46.

1.3K 117 1
                                    

Pintu itu baru saja di tutup. Gadis bersurai legam panjang itu baru saja keluar dari sebuah ruangan milik seorang yang di paling di hormati di sma bharata.

Tiba-tiba sebuah tepukan mendarat di pundaknya. Iliya sontak terkejut dan berbalik cepat. Sebelah tangannya mengusap dadanya. Ada semburat lega di wajah gadis itu saat melihat sosok Bintang di hadapannya kini. Ia sedang menghindari seseorang.

"Kaget, ya?"

Iliya hanya mendelik tajam, pertanyaan Bintang itu bodoh, sudah tahu Iliya sangat terkejut di buatnya.

"Yaudah, ayo! Kita mesti siap-siap" tangan Bintang menarik sebelah tangan Iliya.

Mereka berjalan bersisihan, tanpa bicara. Bintang beberapa kali memberikan akses jalan untuk Iliya di tengah jalan yang padat dengan para siswa sekolah elit itu.

"Gue kira Bharata gak sebesar ini" ucap Bintang tiba-tiba.

Iliya hanya melirik.

"Gue kira Bharata gak sebesar Brilian" lanjutnya.

Iliya hanya terus diam mendengarkan ocehan Bintang tentang sekolahnya. Ia membandingkan dengan sekolah yang Bintang tempati, sma Brilian yang sama elitnya dengan Bharata.

"Pembukaan jam berapa?" Pertanyaan pertama Iliya terucap.

Bintang menoleh pada gadis di sampingnya itu "jam delapan. Lo sih, gak ikutan tm"

"Gue juga punya tanggung jawab di sini" sahut Iliya"

Selanjutnya Bintang yang diam. Beberapa saat lalu ia lupa kalau gadis di sampingnya itu murid sma Bharata.

"Setelah ganti kostum kita ada briefing sebentar, sekitar jam delapan kurang seperempat sebelum acara mulai. Nanti juga ada anak-anak dancer Bharata. Terus nanti ada acara doa bersama" jelas Bintang runtut. Iliya mendengarkan dengan fokus.

***

Bintang tak berkedip. Mendadak matanya, tak berkedip memandang gadis di depannya itu. Gadis dengan dress hitam lengan panjang dan aksen pita di bagian kerah membuatnya tampak cantik. Jangan lupakan riasan sederhana di wajahnya membuatnya imut. Gadis itu malah memandang Bintang heran. Sedang apa ia berdiri di depannya tanpa berkedip.

Puk...

Kesadaran Bintang kembali saat tepukan mendarat di sebelah pundaknya. Ia menengok ke arah samping. Didapatinya Iliya yang baru saja selesai berganti kostum. Iliya memakai dress putih lengan panjang dengan aksen brokat. Ia tampak anggun sekarang.

"Hai, Seva"

Bintang mengikuti arah pandang Iliya, menatap gadis dengan dress hitam di depannya itu.

"Hai"

"Di cariin Kei tadi"

"Oh? Thank's udah ngasih tau. Duluan" Seva beranjak pergi. Tapi sebelumnya sempat melirik Bintang yang masih tetap bungkam sejak tadi.

"Good luck, Seva" ujar Iliya.

Seva berbalik sambil tersenyum, kedua tangannya terangkat menunjukkan ibu jarinya sebelum kembali berbalik dan pergi.

Iliya melirik Bintang di sampingnya sekilas, lalu kembali menatap punggung Seva yang pergi.

"Seva cantik, ya?" Tanya Iliya tiba-tiba.

"Iya"

Tak lama ekspresi Bintang berubah kesal. Di tatapnya Iliya yang tersenyum jenaka pada Bintang.

"Apaan, sih!" Kesal Bintang.

"Apa? Gue kan tanya jujur" sahut Iliya.

Bintang mendelik. Sebelah tangannya terangkat, mengapit leher Iliya. Tentu saja Iliya memberontak.

"Bintang!"

"Awww...." Bintang mengaduh tiba-tiba setelah jari-jari Iliya mencubit lengan Bintang.

"Sakit, Jey"

"Makanya!"

Bintang mengusap lengannya, bekas cubitan Iliya. Sekitar tiga minggu mengenal Iliya, ia mulai nyaman dengan gadis itu. Ia tak sedingin dan semenyebalkan saat awal mereka bertemu.

"Ayo ke aula" ajak Bintang. Ia menarik Iliya ke tempat yang di bilang Bintang tadi.

"Ini kenapa pake baju putih-putih, sih? Judulnya kan black, kenapa malah pake putih-putih?" Tanya Bintabg sambil berjalan.

Iliya melirik sekilas "gak ada alasan, emang kenapa kalo pake putih?"

Mengedikkan bahu, Bintang memilih acuh mendapat pertanyaan dari pertanyaannya. Kemudian keduanya kembali bungkam. Tak ada lagi percakapan di antara keduanya. Mereka hanya terus berjalan menembus ramainya koridor. Maklum saja, acara kali ini bersifat umum mengingat sma Bharata berkolaborasi dengan ARentertainment, agensi yang telah melahirkan banya artis papan atas.

"Tadi gue liat nyokapnya kak Dinda, suer... cantik banget"

"Seriusan?"

"Kalo dilihat-lihat, nyokapnya kayak istrinya Jefricorporation"

"Masa?"

"Iya bener"

Iliya mendadak berhenti, matanya terpejam erat. Hatinya kembali tergores. Bukan gelar anak pemilik jefricorporation yang menikan hatinya, tapi yang lain, yang mungkin tak akan di dapatkannya lagi. Apalagi mengingat ia memilih mundur. Ia tak sanggup lagi bertahan.

Merasakan Iliya tak lagi di sampingnya, Bintang berbalik, menatap heran Iliya yang berhenti tiba-tiba di tengah jalan tanpa melakukan apapun. Bintang mendekat, menyentuh pelan lengan gadis itu.

Iliya tersentak dan sontak membuka matanya. Di dapatinya Bintang yang menatapnya dengan siratan khawatir di netranya.

"Lo sakit?" Tanyanya.

Iliya diam. Tak mendapat respon, tangan Bintang terangkat menyentuh dahi Iliya. Di rasakannua rasa hanya menjalar dari sana.

"Badan lo agak anget, lo masih kuat?" Tanya Bintang lagi.

Dengan mantap Iliya mengangguk, lalu mengatakan kalau ia harus segera berkumpul ke aula untuk melakukan briefing bersama anak dancer Bharata.

Jelas Bintang khawatir. Kondisi gadis itu sedak tidak bagus. Ia tak mengkhawatirkan penampilannya nanti, tapi kalau-kalau kondisi gadis iti bertambah parah apabila mamaksa tampil.

Iliya segera menarik tangan Bintang karena laki-laki itu malah tak kunjung berjalan bersamanya.

"Lo beneran gapapa?" Lagi-lagi Bintang mengulang pertanyaan yang sama.

"Iya Bintang"

Setelah menyelesaikan itu, Iliya kembali menarik lengan besar Bintang agar laki-laki itu berjalan. Baru beberapa langkah, matanya tak sengaja melihat dua sosok perempuan berbeda generasi yang sangat di kenalnya, tengah bergurau tertawa bersama. Hal yang selalu ingin ia rasakan, mungkin tak akan pernah terwujud.

Mendapati Iliya malah kini berhenti, Bintang mengikuti arah pandang gadis yang menariknya tadi. Dua sosok perempuan, yang Bintang taksir adalah ibu dan anak. Lalu apa hubungannya dengan Iliya?

"Jey" panggil Bintang.

Iliya tersadar, tangan yang tadinya di lengan Bintang kini terlepas. Ia menegakkan tubuhnya "ayo, ke aula"

Bintang bertambah heran, tadinya gadis di depannya itu serasa baik-baik saja sebelum berhenti tadi. Sekarang malah ia tak mau menatap Bintang dan malah meninggalkannya sendirian.

***

traineeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang