Iliya, gadis bersurai malam itu menatap gadis di depannya yang tengah mengorek isi tasnya. Barang-barangnya telah menanti di atas meja kasir untuk di ambil, menunggu gadis itu membayar.
Berjalan ke depan, Iliya menyerahkan sekotak tisu dan beberapa kaleng minuman pencegah panas dalam pada mbak-mbak penjaga kasir.
"Sekalian sama yang ini mbak" tangannya menyerahkan sebuah kartu yang tadi diambilnya dari dompet.
Setelah beberapa saat, belanjaannya siap diambil. Tangannya memasukkan kartu atm-nya kembali pada dompet. Setelahnya ia pergi begitu saja.
Seeet...
Baru saja ia akan menyeberang jalan, tangannya di tarik begitu saja dari arah belakang. Cukup keras dirasanya.
Iliya menatap gadis di depannya tadi dengan wajah datar dan tenang.
"Nomor rekening"
Iliya mengeryit.
"Gue gantiin duit lo tadi"
"Gak perlu" katanya singkat.
Gadis di hadapan Iliya itu mendengkus, wajahnya tampak sebal.
"Gue gak semiskin itu buat gantiin duit lo tadi, jadi gak perlu kasihanin gue. Udah sini nomor rekening lo" tangannya terangkat, menengadah meminta pada Iliya.
Iliya tak bergerak " gue gak bilang gitu" katanya masih dengan ekspresi tenang "gue bayarin lo juga karna gue buru-buru, kelamaan nunggu lo"
Setelahnya Iliya pergi. Gadis bersurai kelam itu melanjutkan langkahnya meninggalkan minimarket. Di tempatnya, gadis berseragam putih abu-abu itu mengeryit. Ia kira gadis itu akan kasihan padanya seperti orang lain, tapi nyatanya tidak, gadis iti jujur dengan sikapnya. Mungkin beberapa orang tak menunjukkan kasihan padanya dengan alibi menolongnya, tapi gadis itu tahu orang-orang itu hanya merasa kasihan padanya, dan ia muak.
***
"Jeya!"
Iliya menoleh, setelah sapaan yang ia tahu dari sosok laki-laki. Dan benar saja, dari arah belakang sosok laki-laki yang cukup familiar di matanya tersenyum ke arahnya.
"Hai Jeya adik kelasnya Gilang yang paling unyu, cantik dan tidak sombong tapi pendiem dan misterius yang bikin cowok-cowok mati penasaran sangking misteriusnya, mantan gebetannya Gilang, sahabatnya Kiran anaknya ibu ketua yayasan yang masih awet muda sampe sekarang dan... calon idol trainee ARentertainment"
Iliya diam menanggapi cerocosan tak berfaedah dari laki-laki di depannya.
"Kurang panjang" komentarnya singkat.
Gilang ber-oh ria "oke, ha..."
"Oke stop" baru saja Gilang menarik nafasnya dalam-dalam untuk memgatakan kalimat-kalimatnya yang lebih panjang dan tentu saja lebih tak berfaedah.
Gilang cemberut, lalu dengan cepat mengibah ekspresinya dan tangannya terulur " btw kita belum kenalan secara resmi, gue Gilang, tahu, kan?" Tanyanya.
Iliya menggeleng dua kali, menjawab pertanyaan Gilang tadi.
Di tempatnya, Gilang kembali cemberut "masa lo gak kenal gue? Kita satu sekolah, gue kakak kelas lo yang terkenal anak osis paling ganteng dan baik yang baiknya ngalahin si kampret Rigel!" Iliya mengeryit memdengar nama Rigel terkandung dalam ucapan laki-laki kakak kelasnya itu.
"Terus kita masuk trainee juga bareng" katanya merajuk.
Iliya mendengus sedikit kesal, pasalnya ia benar-benar tak begitu mengenal sosok di depannya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
trainee
Teen FictionHal gila yang telah di lakukan Kiran telah membuat kehidupan Iliya semakin kacau. Mungkin satu hal yang membuatnya bahagia, keluar dari rumah mengerikan yang selama lima belas tahun di huninya. Bertemu sosok keluarga baru ketika ia menjadi Trainee...