54.

1.3K 121 18
                                    

Puk!

Sebuah kulit kacang terlempar ke wajahnya. Bintang melirik sini pada sosok di sampingnya yang menyengir bak kuda.

Ck!

Bintang berdecak. Nasibnya punya teman usil semacam Gilang dan Langit. Bintang menghela nafas dan lebih memilih menatap televisi di depannya yang menampilkan sebuah film action.

"Lu ngapa sih, Bin? Diem aja dari tadi" tanya Langit yang duduk di single sofa sampingnya. Lelaki itu asik memakan kacang sambil menonton film.

"Kepo!"

"Ish! Jawaban lo persis kek Iliya" sahut Gilang sambil memasukkan biji kacang ke dalam mulutnya.

Bintang hanya mendelik. Lagi-lagi dua orang itu menampakkan sifat kesok-tahuan mereka. Dan Bintang benci itu.

Langit memicing menatap Bintang "apa jangan-jangan ada hubungannya sama Jeya?"

Bintang menatap tajam pada lelaki itu. Senang sekali ia menggoda Bintang.

"Mungkin aja Lang" timpal Gilang sambil terkikik "kemarin si Iliya kan pergi gak bilang, lo apain, Bin?"

Bintang hanya diam tapi tangannya mendadak terangkat pada Gilang di sampingnya.

Pletak!

Sebuah jitakan mendarat di kepala Gilang dan sukses membuatnya mengaduh. Memang benar jika Bintang memang memikirkan Iliya yang sekarang ada dimana ia tak tahu. Tapi cara dua orang idiot, menurut Bintang itu membuatnya seolah ia menjadi tersangka orang menyukai gadis itu. Kemarin Iliya pergi tanpa memberitahunya, bahkan ponsel gadis itu yang ia bawa seharian diminta orang lain yang mengaku sahabat Iliya. Sempat tak percaya hingga gadis bersurai sebahu itu menunjukkan fotonya bersama Iliya. Tak hanya itu ia juga memunjukkan siapa dirinya. Ia bilang namanya Kirana Rosie Aaron, putri Abraham Aaron, adik Antares Alfian Aaron dan Rigel Adrian Aaron, dan keponakan Revin Aaron. Gadis itu sangat cerewet, mirip sekali dengan Seva.

Seva?

Kenapa ia menyebut nama gadis itu. Bintang menggeleng dan sedikit memukul kepalanya, ia harus melupakannya. Gilang dan Langit yang ada di dekatnya hanya bisa saling pandang dengan tatapan heran.

Bintang berdiri, lama-lama ia jengah terus berdekatan dengan manusia sejenis Gilang dan Langit. Lebih baik ia pergi keluar. Terdengar sayup-sayup teriakan Gilang yang di lanjutkan dengan tawa mengejeknya saat Bintang membuka pintu dan menutupnya.

"Bin! Di luar ujan! Sono minjem payung sama Jeya!"

Bintang tak menggubris teriakan Gilang. Ia hanya melenggang pergi dan tak memperdulikan Gilang. Gila lama-lama jika ia menanggapi Gilang.

Gedung dorm tampak sepi. Biasanya di saat weekend para staff banyak berkeliaran di gedung dorm. Mungkin saja mereka tengah lembur, berkutat di gedung agensi. Biasanya juga ia akan ada di gedung agensi, tapi para trainee dapat jatah istirahat hari ini setelah games kemarin.

Bintang sampai di lobby gedung. Ia berhenti berjalan dan menatap ke arah luar gedung. Banyak air berjatuhan dari langit. Cukup deras, dan cukup membuatnya basah kuyup jika ia ada di sana. Bintang menghela nafas, sekarang ia harus apa? Ia jengah jika harus di dorm bersama dua manusia idiot itu. Tapi sekarang? Bagaimana ia bisa keluar dari gedung?

Seorang gadis dengan blouse merah dengan motif polkadot itu baru saja masuk ke dalam gedung. Ia behenti tepat di samping Bintang untuk menutup payung yang di gunakan. Ia terlihat cukup kesusahan karena sebelah tangannya memegang plastik belanjaan.

Sedari tadi Bintang hanya memperhatikan gerak-gerik gadis itu. Sadar di perhatikan, gadis berkulit putih itu menatap Bintang setelah ia selesai menutup payungnya. Tak lama mereka berpandangan karena Seva lebih dulu bertanya.

traineeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang