58.

1.2K 119 11
                                    

"Anggap saja begitu"

Semua orang menatap heran pada Keina dan juga Iliya. Iliya hanya diam menatap Keina. Tatapannya seperti pasrah dengan sikap Keina. Lebih baik Keina benci padanya lalu ia akan pergi dengan tenang, tanpa Kei atau siapapun yang memikirkannya.

"Maksudnya?" Tanya Shakira.

Keina menghembuskan nafasnya pelan kemudian matanya terbuka dan beranjak dari posisinya menjadi duduk menghadap Shakira.

"Kak Ares sendiri yang bilang kalau Ily gak mau debut sama kita, mungkin dia malu debut sama orang miskin kayak kita" ucap Keina bernada cibiran itu.

Iliya masih diam tak ingin sekalipun untuk membuka mulut hanya sekedar untuk membela diri. Biarkanlah Keina mengeluarkan isi pikirannya.

"Maksud kamu apa, Kei? Ily gak mungkin kayak gitu!" Sahut Cleo.

"Apa itu benar, Ily?" Tanya Shakira.

Iliya menatap Shakira lalu mengangguk sekali. Shakira hanya diam setelah mendapat jawaban dari Iliya.

"Kenapa?" Giliran Cleo yang bertanya.

"Nyokap gue gak pernah setuju gue ikut trainee, gue gak mau nyakitin hatinya lagi"

"Alesan!" Sahut Keina cepat. Kini ia kembali ke posisi tidurnya sambil memeluk guling dan membelakangi Iliya.

"Dan gue ada urusan di tempat lain"

"Sok sibuk!"

"Kalian harus baik-baik disini dan kalian harus janji kalian bakal sukses"

"Dasar orang kaya!"

Keina benar-benar marah padanya.

***

Keina terbangun dari tidurnya. Sebelah tangannya mengucek pelan matanya sambil mencoba mendudukkan dirinya. Dirasa kepalanya agak pusing. Tentu saja, sebelum tidur ia menangis dan tentu akan berefek kepalanya pusing dan kelopak matanya bengkak, sungguh tak nyaman.

Keina menghembuskan nafasnya pelan. Ia tertidur terlalu awal hingga ia terbangun di pukul dua pagi. Kepalanya menoleh melihat sekitar. Jo, Cleo dan Shakira masih terlelap, seharusnya ia juga begitu setelah mendapat kabar bahagia tentang pendebutannya. Tapi di balik kebahagiaannya ada pula cobaannya. Ia pernah bilang ingin debut bersama-sama, bersama Iliya, tapi justru gadis itu menolak untuk debut. Sungguh Keina tak ingin marah pada gadis itu, hanya saja kekecewaannya begitu besar hingga membuatnya marah.

Iliya bilang restu orang tuanya yang membuatnya tak ingin debut, alasan! Jo juga begitu, ayahnya menentang dirinya menjadi seorang idol, tapi tetap saja ia ikut sampai sekarang bahkan akan debut.

Lagi, Keina menghembuskan nafasnya, jelas jika ia tengah kesal. Tenggorokkannya agak kering sekarang, ia berniat mengambil minum di dapur. Saat Keina baru saja berdiri ia tak langsung berjalan dan malah mengeryit. Di tengah gelam ruangan yang hanya ada lampu tidur yang menerangi ia menatap kasur Iliya. Di sana haya ada selimut dan guling. Keina kira guling itu Iliya. Kemana gadis itu, batinnya. Dan satu lagi yang menjadi fokus Keina adalah meja belajar Iliya, lampunya masih menyala. Keina berjalan mendekat. Di atas meja ada buku bersampul warna navy, terlihat agak sedikit usang. Iliya bilang itu hanya buku berisi coretannya saja dan beberapa lirik lagu. Keina sempat berpikir aneh, sekarang zaman canggih dan Iliya masih menuliskan lirik di sebuah buku.

Tangan Keina terulur membuka sampul buku. Di halaman pertama hanya tertulis nama Iliya.

Iliya Lail Jefrico

Jeon Jeya

Mata Keina membulat saat membaca nama lengkap Iliya disana. Dia putri Jefrico, pengusaha properti yang terkenal itu. Sungguh ia tak menyangka Iliya sekaya itu. Selama ini memang banyak gosip jika pengusaha Jefrico memiliki seorang putri, tapi tak ada satu pun yang tahu rupanya. Tapi yang Keina dengar putrinya bernama Dinda. Ia pernah melihatnya di Sma Bharata bersama istri Jefrico kemarin. Jadi bukan? Lalu siapa Dinda?

Keina kembali membuka buku itu. Di halaman selanjutnya ada lirik lagu my love yang di nyanyikan Lee Hi dalam serial drama Scarlet Heart Ryo. Keina tak bisa membacanya karena di tulis dalam aksara hangul. Keina terus membuka setiap lembar yang juga berisi lirik hanyul, hingga ia mendapati satu halaman masih dengan aksara hangul tapi bukan lirik lagu. Seperti diary Iliya, terka Keina. Lalu Keina kembali membalik ke halaman selanjutnya. Di sana ada dua foto keluarga. Ada ayah dan ibu, anak laki-laki dan perempuan. Keina yakin anak perempuan di salah satu foto adalah Iliya, tapi yang satu lagi bukan Iliya.

Foto ini tak pernah di cetak, tapi aku membuatnya tercetak. Terima kasih untuk senyum terpaksamu.

Lagi-lagi Keina di buat bingung. Apa yang terjadi di keluarga itu? Keina melihat sosok wanita berusia kepala tiga itu tersenyum biasa menurut Keina. Tapi saat di perjelas, benar jika wanita itu tersenyum paksa.

Hai, kak Dinda! Kamu senang berlibur dengan keluargaku? Semoga senang ya. Aku disini berlibur sendiri dan kembali bertengkar dengan Juno.

Siapa Dinda sebenarnya? Kenapa Iliya berlibur sendiri dan keluarganya bersama Dinda?

Rasa haus Keina kini berubah menjadi rasa penasaran akan sosok Iliya. Gadis itu benar-benar penuh misteri, benar-benar tak terduga. Keina kembali membalik halaman selanjutnya, ada lukisan seperti lukisan anak kecil.

Bunda, bunda ingat lukisan ini? Ini kubuat khusus bunda di hari ibu saat usiaku tujuh tahun. Bunda nggak mau menyimpannya jadi biar aku yang simpan. Semoga suatu saat nanti bunda akan melihatnya. Aku akan terus berjuang untuk bunda.

Mengapa Keina merasakan sakit di hatinya saat membaca curahan hati Iliya? Apa yang sebenarnya terjadi pada Iliya?

Keina terus saja membaca buku Iliya, ia tak peduli jika itu adalah privasi Iliya. Yang penting ia mendapat kejelasan akan sosok Iliya.

Tuhan, boleh aku beristirahat? Aku lelah mengejar bundaku, kenapa begitu jauh? Boleh aku pergi sebentar? Aku akan beristirahat.

Tuhan, boleh aku bertanya? Apa jika saat kelahiranku nenek tidak kecelakaan, bunda akan menyayangiku?

Tanpa sadar lelehan air mata Keina berjatuhan. Ia hanya diam setelah mengetahui fakta tentang Iliya. Jadi Iliya datang hanya untuk menenangkan dirinya dan bukan untuk hal lain. Dan alasannya adalah ibunya, ia hanya ingin ibunya itu saja. Bahkan sekarang Iliya ada di titik lelahnya beejuang. Dan itu satu alasan mengapa ia tak menginginkan debut.

Keina mengusap bekas air matanya cepat dan segera keluar dari kamar, ia akan mencari Iliya. Di seluruh ruangan gelap, tapi Keina masih bisa melihat. Netranya berkeliling mencari keberadaan Iliya. Sampai di ruang tengah Keina berhenti, di sana ada satu sosok menghadap jendela, menatap bulan di sana.

"Ily..."

"Keina?"

Dengan cepat Keina menubruk Iliya, memeluknya erat. Iliya yang mendapat perlakuan mendadak itu hanya diam, bahkan ia sempat terhuyung ke belakang. Iliya hanya diam karena terkejut dan sekarang Keina menangis di pelukannya. Ada apa dengan gadis itu?

"Keina?" Panggil Iliya pelan.

Keina melepas pelukan " maafin gue" katanya masih tersedu.

"Maaf?"

"Maaf karena marah sama lo, gak seharusnya gue marah sama lo. Harusnya gue hargain keputusan lo"

Iliya tersenyum kecil "iya"

traineeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang