Netra kelam Iliya beberapa kali melirik ke arah sampingnya. Beberapa kali pula ia mendapati dengan jelas suara helaan nafas dari gadis di sampingnya. Tangan Iliya gatal, ia menyikut gadis bersurai pendek di sebelahnya dengan pelan. Keina menoleh dengan malas, jelas sekali ia tengah bosan sekarang. Iliya hanya menatapnya sekejap lalu mengarahkan dagunya ke depan, menginterupsi Kei untuk memeperhatikan ke depan dimana di sana ada miss Anne tengah menjelaskan beberapa hal.
Satu bulan Iliya mengenal Keina, dan dua kali pertemuan kelas psikologi, ia tahu bahwa Keina tak terlalu suka dengan itu, Kei pernah bilang kalau kelas psikologi itu membosankan dan membuatnya mengantuk. Dan tepat saja, sekaranga gadis itu tengah menguap lebar. Iliya hanya mendelik melihat itu.
"Keina, Iliya"
Dua gadis itu menoleh ke depan dan di sana miss Anne tengah menatap mereka.
"Saya janji ini yang terakhir" ucap miss Anne sambil tersenyum kecil.
"Maaf, miss" jawab Iliya.
Kelas di lanjutkan, tentu saja masih dengan Keina dan wajah bosannya. Tapi kini gadis itu hanya diam, pura-pura memperhatikan. Sebenarnya kelas psikologi ini tak begitu memakan waktu, tak sampai satu jam, hanya kisaran lima belas menit sampai empat puluh menit. Tapi gadis semacam Keina itu merasa itu lama. Padahal kelas psikologi itu untuk pembekalan para trainee jadi wajib diikuti setiap trainee.
Tak lama kelas selesai, tapi yang membuat heran adalah biasanya setelah kelas psikologi langsung berlanjut ke latihan biasanya, tapi sekarang, justru jajaran pentinggi agensi yang memasuki ruangan.
"Mereka ngapain?"
Iliya menoleh pada Cleo. Barusan gadis itu menyenggol lengannya dan berbisik demikian. Iliya hanya menggeleng kecil dan kembali menatap ke depan. Bukan hanya Cleo yang bingung dengan situasi saat ini, tapi hampir seluruh trainee bertanya-tanya. Hanya Jo yang di dilihatnya biasa saja dan tak menunjukkan keheranannya, meski Iliya tahu gadis tak banyak omong itu juga heran.
Apa sekarang?
***
"Kita di kasih gaji, ya?" Tanya Cleo pada Jo. Sedangkan Jo hanya melirik sekilas gadis itu. Dan sekarang gadis penyuka tidur itu memilih menatap amplop di tangannya.
"Kalo di gaji, ya di syukurin" sahut Jo.
Iliya di belakang dua gadis itu dan trainee lainnya dapat mendengar jelas percakapan mereka. Keina, gadis itu tengah kembali pada induknya, Shakira.
Malam ini, para trainee mendapat kejutan dari para staff agensi. Mereka mendapat sebuah amplop, entah apa isinya, itu masih menjadi misteri.
"Silahkan kalian buka"
Interupsi itu telah di tunggu sejak tadi. Buru-buru para trainee itu membukanya dengan antusias. Suasana tegang dan penasaran jelas sangat kentara di rasakan Iliya. Tapi ia menikmatinya, ia akan mengawasi setiap reaksi mereka. Iliya yakin tak lama suasana akan kembali berubah.
Benar saja, tak butuh waktu bermenit-menit untuk mengubah suasana. Sekarang atmosfer kembali berubah.
"Kertas kosong?"
Pertanyaan itu dengan jelas Iliya dengar. Ia menoleh, disana Siska terlihat kebingungan. Setelah membuka amplop miliknya, yang di dapati adalah kertas putih kosong. Begitupun beberapa trainee lainnya.
"Debut...? GUE DEBUT!"
Agak terjadi keributan sekarang. Iliya tahu ini akan terjadi. Wajah-wajah senang dan terharu hanya ada tujuh dan sisanya tampak kecewa, marah dan merasa tidak adil. Tapi itu kenyataan. Hanya akan ada tujuh gadis yang di debutkan, hanya Keina, Shakira, Cleo, Jo, Raya, Seva dan Karina. Hanya itu.
Iliya tersenyum melihat senyum di wajah Keina dan teman-temannya. Gadis bersurai pendek itu bahkan sekarang melompat-lompat kegirangan.
"Ekhem"
Iliya sedikit menoleh ke samping, disana ada satu sosok laki-laki yang ia kenal. Kemudian ia kembali menatap ke depan.
"Saya itu punya harapan besar sama kamu" kata lelaki di samping Iliya.
"Tapi saya punya hak untuk debut atau tidak" sahut Iliya pelan sembari menoleh pada Antares.
Antares atau yang sering di panggil Ares, lelaki itu menghembuskan nafasnya panjang. Benar memang, sejak awal Iliya tak berniat sebagai trainee dan sejak awal pula terdapat perjanjian antara dirinya dan juga ayah Ares tentang pendebutan. Keputusan Iliya debut atau tidak ada di tangannya, tergantung dirinya.
Bukan tanpa alasan ayah Ares menerima begitu saja syarat dari Iliya. Keberadaannya di tengah para trainee adalah untuk mengetahui kehidupan para trainee. Mulai dari kemampuan, bakat dan juga sikap selalu Iliya perhatikan dari setiap trainee. Sempat ada ketidak setujuan dari beberapa staff tentang Iliya yang berhak memilih siapa yang debut karena Iliya hanyalah gadis kecil yang usianya belum genap lima belas tahun. Tapi percayalah, pilihan Iliya adalah yang terbaik, bukan hanya sekedar pilih-pilih, tapi juga memperhatikan beberapa aspek.
"Jika kamu berubah pikiran sebelum pendebutan, masih ada posisi ke delapan"
"Hanya akan ada tujuh member yang di debutkan, dan akan terus begitu. Tidak akan ada posisi ke delapan" jawab Iliya cepat.
Kembali Ares menghembuskan nafasnya, benar kata adiknya jika berdebat dengan Iliya kecil kemungkinan untuk menang. Gadis itu benar-benar teguh dengan pendiriannya.
***
Keina tak henti-hentinya tersenyum setelah ia mendapati dirinya akan debut bersama enam gadis lainnya. Bahkan ia sampai menitikkan air mata karena luapan kebahagiannya. Keina terus saja berpelukan dengan Shakira, gadis yang telah ia anggap kakaknya sendiri itu juga menangis bahagia. Ia akan menceritakan semua ini pada Iliya nanti.
Eh? Apakan gadis itu debut?
Keina yakin, Iliya akan debut bersamanya nanti. Bersama-sama meraih kesuksesan. Tapi dimana keberadaan gadis itu sekarang. Keina menole ke kiri dan ke kanan mencari sosok Iliya. Hingga sosok di belakang, dengan hoodie kebesarannya bersama satu sosok lelaki di sampingnya terlihat oleh Keina. Dengan segera ia menghampiri Iliya.
"Ily" panggilnya saat ia sampai di hadapan Iliya "kamu debut, kan?" Tanya Keina langsung.
Iliya terdiam sejenak, ekspresinya datar dan menatap Keina di depannya. Ada setitik rasa bersalah di sana. Kemudian ia menggeleng pelan.
"Maksud kamu, apa? Kamu pasti debut Ily. Mana kertas kamu?"
Lagi-lagi Iliya menggeleng pelan "nggak ada kertas atau apapun Keina"
Keina menatap Iliya tak percaya, sedih dan juga kecewa "jangan bercanda Ily" lirihnya.
"Gak ada yang bercanda, Kei"
Keina sedikit menundukkan kepalanya, matanya berkeliaran menghindari Iliya. Tepat kesamping Iliya, di sana ada satu sosok lelaki yang sedari tadi hanya diam berdiri.
"Kak, tolong masukin Ily. Dia lebih hebat dari saya, dia yang selama ini ngajarin saya, gak adil kalau dia gak debut" mohon Keina setelah selangkah bergeser menjadi berhadapan dengan Ares. Tatapannya tampak memohon.
"Ini keputusannya"
"Maksudnya?" Keina tampak bingung dengan jawaban Ares. Kemudian dengan cepat ia menoleh pada Iliya.
"Kamu gak mau debut sama, aku?"
Iliya agak kaget mendengar penuturan Keina barusan yang terdengar marah dan kecewa padanya. Ia yakin hal ini akan menimpanya nanti.
Iliya menghela nafas pelan "Kei... bukannya gue gak mau debut sama lo, tapi lo tahu, sejak awal gue gak berminat atau berniat ada di sini. Ini hanya karena kekonyolan sahabat gue dan satu alasan yang lain. Lagi pula, gue juga nggak tertarik dengan dunia keartisan" jelas Iliya.
"Gue kecewa sama lo" hanya itu sahutan Kei. Mendadak panggilan aku kamu kembali berubah seperti awal dengan gue elo. Kemudian ia berbalik pergi.
"Gue yakin lo akan sukses, Kei"
Keina masih mendengar suara pelan Iliya. Jujur ia sangat kecewa dan ingin menangis sekarang ini. Tapi rasa kecewanya lebih besar.
***
Sepesial tripel up
Luv yu gays
KAMU SEDANG MEMBACA
trainee
Teen FictionHal gila yang telah di lakukan Kiran telah membuat kehidupan Iliya semakin kacau. Mungkin satu hal yang membuatnya bahagia, keluar dari rumah mengerikan yang selama lima belas tahun di huninya. Bertemu sosok keluarga baru ketika ia menjadi Trainee...