bonus

1.5K 103 8
                                    

Hari yang melelahkan. Keina mengembuskan nafasnya pelan. Rasanya sama saja ketika ia masih berstatus trainee dan sekarang ini, ketika ia menjadi calon idol.

Keina merebahkan tubuh lelahnya, masih dengan keringat yang membasahi tubuhnya. Ini lebih dari tengah malam, bahkan sudah berganti tanggal, dan ia baru saja pulang. Ketika para penghuni lain sibuk membersihkan diri, Keina malah memilih memejamkan matanya sejenak. Dan ia malah teringat sosok Iliya, gadis yang belum dua pulum empat jam meninggalkannya.

Keina rasakan sebuah benda lembab jatuh tepat di wajahnya. Tangannya sigap meraih dan melihatnya, sebuah handuk.

"Mandi dulu, Ken!"

Keina mendudukkan dirinya, melirik sinis sosok yang berdiri sambil melipat tangan.

"Namaku KEINA! Bukan KEN!" Semburnya.

"Sama aja! Udah sana mandi, bau!"

Keina mendelik sebal, menirukan sikap cerewet Cleo ketika gadis itu baru saja keluar kamar. Tangannya meraih handuk yang tadi terlempar ke arahnya, lalu membuangnya asal setelah mengingat kejadian lalu.

Keina kembali menghembuskan nafas, kali ini tampak kesal. Keina tak sengaja menoleh ke arah ranjang di sampingnya. Memang ia belum pindah ke dorm yang lebih besar untuk tujuh member, tapi ini untuk sementara saja, mereka masih hidup terpisah dengan tiga member lain. Ranjang itu bersih, milik Iliya. Kei masih memperhatikan cukup lama, tampak begitu rapih saat di tinggalkan. Tapi ada satu yang janggal.

Keina berjalan mendekat pada meja belajar yang sering Iliya gunakan. Disana terdapat laci, tak tertutup rapat, dan setaunya Iliya selalu menutupnya rapat bahkan menguncinya. Kei menariknya pelan mencoba mengetahui apa yang ada di dalamnya. Di sana, di dalam laci, sebuah buku yang tak asing bagi Keina. Buku yang sering Iliya bawa, dan pernah ia baca. Buku diary Iliya.

Kei merihnya. Mencoba berpikir, apakah buku itu tertinggal atau sengaja di tinggal. Keina menduga-duga hala yang terjadi. Tangannya membuka setiap lembaran buku di tangannya. Masih sama, pikirnya. Tapi di halaman terakhir, ada tulisan baru di sana. Tertulis tanggal dua hari yang lalu, tepat di hari pengumuman debutnya.

Keina : jangan terlalu banyak makan, nanti gendut

"Gue tuh kayak elo, makan banyak pun gak bakal bikin gue gendut" gumamnya.

Shakira : harus tambah stok sabarnya, ada tiga bayi lagi

Jo : jangan tidur terus

Keina terkekeh membaca dua kalimat itu. Di balik wajah datar Iliya, gadis itu senang sekali bercanda dan entahlah, membayangkan Iliya mencibir dengan wajah datarnya itu terdengar lucu.

Cleo : tetaplah berlatih, jangan terlalu sering bercanda

Seva : selamat, dan jangan terlalu membenci Bintang.

Karina : teruslah berlatih

Raya : jangan takut aku lagi

Hanya itu, pikir Keina. Ia membalik halaman berikutnya dan yang di temui adalah kosong. Tapi ada satu kalimat lagi di bagian paling bawah.

Still with you

***

Gadis bersurai gelap sebahu itu tersenyum pada sosok lelaki dihadapnnya.

"Terima kasih" ucanya.

Tangannya meraih koper yang Rigel pegang sejak tadi, ia harus segera pergi kalau tidak ingin tertinggal pesawat.

"Yakin akan pergi sekarang?" Tanya Rigel.

Gadis itu terdiam saat ia tengah merapihkan barang-barangnya. Lalu di tatapnya Rigel yang tengah menatapnya.

"Masih ada yang harus lo selesaikan" lanjutnya.

Gadis berkaos hodie itu menghela nafas pelan "tapi ini sudah jadwalnya" ia bersiap untuk pergi "gue pergi, sampai jumpa"

Baru saja akan berbalik, Rigel menariknya cepat, mengarahkan bibirnya pada kening gadis itu cepat. Gadis itu terpaku, selama ini hanya dua orang yang pernah menciumnya, ayah dan kakaknya.

"Pergila"

Gadis itu tersadar dan segera berbalik pergi, lima belas menit lagi pesawatnya akan berangkat. Ia bergegas pergi. Ia mencoba menengok Rigel, lelaki itu masih diam di posisinya dan menatap kepergiannya.

Bruuuk...

Seseorang menabrak punggungnya hingga hampir terjatuh. Ia menatap pria yang menabraknya itu.

"Maaf nona" katanya tanpa menatap Iliya, tampak sekali kalau pria itu tengah buru-buru.

Gadis itu hanya mengangguk dan segera berbalik pergi, tapi tanpa sadar aliran sungai tercetak di pipinya lalu segera di hapus olehnya.

Just remember, I

Still with you

traineeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang