pokoknya

traineeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang